

TS
sudutenergi
Harga Emas Meroket Berkat Stimulus AS

Harga Emas Meroket Berkat Stimulus AS
Berdasarkan data Antam, harga jual emas berukuran 0,5 gram senilai Rp. 437,5 ribu, 2 gram Rp. 1,6 juta, 3 gram Rp. 2,38 juta, 5 gram Rp. 3,95 juta, 10 gram Rp. 7,83 juta, 25 gram Rp. 19,48 juta, dan 50 gram Rp. 38,88 juta. Kemudian, harga emas berukuran 100 gram senilai Rp. 77,7 juta, 250 gram Rp. 194 juta, 500 gram Rp. 387,8 juta, dan 1 kilogram Rp. 775,6 juta.
Harga jual emas tersebut sudah termasuk Pajak Penghasilan (PPh) 22 atas emas batangan sebesar 0,45 persen bagi pemegang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Bagi pembeli yang tidak menyertakan NPWP memperoleh potongan pajak lebih tinggi sebesar 0,9 persen.
Harga jual emas PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam berada di posisi Rp826 ribu per gram pada Rabu (18/3) atau meroket Rp25 ribu dari Rp801 ribu per gram pada Selasa (17/3).
Begitu pula dengan harga pembelian kembali (buyback) melejit Rp26 ribu dari Rp719 ribu menjadi Rp745 ribu per gram pada hari ini.
Stimulus Ekonomi AS Dorong Harga Emas
Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan harga emas di pasar internasional menguat berkat pengumuman stimulus ekonomi dari pemerintah Amerika Serikat.
Presiden AS Donald Trump menggelontorkan dana senilai US$1 triliun untuk menstabilkan ekonomi Negeri Paman Sam di tengah pandemi virus corona atau Covid-19.
Menurut Ariston, sentimen seperti ini biasanya langsung menguatkan aset berisiko seperti saham dan melemahkan emas sebagai safe haven.
Namun, harga emas justru ikut melambung bersama penguatan indeks saham di berbagai bursa.
“Emas kini berubah posisi mengikuti arah pergerakan aset berisiko seperti indeks saham, terdorong menguat semalam karena pengumuman tersebut,” tutur Ariston.
Ariston memperkirakan harga emas akan bergerak di kisaran US$1.465 sampai US$1.580 per troy ons pada hari ini. Kendati begitu, ia melihat masih ada peluang penguatan emas ke depan.
“Sebab pasar yang khawatir mengenai dampak negatif corona terhadap perekonomian bakal menghalangi penguatan aset berisiko tersebut,” ungkapnya.
Selain itu, sentimen penguatan masih ada karena sejumlah lembaga internasional kembali mengendurkan proyeksi laju perekonomian dunia dan negara dengan skala ekonomi besar. S&P misalnya, memperkirakan ekonomi dunia akan merosot dari 3,3 persen menjadi 1,5 persen.
Kemudian, pertumbuhan ekonomi China direvisi dari 5,7 persen menjadi 2,7 persen sampai 3,2 persen. Sementara ekonomi AS akan jeblok dari 1,9 persen ke minus 0,5 persen sampai 0 persen.
Begitu pula dengan ekonomi negara-negara Eropa dari 1 persen menjadi minus 1 persen sampai minus 0,5 persen.






elinsaham dan 5 lainnya memberi reputasi
6
487
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan