- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sepanjang Jalan Kuburan Manisan di Desa Jurang


TS
ebipo
Sepanjang Jalan Kuburan Manisan di Desa Jurang
Kadang orang-orang yang tidak mengalami secara langsung mengenai kejadian-kejadian mistis maupun mitos yang ada di sekitar kita, malah lebih berasumsi terbalik bahwa itu hanya bualan semata dan cuma gosip-gosip antar masyarakat disana.
Memang benar sih, jika dilihat dari logika akal pikiran itu pasti tidak masuk akal. Tapi, kalau kalian melihat sendiri secara tak sengaja, dengan kedua mata yang seakan tak berkedip saat 'mereka' menyapa diantara malam sunyi. Tubuh terasa sulit digerakkan, keringat dingin mulai merasuki setiap tulang-tulang, bibir menjadi kaku tanpa bisa terucap satu kata pun.
Pernahkah Agan mengalami hal seperti itu? Ane sendiri pernah mengalami kejadian tersebut saat melintas melalui jalanan Kuburan Manisan yang berada di Desa Jurang, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus.
Disana memang terkenal desas-desus mengenai keangkerannya saat malam hari. Ada saja kejadian yang diluar nalar seperti sekelebat putih, menyapa tanpa kehadiran dan lebih ngeri saat sendirian berkendara. Simak nih, cerita dari kesialan ane saat pulang dari Desa Rahtawu yang melintas malam-malam di jalanan Kuburan Manisan. Cukup sekali dan jangan sampai ketemu lagi.
***
Selepas ujian akhir nasional tepatnya tahun 2011, ada sebuah pengalaman tak terlupakan yang berawal dari kelupaan pesan dari Danang. Aku lupa hari apa itu, saat berkunjung ke rumahnya yang berada di Desa Rahtawu. Ia berpesan untukku, saat mau pulang balik ke rumah dengan kondisi langit sudah gelap, adzan maghrib dan isya' pun terlewat.
"Juna, nanti pas sampai jalanan Kuburan Manisan, bilang 'amit mbah, putumu nembe liwat' sama bunyiin klakson motor. Kasih tahu juga tuh yang bonceng, biar gak kaget."
"Iya-iya, kan sudah biasa lewat. Biasanya juga lancar, ini juga berdua sama Deni."
"Cuma ngingetin doang."
Sesudah pamit ijin pulang sama yang punya rumah, kendaraan roda dua dengan tangki di depan pun melibas gelap malam. Jalanan yang menurun tajam menjadi makanan permainan antara gas dengan kopling motor. Aku dan Deni mengobrol ngalor ngidul untuk menghilangkan rasa kantuk dari terpaan angin malam pegunungan.
Berbagai macam topik berubah jadi candaan yang berawal dari rencana kelulusan sekolah, gebetan, ketemu cewek, ada janda. Tak terasa motor pun sudah melewati komplek pabrik Sukun, kemudian jalan pertigaan yang mengarah ke Kidangan. Kondisi jalanan sudah sepi dari lalu lalang pengendara motor lain, rumah-rumah yang berada di pinggir jalan pun tertutup rapat.
Berpacu dengan malam yang semakin sepi, disini belum ada kejadian yang aneh. Ketika sudah melewati Polsek Gebok, mulai terlihat pohon-pohon besar dengan ranting memanjang saling berkaitan antar satu sama lain sampai menutupi langit yang berada di kiri kanan jalan. Entah kenapa Deni lebih merapatkan badan sampai mepet ke depan, setiap kata yang terucap pun seketika hilang senyap.
"....." hening seketika.
"Den, jangan mepet-mepet. Geser lah geser, kek orang pacaran."
"Mu, Mumun..."
Sesudah Deni menjawab dengan terbata-bata, sensasi dingin ku rasakan menjalar ke seluruh tubuh. Motor pun sedikit oleng ketika mendengar 'Mumun', dimana merupakan satu sosok sebutan untuk makhluk tak kasat mata dalam bentuk menyerupai pocong.
"Kampret Den," diriku yang mengumpat kesal.
Aku lupa, karena terlalu fokus melihat ke depan dengan kondisi jalan tanpa lampu penerangan jalan. Dimana posisi sekarang sudah berada di jalur dekat Kuburan Manisan, pesan dari Danang pun terlupakan. Niat hati ingin tancap gas langsung menerobos, tiba-tiba putaran langsam motor malah ngempos tak kuat jalan.
"Den, Den, motor malah ngempos."
"Kampret Jun."
Seketika langsung menghentikan motor, standart tengah dan cek baut gas karburator. Merasa aneh dengan settingan motor yang normal tidak ada yang rusak, cek bensin pun masih bisa sampai rumah. Putar-putar mainkan gas malah bisa.
"Lah, kok normal."
"Ayo Jun, cepetan cepet."
Sudah naik motor, masuk kopling dan motor bisa jalan lagi, tapi cuma sebentar. Putaran gas kembali ngempos, motor pun berhenti tak berdaya lagi. Aku pun baru tahu bahwa ini ulah 'mereka'.
"Den, baca apapun sebisanya dan jangan bengong."
"Den....?"
Deni malah menunjuk ke sebuah bangunan yang terletak di sisi kanan jalan, dimana ada banyak celah bekas jendela kayu. Mengikuti arah yang ditunjuk oleh Deni, terdapat satu pemandangan yang sangat kontras terlihat dengan gelapnya malam. Terlihat samar-samar sebuah siluet berwarna putih, satu sosok yang hanya diam tak bergerak seperti menatap ke arah jalanan.
Udara dingin seakan masuk ke seluruh bagian tubuh, perasaan kaget melihat pertama kali sosok tersebut membuatku hanya sanggup melihat beberapa detik saja. Tangan bergetar, keringat mulai membasahi tubuh, perasaan cemas dan takut.
"Jun...."
"Den...."
Sambil memanggil nama, kami pun hanya bisa berdiam diri di atas motor yang lampunya masih menyala. Mau jalan, tapi motor dalam keadaan ngempos. Mikir, mikir dan mikir, apa yang membuat 'mereka' terasa terganggu. Akhirnya teringat dengan pesan dari Danang yang ku kira itu hanya sebuah mitos dan untuk menakut-nakutiku.
"Den, pesan dari Danang."
"Amit Mbah, putumu nembe liwat lan mboten nganggu."
Aku dan Deni berucap pasrah karena saking takutnya dengan satu sosok yang masih berdiam mengintip disana. Tak lupa membunyikan klakson motor, agar dibiarkan lancar melewati jalanan.
"Tinnn...."
Klakson motor berbunyi, aku menghela napas dan mencoba memutar gas. Akhirnya kami berdua bisa menerobos jalanan lagi, tapi itu hanya sesaat. Sesudah melewati bangunan terbengkalai tersebut, aku pun memacu motor dengan gas penuh. Sampai berada di Kuburan Manisan, terdengar jelas ada seorang yang tertawa cekikikan dari jauh.
"Hihihihihi, hihihihihi, hihihihi."
Aku bergidik ngeri, seluruh bulu kuduk merinding. Tawa tersebut berada jauh di kegelapan malam, tapi entah mengapa terasa dekat sekali. Aku mengabaikan, tetap fokus berpacu dengan jalan. Entah kenapa, Deni malah menyuruhku untuk melihat ke samping jalan.
"Gas Jun, gas cepetan!!!"
"Setan kampret alas kurep."
Terlihat satu sosok dengan rambut panjang berurai menjuntai ke bawah, menutupi seluruh wajah dengan memakai baju putih yang sudah lusuh. Berdiam mematung di samping kiri jalan, dimana terlihat jelas oleh kami berdua. Aku langsung tancap gas melewatinya, sedikit melihat ke spion ternyata 'dia' masih ada disana.
Lega rasanya 'dia' tidak ikut mengejar dan motor pun berhasil melewati Kuburan Manisan. Setelah terlihat rumah-rumah warga, aku pun menghela napas. Lekas kembali putar gas motor melewati Tugu Besito. Sesudah mengantar Deni pulang, aku pun sampai di rumah dan beruntung 'mereka' tidak ikut kesini.

--------------------------------------
Penulis : ebipo
Referensi : TS sendiri
Diubah oleh ebipo 19-03-2020 13:32






aa115prass dan 11 lainnya memberi reputasi
12
3.8K
20


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan