Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

monicameyAvatar border
TS
monicamey
Nenek Wewe Gombel



"Beberapa anak ditemukan tewas dan tubuh mereka ditemukan tak jauh dari pemakaman. Hingga berita ini disiarkan, pihak kepolisian belum mengetahui penyebab kematian mereka."

Wanita tua itu menatap layar televisi dengan menghela napas. Ia tahu betul peristiwa hilangnya anak-anak di desa ada penyebab yang tak masuk akal oleh nalar manusia. Namun, ia tahu tak akan ada yang percaya dengan ucapannya.

"Siapa kira-kira pelakunya, ya?" Gadis muda bergaun tosca ikut bergabung menonton berita heboh hari ini.

"Sesuatu yang tidak bisa kamu lihat secara nyata," jawab wanita tua yang terus menatap layar televisi tanpa menoleh pada sang cucu.

"Maksud nenek? Apa ulah makhluk tak kasat mata?" Mata gadis muda itu membeliak, tanda tak percaya.

Sang nenek hanya membisu dan tidak berniat menjawab pertanyaan cucunya. Ia tahu anak jaman sekarang tidak percaya dengan adanya hal tersebut.

"Ah, Aini tidak percaya. Mana ada makhluk bisa menculik anak kecil lalu membunuhnya."

Memang sulit untuk mempercayai hal mistis yang terjadi di sekitar kita. Ada yang percaya dengan mitos atau tahayul yang masih membayangi dan ada juga yang meremehkan tentang kebenaran itu.

"Makhluk yang usil akan mengembalikan anak tersebut, tetapi jika yang berniat jahat maka roh anak itu selamanya tinggal bersamanya. Kalau kamu tidak percaya, nenek juga tidak bisa memaksamu karena dirimu belum pernah mengalaminya."

Yeni meninggalkan sang cucu yang masih tidak mempercayai ucapannya. Masih segar dalam ingatannya sewaktu dirinya masih kecil. Ia adalah anak bungsu yang nakal dan perangainya seperti anak lelaki.

*****

"Kamu itu anak perempuan. Mainnya sama anak lelaki," ucap sang ibu kala itu.

Yeni nama wanita itu menyesal tidak mendengar ibunya ketika masih kecil. Saat itu menjelang sore anak-anak tidak akan boleh keluar dari rumah lagi. Maklum di tahun 50-an suasana perkampungan akan terkesan sepi jika Maghrib tiba, hanya beberapa warga yang berani untuk menjaga pos siskamling saat itu.

"Sebentar lagi matahari terbenam. Cepat masuk, Yen. Ingat kata bapakmu kemarin. Jangan main sampai malam kalau kamu tidak mau dibawa nenek wewe."

Yeni mengacuhkan perkataan sang ibu dan memilih bermain di luar dari pada mendengar ocehan sang ibu yang membuatnya pusing kepala.

"Cepat masuk, Yen!" Ibunya sudah mulai tidak sabar menghadapi tingkah sang anak yang terlalu keras kepala.

"Aku tidak percaya," dengkusnya kesal.  Yeni memang bandel dan bermain sendiri sampai Maghrib.

Di saat teman lainnya sudah beranjak dari peraduannya, ia tetap bermain kelereng di halaman rumah kosong yang luas. Rumah Yeni berjarak beberapa meter dari tempat tinggalnya. Namun, ia masih di sana dan asyik memainkan kelereng.

"Nak, bisa bantu nenek?"

Yeni agak terkejut melihat nenek berpakaian aneh sedang bertanya padanya. Ia langsung berdiri dan menjawab dengan sopan.

"Ada apa, Nek?"

"Nenek mau tanya alamat ini. Nenek bingung."

Yeni membacanya perlahan dan mengerti alamat tersebut. Ia mengatakan tempat itu tidak seberapa jauh dari sini. Namun, nenek itu belum paham.

"Yeni tunjukkan tempatnya, ya, Nek."

Yeni gadis kecil yang polos menunjukkan tempat yang dituju. Ia tidak tahu jika nenek berpakaian aneh akan membawanya ke suatu tempat.

*****

Nuraini gelisah dan terlihat menahan tangis karena si bungsu belum pulang. Sudah hampir tiga jam lamanya, sang anak tidak menampakkan dirinya di rumah. Para warga sudah datang dan membawa kentongan juga obor.

"Ibu di sini saja. Bapak dan Radit akan mencari Yeni."

Suman dan anak pertamanya segera melangkahkan kaki menuju tempat terakhir Yeni bermain. Para warga memukul kentongan dan memanggil nama Yeni berulang kali.

"Yeni, kamu di mana?"

"Cepat kembali, Nak."

Para warga bahkan sang ayah tak menyadari jika Yeni berada di atas pohon beringin bersama makhluk tua berambut panjang hingga ke tanah dan memiliki payudara besar. Gadis kecil itu meringkuk ketakutan di samping makhluk yang menyeramkan. Ia terlihat ingin menangis, tetapi mulutnya seakan terkunci. Saat para warga memanggil namanya, ia juga tidak bisa menjawab.

"Allah, tolong Yeni," doanya dalam hati.

Yeni tahu ini kesalahannya. Ia tidak mendengar kata sang ibu dan berakhir di sini bersama nenek tua yang mengerikan. Ia tidak menyadari saat nenek itu membawanya ke jalan yang lapang lalu perlahan jalan tersebut berubah menjadi berkabut dan gelap. Lama-lama matanya mulai meredup seakan ada yang meniup.

"Yeni dibawa nenek wewe, Pak Suman."

Yeni mendengar suara yang ia kenal. Pak Kyai Umar berada di bawah dan ingin rasanya ia meneriaki nama ayahnya, tetapi tidak bisa.

"Maksud Pak Umar?"

"Yeni ada di atas, Pak Suman."

Beberapa warga sampai melihat ke atas pohon beringin dengan obor yang dipegang. Namun, hasilnya nihil. Mereka hanya melihat daun dan ranting saja.

"Bapak-bapak, mari kita berdoa sesuai keyakinan masing-masing. Jangan ada yang membuka mata atau menyahut jika ada yang memanggil nama kalian. Ingat itu tipu muslihat setan. Jika ada di antara kalian yang tidak bisa atau tidak kuat. Saya persilakan pulang," ujar Pak Kyai Umar memberitahu.

Tak ada satupun warga yang berniat pulang. Mereka ikut berdoa demi keselamatan Yeni dan anak-anak lainnya agar tidak ada kejadian serupa. Semilir angin dan udara dingin tak menyurutkan para warga melantunkan doa sesuai keyakinan. Panggilan dari dunia lain yang memanggil nama mereka tak bisa menghalangi mereka untuk segera menemukan Yeni.

Pak Umar yang berada tepat di bawah pohon mendengar teriakan rintihan dari makhluk tersebut. Pak Umar terus memanjatkan doa meminta bantuan Sang Kuasa. Setengah jam usaha yang dilakukan membuahkan hasil.

"Bapak, Yeni di sini."

Yeni akhirnya bisa membuka mulut dan memanggil sang ayah dengan kencang. Beberapa warga segera menolongnya menurunkan Yeni dari pohon. Pakaiannya sudah lusuh, kotor dan seketika tak sadarkan diri. Sang ayah langsung membawanya ke rumah.

"Untung Yeni cepat ditemukan, Pak," ucap Pak Kyai Umar sambil memegang tasbih.

"Kalau kita terlambat sedikit saja, bagaimana nasib Yeni, Pak?" Salah satu warga bertanya karena penasaran.

"Makhluk itu akan membawa roh Yeni ke dunianya. Makanya dari itu mengapa kita perlu perbanyak doa dan menuruti perintah orang tua."

Dalam pingsannya, Yeni terus meracau tak jelas. Sesekali menjerit, berteriak dan menangis. Tiga hari lamanya, ia tertidur dan para warga terus memberikan doa padanya. Setelah sadar, gadis kecil yang dulunya periang berubah menjadi pendiam dan tidak mau lagi bermain. Ia mengalami trauma yang mendalam.

*****

Kala itu usianya masih delapan tahun, kini sudah hampir enam puluh lima tahun lamanya peristiwa itu terus ia kenang dan menjadikan pengalaman berharga. Sejak peristiwa sore tersebut, Yeni menjadi anak penurut dan ketakutan tiap malam menjelang hingga akhirnya pindah ke kota lain.

Yeni yang sudah mulai tua dan beruban selalu bersyukur karena ia masih bisa menikmati kehidupannya hingga sekarang. Entah bagaimana nasibnya jika tidak ada Pak Kyai Umar dan warga yang menyelamatkannya.

Di jaman milenial sekarang, Yeni tahu jika masih ada yang tak percaya dengan keberadaan wewe gombel. Makhluk itu senang dengan anak kecil yang tidak patuh pada orang tuanya atau anak yang tidak mendapatkan kasih sayang. Dia akan membawa anak kecil tersebut ke dunianya.

=Tamat=

Surabaya, 18 Maret 2020

Berdasarkan kisah nyata yang pernah dialami oleh teman nenek saya di Probolinggo tahun 1955. Pohon itu hingga sekarang masih ada. Kisah ini 70% nyata dan 30% fiktif

sebelahblogAvatar border
infinitesoulAvatar border
aa115prassAvatar border
aa115prass dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.2K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan