Kaskus

Hobby

YatmaAvatar border
TS
Yatma
seputar aqiqah, sejarah dan hukum hukumnya

seputar aqiqah, sejarah dan hukum hukumnyaAqiqah dalam Islam: Pengertian, Sejarah dan Dalil hukum Hadist Shahih dibicarakan  dalam tulisan  ini. Beramal ibadah dengan landasan hadits sahih mengenai  aqiqah usahakan  perlu dilaksanakan  untuk menyerahkan  penjelasan yang sebenar-benarnya untuk  para orang tua yang hendak  mengaqiqahkan anak-anaknya.

Tujuan ditelusuri  dan dicerna  hadits-hadits itu  supaya aqiqah yang digelar  benar-benar syar'i. Aqiqah menjadi suatu  kewajiban untuk  umat muslim yang mempunyai  anak baik laki maupun wanita  untuk menyembelihkan fauna  sebagai wujud terima kasih untuk  Alloh SWT. Pelaksanaan tersebut tentunya  harus cocok  dengan segala hukum aqiqah dalam islam menurut  alasan  dan hadits yang terdapat  di dalam Al Quran. Apa saja hadit-haditsnya? Berikut anda  simak pada pembahasan  di bawah ini.

baca juga: syarat kambing aqiqah yang perlu kamu tau

Pengertian apa tersebut  Aqiqah dalam Islam
Di dalam bahasa Arab, aqiqah berarti memutus dan melubangi. Beberapa pakar pun  menyatakan bahwa aqiqah adalah nama fauna  yang bakal  disembelih. Dinamakan begitu sebab  pada pelaksanaannya fauna  tersebut lehernya akan dicukur  selain tersebut  juga mencukur  rambut bayi yang sudah  lahir. Sedang guna  maknanya secara syariat yakni fauna  yang disembelih guna  menebus bayi yang sudah  dilahirkan
Sebagai istilah agama, aqiqah adalah sembelihan yang dilaksanakan  penyembelihannya dengan maksud guna  kelahiran seorang anak, baik tersebut  laki-laki maupun wanita  di hari yang ketujuh semenjak  kelahirannya. Adapun tujuannya untuk menggali  ridhla Allah SWT.
Sejarah Pelaksanaan Aqiqah Pada Masa Pra Islam

Di dalam syariat aqiqah yakni  adanya kegiatan  menyembelih 2 ekor domba  untuk anak laki-laki dan satu ekor domba  untuk anak perempuan. Kegiatan ini sudah dilaksanakan  sejak jaman jahiliyah. Namun di masa tersebut  pelaksanaannya bertolak belakang  seperti yang dituntunkan nabi Muhamad SAW. Buraida berkata, bahwa dahulu kami pada masa jahiliyah andai  salah satu salah satu  kami mempunyai  anak, maka orang tersebut  akan menyembelih domba  dan melumuri kepala bayi tersebut  dengan darah kambing. Kemudian saat  Islam mulai masuk, maka pengamalan  aqiqah dilaksanakan  dengan menyembelih domba  kemudian memotong  rambut si bayi dan melumurinya dengan minyak wangi.

baca juga: bagi yang mempunyai anak perempuan, wajib baca ini

Dari sejarah aqiqah di atas, nampak jelas bahwa sikap Islam terhadap adat istiadat yang telah  biasa dijalankan dan berlaku di masyarakat. Secara tegas, Islam telah cocok  dengan faedah  yang diturunkannya sebagai emblem  kasih sayang dan memimpin ke arah yang benar.
Adab Menyambut Kelahiran Bayi dan Aqiqah Berdasarkan Hadist

Pelaksanaan aqiqah yang cocok  dengan syar'i tentunya me sti berpegang pada hadits agar  tuntunannya cocok  dengan yang pernah dituntunkan rasulullah. Hal ini perlu dilaksanakan  karena tidak sedikit  orang yang melakukannya tidak cocok  dengan bimbingan  yang dilaksanakan  oleh Nabi Muhammad SAW. Maka dari itu inilah  ini  diberikan sejumlah  hadits mengenai  aqiqah yang butuh  diketahui.

Adzan dan iqamah di telinga bayi yang baru lahir
Dikatakan dari Abu Rafi' yang menuliskan   bahwa dirinya pernah menyaksikan  Rasulullah membacakan adzan sholat di kedua telinga Hasan saat dicetuskan  Fathimah. (HR. Ahmad juz 9 urusan  230 no. 23930). Dari hadits tersebut pun  diriwayatkan oleh Hakim dan Baihaqi serta Imam Abu Dawud dan Tirmidzi yang memakai  lafadh berbeda. Diriwayatkan sebagai berikut, "Dari Abu Rafi' bahwa nabi Muhammad SAW menyimak  adzan di telinga Hasan dan Husain RA saat dua-duanya  dilahirkan. Kemudian beliau mengajak  demikian juga.
Mengenai aqiqah yang dilakukan  di samping  hari ke 7 yaitu  pada hari ke 14, 21, sesudah  tua dan sebagainya.

Abdullah bin Buraidah dari ayahnya, mengaku  bahwa Nabi Muhamaad SAW bersabda, "Aqiqah tersebut  disembelih di hari ke 7 atau hari ke 14 atau ke 21 (HR. Baihaqi juz 9, urusan  303). Diriwayatkan di hadits tersebut tentang  diperbolehkannya untuk mengerjakan  aqiqah di hari ke 14 dan ke 21. Hal tersebut ialah  dla'if sebab  di dalam sanadnya ada  perawi yang mempunyai  nama  Ismail bin Muslim Al-Makkiy.

Demikianlah ulasan  tentang Aqiqah dalam Islam: Pengertian, Sejarah dan Dalil Hukum Hadist Shahih yang bisa kamu  baca dalam tulisan  ini. Pastinya dengan mengetahui  hadits-haditsnya pasti  akan menyerahkan  tuntunan kepada kamu  untuk mengemban  aqiqah secara syar'i. Semoga tulisan  bertajuk Aqiqah dalam Islam: Pengertian, Sejarah dan Dalil Hukum Hadist Shahih berfungsi  buat anda  semua.

baca juga: layanan aqiqah jogja
 



0
770
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan