Kaskus

Entertainment

daman1999Avatar border
TS
daman1999
Suara Tawa Lirih Dan Sosok Mahluk Dengan Bercak Darah Di Sekolahku
Suara Tawa Lirih Dan Sosok Mahluk Dengan Bercak Darah Di Sekolahku

"Mi, Dod, ayo pulang udah sore" Kata Andika memberi kode kepada aku dan Fahmi.

"Ntar napa Dik, buru-buru amat" Kata Fahmi kepada Andika.

"Udah mau jam setengah 6 ini, kalo gerbang sekolah dikunci kita ga bisa pulang" Jawab Andika.

"Yaelah Dik, kalo gerbang di kunci tinggal loncat hahaha" Kata Doddy sambil tertawa.

"Woy asem, lo enak bisa manjat pager, lah gw gimana hahaha" Saut Fahmi sembari ikut tertawa. 

Suara Tawa Lirih Dan Sosok Mahluk Dengan Bercak Darah Di Sekolahku


Aku, Fahmi dan Doddy adalah 3 sekawan yang memiliki arah pulang yang sama, yaitu Ujung Aspal, Bekasi. Kami bersekolah di SMP Negri di derah Jakarta Timur yang terletak di dekat Monumen Pancasila. Hari itu aku sedang menunggu keduanya selesai melaksanakan piket harian. Kebetulan keduanya memiliki hari piket yang sama. Biasanya anak-anak hanya melakukan piket hingga jam 17.15, namun berbeda dengan kami. Kami memang sering suka bercanda sehingga kadang jam 18.00 baru keluar dari kelas. Bahkan kami pernah benar-benar di kunci oleh satpam karena dikira sudah tidak ada orang di sekolah. Untungnya satpam sekolah masih berada di sekolah.

Suasana yang hening, dan berada di gedung lantai tiga membuat suara sedikit menggema. Fahmi dan Doddy yang terus bercanda dan tertawa membuat seisi ruangan terasa penuh dengan suara tertawa. 

Namun sampai akhirnya aku merasakan hal yang aneh. Dimana aku mendengar ada suara tambahan diantara ketawa ketiganya.

"Eh, Dod gimana sih lo, kalo bersihin papan tulis tuh jangan pake penghapus, pake sapu makanya biar cepet hahaha" Ucap Fahmi sambil tertawa.

"Hahaha kampret" Saut Doddy dengan tertawa. Diantara ketawa keduanya aku mendengar suara tertawa yang lirih. "hahaha", suaranya pelan dan halus. Sangat berbeda dengan suara mereka berdua.

"Ssssstttt" Ucapku sambil menempelkan telunjuk di depan bibir, memberi kode mereka berdua untuk diam. Dan usahaku berhasil, keduanya benar-benar diam. Dan dugaankupun tidak salah, beberapa detik setelah mereka berhenti tertawa, suara terawa yang lirih tadi kembali terdengar.

Aku rasa bukan hanya aku yang terkejut mendengar suara itu. Aku lihat ekspresi Fahmi dan Doddy juga tampak shock. Suasana tiba-tiba hening seketika. Kita saling berpandang-pandangan. Aku yang saat itu berada di dekat pintu berjalan perlahan menjauhi kelas dan menuju tangga. Kemudian disusul Fahmi yang posisinya berada di dekatku. Sedangkan Doddy, yang posisinya jauh dibarisan belakang langsung melempar kemoceng yang dipegangnya. Tiba-tiba Doddy berlari menyusulku, yang kemudian diikuti Fahmi dan juga aku. Kami tau ada hal yang tidak wajar di kelas kami.

Aku yang saat itu berada di paling depan sempat menoleh ke arah Fahmi dan Doddy. Di belakang keduanya aku melihat seorang lagi dengan rambut sebahu, celana pendek dan dengan bercak darah dibaju mereka. Aku sangat merinding melihat mahluk itu, dan sosok itu hanya dia di tempatnya saat kita berlarian.

Berlari dari lantai tiga hingga lantai satu membuat kami benar-benar ngos-ngosan. Apalagi suasana yang mulai gelap dan hanya diterangi oleh lampu sekolah membuat suasana makin seram. Kamipun masih memaksakan diri untuk berlari ke arah gerbang. Meskipun kaki dan nafas sudah terasa berat.

Suara Tawa Lirih Dan Sosok Mahluk Dengan Bercak Darah Di Sekolahku


"Hei! hei! Kenapa kalian lari-larian gitu?" Tanya pak Danur, satpam sekolahku.

"Ada hantu pak, ada hantu" Kata kami bertiga dengan nafas tersengal-sengal karena kelelahan berlari.

"Wah kalian udah lihat sosoknya?" Tanya pak Danur kepada kami.

"Pak Danur udah pernah lihat?" Tanyaku penasaran.

"Ya enggaklah, orang bapak cuma godain kalian haha" Jawabnya dengan nada bercanda. "Udah-udah sana pulang, udah mau maghrib, gerbangnya mau saya kunci, saya juga mau pulang" Lanjutnya.

Karena masih belum ngeh dengan apa yang aku lihat tadi, ku tolehkan kepalaku ke arah kelas. Di depan kelas terlihat dengan jelas mahluk itu tampak loncat-loncat dari satu sisi ke sisi lain seperti pocong. Namun dia tidak menggunakan kain kafan, melainkan masih menggunakan pakaian yang tadi aku lihat. Kemudian mahluk itu loncat entah kemana hingga tak lagi terlihat.
"Woi Dik, malah bengong, ayo pulang" Ucap Doddy. Baru saja aku tersadar dengan ucapan Doddy tiba-tiba terdengar suara tertawa yang sangat jelas "HAHAHAHA". Suaranya terdengar menggema dari sisi kanan gedung sekolah. Tidak hanya aku yang mendengarnya, Fahmi dan Doddy juga mendengar suara itu. Suara tawa itu membuat kita semakin bergerombol. Dari kami bertiga, yang aku heran kenapa pak Danur tidak berkata sepatah katapun. Kamipun saat itu baru sadar bahwa pak Danur sudah tidak ada di sekitar kita. Entah dia menghilang atau berlari ke arah suara tadi. Tanpa pikir panjang, aku, Doddy dan Fahmi segera keluar dari area sekolah dan berlari ke arah jalan raya yang sering dilewati angkutan umum.

Akhirnya sore itu kita pun pulang dengan menggunakan angkutan umum. Di dalam angkot kita sama sekali tidak membahas hal tadi. Rasanya kengerian tadi masih terngiang di kepala.

Esoknya, Fahmi dan Doddy menceritakan hal itu kepada anak-anak kelas. Hampir satu kelas berkumpul mendengarkan cerita mereka. Sedangkan aku hanya ikut mendengarkan saja. Banyak dari mereka malah menyalahkan kami karena bercanda di waktu yang tidak tepat. Karena sudah menjelang maghrib tapi kami masih bercanda-canda. Ada pula seorang temanku yang bercerita tentang kisah sekolah ini dulu.

Suara Tawa Lirih Dan Sosok Mahluk Dengan Bercak Darah Di Sekolahku


"Mau percaya apa engga, dulu pas abang gw masih kelas 7, ada yang lompat dari lantai 2" Kata Bintang dengan nada serius. "Katanya sih karena stress orang tuanya cerai" Sambungnya. "Pas dia loncat kondisinya kritis, tapi akhirnya meninggal di perjalanan menuju rumah sakit".

Setelah mendengar cerita Bintang, entah kenapa aku langsung merinding. Membayangkan bahwa suara tertawa lirih yang kami dengar kemarin adalah suara siswa itu.

Setelah cerita ini, anak-anak kelas kami jadi memilih untuk melakukan piket siang, sebelum pelajaran dimulai. Oya, karena kami masih kelas 7 jadi jam sekolah kami mulai dari jam 12.30 hingga 17.00, karena paginya digunakan oleh kelas 8 dan kelas 9. Dan sejak kejadian itu pula, aku, Fahmi dan Doddy tidak mau pulang sore-sore lagi.
sebelahblogAvatar border
4iinchAvatar border
infinitesoulAvatar border
infinitesoul dan 3 lainnya memberi reputasi
4
708
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan