Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

thedreamcrusherAvatar border
TS
thedreamcrusher
Perjalanan Dan Cinta


Dring…dring....dring.... Bunyi alarm handphone ku di setiap pagi hari, menandakan sekarang sudah pukul 5 pagi dan tentunya aku harus bergegas untuk bangun dan merapikan tempat rebahan kesayangan sekaligus solat subuh.

Ini adalah pagi yang kurang baik dan biasa, rasa bersalah dan kecewa menyelimuti karena semalam aku telah berbuat salah terhadap seseorang. Dia adalah wanita yang ku cintai Namanya ani.

“Hai ani lagi sibuk ya?” Terangku untuk memulai obrolan hangat yang biasa kami lakukan dimalam hari.

Tak lama kemudian dia balas (dia memang selalu fast respon ketika aku chat).

“Hehe nggak kok ibnu, bukannya kamu yang selalu sibuk ya?” (chatan darinya selalu bisa buat aku tersenyum-senyum).

“Kamu udah pulang, habis pergi main-main keluar tadi?” tanyaku karena aku tahu dia habis hangout bareng teman-temannya.

“Udah dong makanya liat chat kamu aku langsung balas, asik soalnya kalo ada notice dari kamu” (kalo udah dikirim ginian siapa sih yang nggak senang? Mungkin ada jomblo kali yaa).

Sudah hampir setengah jam kami chatan, lalu disini aku sedikit ngasi candaan.

“Kamukan suka main-main ni, gimana kalo misalnya selama ini aku Cuma main-main perasaan ke kamu?” tanyaku dengan candaan.

Disini aku melontarkan pertanyaan ini hanya untuk candaan, tapi dia malah meanggapi dengan serius.

“Oh iya? Gapapa”.

“Daah… BYE”.

Sontak aku langsung terkejut dan nge spam dia, benar aja dia tidak menanggapi ini sekedar candaan.
(aduh gimana nih, kok jadi gini, aku kan Cuma becanda, dianya juga gabalas lagi), keluhku dalam hati.

“Ni?”.

“Aniiiii”

“Maaf ni aku ga maksud gitu, aku cuma becanda sumpah, masa cuma gara-gara ini kamu gitu ke aku Ni?”. Setelah sekian banyak bujukan dan telfon yang nggak dia balas.

Aku benar-benar hampir pasrah, aku bingung mau bujuk dia bagaimana lagi sementara telfon dan chat aja nggak di tanggapin.

Aku berencana selesain masalah ini besok soalnya kami berdua satu kampus, jurusan,dan lokal yang sama, aku lanjut bawa tidur masalah dan pikiran ini, tapi percuma tidur bener-bener sama sekali nggak enak, pikiranku hanya cepatlah datang pagi hari agar aku bisa tenang nemuin dia dan terus terang minta maaf.

Ya itulah awal pagi hariku yang sangat kurang baik diselimuti kegelisahan.
Setelah aku selesaikan semua kegiatan pagi, aku mencoba kembali untuk melihat chatannya Ani, benar saja dia sama sekali nggak balas, boro-boro dibalas dilihat aja nggak.

Aku coba untuk chat lagi.
“Ni nantikan kita ujian jam 10, aku tunggu depan kosan kamu jam 8 yaa, aku mau ngomong sama kamu secara langsung”.

Disini Ani terlihat online, bergegas aku telfon, tapi apa? Dia mencoba untuk terus menerus menolak , hingga panggilan pertama dia angkat dari sekian banyak aku telfon, lagi-lagi percuma aku ngomomg Panjang lebar tapi dia nggak respon sama sekali dan ditengah-tengah aku ngomong dia langsung tutup telfonnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 8.
Aku periksa hp masih berharap dibalas, tapi tetap saja tidak ada tanggapan dan mulai ngechat Ani lagi.

“Ani aku otw yaa, kalo udah sampe nanti didepan kosan kamu aku kabari lagi”.

“Aku mohon kamu liat dan keluar nemuin aku nanti”.

25 menit perjalanan dari rumah aku ke kosanya Ani.

Setelah sampai disana tepat pukul 8:25, aku coba spam dan telfon dia lagi, lagi, dan lagi. Tapi ternyata dia sengaja tidak mengaktifkan hpnya, mungkin karena dia tahu kalo nanti aktifin hp aku bakalan ganggu dia terus sampai dia mau balas.

Udah kayak nggak ada harapan, kebetulan dekat kosannya ada masjid dan aku kebelet buang air kecil, sehabis buang air kecil dia masih saja nggak aktif, jam menunjukkan pukul 9.

Terlintas dipikiranku, gimana selagi nungguin dia, aku solat dhuha dulu, siapa tau nanti habis solat dia balas dan aku bisa selesain masalah ini (masih tetap sabar dan berharap).

Setelah solat aku periksa hp lagi, ternyata dia tetap bersikeras buat nahan nggak aktifin hp, tapi apa? Aku nggak akan semudah itu nyerah, aku cari cara supaya dia bisa tahu kalo aku nungguin diluar.

Terlintas lagi dipikiranku (gimana kalo chat teman se-kosannya, bilang kalo aku nungguin Ani diluar).

“Putri, masih dikosan kamu Put?”.

“Masih Ibnu, emang ada apa? (Tanya dia balik).

“Nggak ada kalo misalnya nanti kamu liat Ani tolong bilangin kalo aku nungguin dia didepan”.

“Okee aman” (jawabnya).

Nggak tau lagi harus apa, aku cuma berharap dengan cara yang terakhir tadi, semoga Putri nyampein ke Ani. Aku masih nunggu sampai kami masuk ujian pukul 10, masih tetap yakin kalo dia bakal nemuin aku dan berangkat ujian bareng.

Jam sudah menunjukkan pukul 9:30 setengah jam lagi ujian terakhir akan dimulai, dan nggak lama kemudian si Putri keluar (pas nih aku tanya lagi deh).

“Put gimana? Jaddi tidak kamu bilang ke Ani kalo aku masih nungguin dia?” (aku sangat bersemangat melihat sedikit harapan disni).

“Sudah kok Ibnu, udah aku bilangi tadi ke Ani”. Balas Putri.

“makasih yaa put”. Ucapku terimakasih kepada Putri.

“Iyaa santai, tapi dia nggak ada jawab gimana tu? Diam aja kamarnya tadi aku liat”. Ucap Putri kembali.

“Tidak apa yang penting dia sudah tau” balas ku.

“Okee deh, selamat menunggu tuan Putri yaa”. (jawab Putri dengan sedikit candaan ringan dan sembari lanjut jalan kekampus).

Jam sudah menunjukkan jam 9:50, waktu masuk ujian tinggal 10 menit lagi tapi aku yakin dia pasti keluar dan pergi bareng aku.

Benar aja dari kejauhan pagar pembatas kosannya aku liat dia jalan kearahku, tapi ada yang beda karena biasanya sembari jalan ke tempat aku biasa parkir motor dia biasanya selalu tersenyum-senyum kecil sedikit. Tapi sekarang cuma jalan menunduk dan seperti enggan untuk diihat.

Kemudian sebelum aku memboncenginya, ku lontarkan satu permintaan maaf yang sering aku ulang terus-menerus.

“Maafin aku Ani, aku tahu candaan kemaren udah kelewatan, bagiku hal itu cuma candaan belaka, tapi tidak dengan kamu yang benar-benar sayang ke aku mengartikan itu sebagai hal kecil. Kamu yang sudah sayang dan percaya ke aku, malah dibawa becandaan”. (pikiranku kosong hanya tertuju pada wajahnya yang seperti sudah kehilangan semangat).

Tanpa mengulur waktu yang semakin menipis akhirnya kami berangkat, ditengah perjalanan dia masih dengan tanpa sepatah katanya (diam membisu) dan diiringi wajah yang kecewa. Sesekali kulihat kebelakang dan menyebut namanya. Aku tahu hal itu percuma tapi apa boleh buat, mungkin dia juga butuh waktu untuk sementara.

Terus-terusan kucoba mencari cara agar dia mau bicara denganku, salah satunya yaitu mengambilkan soal dan lembar jawabannya untuknya, untung saja dia tidak menolak dan mengabaikanku, walau terlihat sedikit lebay (tapi tidak apa-apa) asalkan aku masih bisa berbuat sesuatu kepadanya walau itu hal kecil sekalipun.

Aku selalu mengingat satu pepatah kala itu.
“karna jika ingin berbuat sesuatu yang besar, maka biasakanlah dirimu terlebih dahulu berbuat sesuatu yang kecil, karena sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit”.

Selama ujian berselang aku duduk tidak jauh darinya, sesekali kulihat dia tersenyum dan tertawa Bersama teman-temannya. Selagi aku menjawab soal ujian tiba-tiba dia berbicara denganku.

“Udah selesai belum?”. Katanya sambil melihatku (sontak disini aku nggak nyangka dia yang tadi membisu tanpa sepatah kata, akhirnya mau bicara langsung denganku).

Entah aku sudah membuat dia luluh atau dia yang benar-benar telah memaafkanku.

“Eh belum nih tinggal dikit lagi” (sambil heran-heran dan terkejut kucoba menjawab pertanyaanya).

“Tinggal nomor berapa yang belum?” tanya Ani lagi.

“Nomor 4 yang terakhir”. Jawabku mengharap dia masih terus mau berbicara denganku (walaupun disini aku sudah selesai semua tinggal dikumpul, tapi kucoba untuk menerima tawarannya).

“Nih cepatan waktu hampir habis”. Tegasnya dengan memberikan lembar jawabannya.

“Iya makasih Ani, tunggu bentar”. Jawabku dengan sedikit tersenyum.
Disini ujiannya bersifat open book dan bebas, pengawas pun nggak masalah kami mau apa asalkan tetap diam dan tidak rebut.

Setelah ujian selesai, aku coba menemuinya dan sekali lagi mengajaknya untuk ngobrolin masalah kemaren malam.

“Ni jangan pulang dulu, sekarang aku mau kamu ngikutin aku, kalo nggak kamu nyusul aku ketempat makan biasa”

Balasannya Cuma ngangguk tapi gapapa, itu pertanda kalo dia mau.

Setelah kami berdua sampai ditempat makan dan disinilah aku ngobrol panjang lebar seputar kemaren malam.

Tidak tau harus mulai dari mana, hanya melontarkan perkataan tentang apa yang aku rasakan.

“Ani, aku tahu kamu udah maafin aku, tapi masih belum kelar rasanya kalo kamu nggak mau cerita dan sampein semua yang kamu rasa”.

“Pliss, jangan kamu ulangi lagi yang seperti gitu, nggak nyangka juga kamu tega bilang gitu” jawabnya dengan pengharapan.

“Aku kemaren udah terus semakin yakin dan percaya sama kamu, karena hal yang kayak gini walau kecil atau candaan, aku harus mulai percaya dan yakin ke kamu lagi”, sambungnya dengan nada yang lemah dan kecewa.

“Makasih kamu udah mau terus terang ke aku, sekarang udah nggak ada lagi beban pikiran ini, udah lega semua” kataku sembari kembali menatap matanya.

Banyak hal yang sudah kami bicarakan masih seputar kemaren malam agar sama-sama lega dan tidak ada yang disimpan-simpan lagi. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang, dan mengantarnya pulang kekosan agar dia bisa istirahat, karena aku tahu kalo dia juga susah tidur kemeren malam.

Dan setelah mengantarnya aku lanjut pulang kerumah, sesampai dirumah tiba-tiba masuk pesan dari salah satu teman kampusku, Anto.

“Woi ibnu, besok jadi pergikan? Awas aja batal ya” hentaknya karena aku kelupaan bahas perihal besok.

“Iyaa santai, nanti malam kita bahas sama yang lain juga”. Jawabku sabar dengan sifat teman yang satu ini.
“Oke ditunggu” jawab Anto.

Besok aku dan beberapa temanku akan berencana pergi liburan sejenak menghilangkan kejenuhan dan kesibukkan kampus, kami berencana pergi kesuatu tempat dimana hanya ada pemandangan alam yang penuh dengan keindahannya.

Pukul 8 malam semua jadwal harianku sudah beres semua, tinggal membahas soal kepergian besok, karena sepertinya anak-anak yang lain sudah menunggu aku untuk membahas hal itu.

Kuambil hp dan melihat pesan, ternyata benar saja, sudah banyak pesan yang masuk rata-rata berisi panggilan liburan
Mereka telah membuat grup chat liburan dan sudah banyak pesan masuk yang belum aku lihat.

“Maaf teman-teman agak telat bahasnya, tadi aku beres-beres dulu, biasalah” terangku ke yang lain karena sudah lama menunggu.

“Santai, kami masih baru mulai kok” dijawab oleh Fauzan.

“lama sekali udah jam berapa ini, besok jalan pagi tidur harus cepat biar nggak molor kelamaan” dijawab ngegas oleh Anto lagi.

“Gabung aja Ibnu, kami kehabisan ide nih” dijawab dengan lembut oleh Dian.

“Jangan dengerin Anto, ngegas gak jelas aja dia dari tadi ” disaut balik oleh Rifah.

“Oh iya teman-teman, jadi aku udah dapat tempatnya nih kalian tinggal milih-milih aja, nanti pilihan terbanyak kesitulah kita pergi”. jawabku mendamaikan keadaan grup.

Setelah banyak perbincangan yang dilalui kami telah sepakat untuk pergi ke salah satu destinasi wisata di kota sebelah, yaitu tepatnya Puncak lawang kota Bukittinggi.

Setelah membahas keperluan-keperluan lain untuk kepergian besok, aku kepikiran untuk mengajak Ani karena kebetulan aku sendiri dan dia juga tidak ada kegiatan jadi kasihan kalo tidak diajak.
karena satu hal kemaren aku jadi ragu untuk meangajaknya, tapi semoga aja Ani mau ikut.

“Ani, lagi apa?” kucoba dengan pertanyaan basa-basi terlebih dahulu.

“Eh iya Nu, nggak lagi ngapa-ngapain nih” jawabnya dengan sedikit senang kurasa.

“Bagus deh, besok sibuk nggak? Pergi jalan-jalan kuy” balasku dengan semangat.

“Hmm, gimana yaa.. Nanti kamu abaikan aku, lama-lama bosan kek gitu, jadi ga seru perginya nanti” jawabnya dengan sedikit menolak tapi sebenarnya mau.

“Kalo soal masalah itu bisa nanti aku atasi, yang penting kamunya mau dulu” jawabku dengan sedikit membujuknya.

Setelah sekian banyak bujukan dan paksaan akhirnya dia mau, mungkin karena dia benar-benar telah maafkan kejadian sebelumnya, dia mau menerima tawaranku untuk pergi liburan bersama.
Benar-benar seperti sosok wanita yang tidak bisa ditebak, dia penuh dengan teka-teki yang membuat orang semangat mencari jawabannya, dan itu juga menjadi salah satu alasan kenapa aku menyukainya.

Meninggalkan semua obrolan tentang kepergian besok, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam tandanya mata dan tenaga ini perlu diistirahatkan untuk kelancaran hari yang panjang besok.

Ku pasang alarm jam 5 pagi agar tidak kebablasan tidur dan telat nantinya.
Kringggg....Kringgg bunyi alarm di hp ku yang berarti telah menunjukkan jam 5 pagi, bergegas aku solat subuh dahulu dan setelah itu mempersiapkan segala keperluan untuk pergi.

(Ini sudah, itu sudah apalagi yaa) terangku sembari mikir agar tidak ada barang yang kelupaan, segala persiapan sudah masuk tas semua, bergegas mandi, dan sarapan agar tidak kelaparan tentunya nanti ditengah perjalanan.

Semuanya sudah beres aku pamit ke orangtua, minta izin dan doa agar kami selamat pergi maupun pulang nantinya.
Sebelum berangkat aku sempatkan dahulu untuk mengabari Ani.

“Ani aku udah siap-siap, tinggal jemput kamu, kamunya jangan lupa sarapan sembari nungguin aku sampe”. Terangku kepada Ani dan langsung mematikan hp.
Sesampainya didepan kosan Ani tepatnya jam 7.

Ani sudah menunggu aku duluan ditempat biasa aku menjemputnya, dan teman-teman yang lain sudah pada ngumpul ditempat yang telah kami janjikan sebelumnya.

Kami pergi berpasang-pasangan tentunya aku dengan Ani, Fauzan bersama Dian, dan anto bersama Rifah. Tapi dari tempat keberangkatan Anto hanya sendirian karena rumahnya Rifah sejalan dengan tempat wisata yang kami tuju.

Perjalanan kami memakan waktu kurang lebih 2 jam untuk sampai ke rumah Rifah. Sebelumnya kami pergi berpasang-pasangan bukan tanpa alasan, tapi karena memang sama-sama menaruh perasaan.

Begitulah semangat yang menggebu-gebu terlihat dari wajahnya Anto sesampai dirumah Rifah. Senyum dan gombalannya seperti pasang-surut ombak dilaut tidak pernah ada habisnya. Kami istirahat sejenak dirumah Rifah sembari menunggu solat dzuhur, kami isi perut dan melanjutkan perjalanan sekitar jam 1.

Tidak terasa adzan dzuhur pun berkumandang, kami solat dan sehabis itu langsung lanjut perjalanan menuju tempat wisata yang kami rencanakan sekitar satu jam lagi. Ditengah perjalanan sungguh tak terduga yang tadinya cuaca cerah dan panas seketika berubah menjadi gelap, berkabut dan turun hujan.

Kami meneruskan perjalanan seolah tidak terjadi apa-apa, menempuh derasnya hujan tanpa memikirkan kedinginan. Aku mencoba untuk memperingati yang lainnya agar berteduh sejenak dahulu, tapi mereka tetap bersikeras untuk tetap melanjutkan perjalanan.

Sesampai disana alhamdulillah kami selamat. Dan kedinginan serta terbendung pemandangan berkabut, kondisi yang sangat tidak memungkinkan sebenarnya untuk berkunjung.

Tapi apa boleh buat kami juga merasakan feel yang beda, seperti berada ditempat syuting film horror ditengah hutan belantara dipenuhi pohon pinus yang berkabut. “Tempat ini sebenernya tidaklah mengerikan, ia (pemandangan alam ini) hanya menampakkan keindahannya yang berbeda”

Menghabiskan waktu disana tidak terasa sudah sore tepatnya jam 5, kami sepakat untuk menempuh rintiknya hujan yang masih tersisa,dan kehujanan lagi (mau tidak mau) karena harus bergegas agar tidak kemalaman untuk singgah ke salah satu rumah teman kami yang dekat dari tempat wisata ini yaitu rumahnya Amar.

Benar-benar sial, ternyata rumahnya lumayan jauh karena memakan waktu sekitar 45 menit, sialnya lagi hujan semakin deras dan benar-benar dingin, memakai jas hujan plus ditambah jaket tebal percuma rasanya.

Syukurlah sesampainya dirumah amar kami bisa istirahat sejenak dan disambut dengan hangat tentunya oleh kakek dan neneknya, kami semua beres-beres dahulu sebelum nanti keluar lagi mencari makan malam, karena jam menunjukkan pukul 10 malam kami pun izin ke kakek dan neneknya Amar untuk pergi keluar sebentar mencari makan.

Setelah selesai makan ditempat yang ditunjukkan Amar kami langsung bergegas untuk balik pulang ke rumahnya dia, lagi aku sial sekali tertinggal dan sedikit tersesat dijalan karena yang lain sudah duluan didepan.

“Haduuh gimana nih ANi?” tanyaku ke Ani yang mungkin juga kebingungan.

“Tenang dulu, coba kita telfon yang lain, semoga nanti mereka angkat” jawab Ani supaya menenangkanku dari kepanikan.

Akhirnya mereka menjawab telfon Ani dan kami tidak terlalu jauh tersesat, sungguh pengalaman yang sangat tak terlupakan bagiku. Sesampainya dirumah Amar lagi, neneknya menyarankan untuk nginap saja karena sudah terlalu larut untuk pulang dan juga kurang aman rasanya, disinilah dilema terjadi Rifah yang sama sekali jarang nginap dirumah teman apalagi teman cowok (secara dia anak bunda) dan Anto yang mengajak si Rifah (gebetannya) ini juga merasa bersalah dan gak enakan untuk nginap. Setelah sekian banyak perundingan dan Rifah akhirnya juga telah mendapat izin dari bundanya untuk nginap, kami sepakat untuk berangkat besok jam 10 pagi.

Setelah solat subuh, mandi, dan sarapan. Jam sudah menunjukkan pukul 10, kami bergegas izin pulang dan berterimakasih kepada amar, kakek, dan neneknya telah membolehkan kami bermalam disana, tidak sampai disitu saja perjalanan ini, kami meneruskannya ke salah satu destinasi wisata lagi yaitu yang sangat terkenal di Bukittinggi namanya “JAM GADANG”. Bukan tanpa alasan kami ingin singgah ditempat seperti itu karena salah satu dari temanku ingin menyampaikan maksud terselubungnya, yaitu si Anto ingin mengutarakan perasaan suka yang telah sangat lama ia pendam terhadap rifah. “This gonna be amazing I guest”.

Kucoba untuk menyemangati Anto yang kelihatan gugup sepertinya.

“Semangat kawan, yakin pasti bisa, kalo nggak sekarang mau ditunggu sampai kapan lagi?” ujarku mencoba meyakinkan Anto.

“Iya juga sih, nantilah aku tunggu momen dulu, kamu jangan lupa bantu, awas lupa” jawab Anto dengan yakin.

Tidak lupa tentunya kami berfoto-foto memanfaatkan pemandangan indah yang sangat jarang ditemui, disela-sela berfoto benar saja si Anto terlihat mecari-cari celah untuk mengutarakan maksud terselubungnya. Terlihat si Rifah sendirian dipojok sedang duduk istirahat. Tiba-tiba kulihat Anto dengan gentlenya membawa sebotol air minum sebagai kedok untuk memulai aksinya.

Terlihat dari kejauhan mereka berdua seperti berbincang-bincang , dan benar saja setelah beberapa menit kami selesai berfoto-foto aku tanya langsung ke si Anto.

“Gimana To? lancar? Amankan?” tanyaku dengan penuh rasa ingin tahu.

“Alhamdulillah, dia mau nerima aku, tapi belum kelar, nanti kami masih mau ngobrol bahas-bahas ini lagi” jawab Anto dengan sikap yang tenang dan lega.

“Mantap kawan” jawabku memberi selamat kepadanya.

Semunya sudah beres, kami langsung pulang dan sekalian mengantar Rifah pulang kerumahnya. Tentu saja kepulangan Rifah kerumah kali ini ada sedikit yang berbeda pastinya. Sampai sudah dirumah rifah, kami pun istirahat sejanak dan sehabis itu pamit ke orangtuanya dan tak lupa berterimaksih juga karena dibolehkan mampir dan meminjam anak kesayangannya.

Perjalanan pulang yang begitu sangat indah sekali tidak hanya aku yang merasakannya, terutama untuk Anto yang sedang menggebu-gebu. Dan Fauzan serta Dian mereka adalah pasangan yang bar-bar, mereka sudah hampir setiap hari bermesraan tanpa hambatan.

Quote:


“Did you wanna fly with me ANI? To seen the whole world”



Diubah oleh thedreamcrusher 22-03-2020 13:20
0
496
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan