- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Dahan Bambu Yang Melengkung Di Daerahku Yang Pernah Membawaku Ke Dunia Lain


TS
asikasikaja77
Dahan Bambu Yang Melengkung Di Daerahku Yang Pernah Membawaku Ke Dunia Lain

"Hati-hati dijalan ya anak-anak, langsung pulang ke rumah dan jangan main kemana-mana karena sudah gelap" Ucap guru ngajiku kepada kami yang baru saja selesai belajar mengaji di TPA (Tempat Pendidikan Al-Qur'an) sambil menyalami satu persatu.
Setiap sore pada hari senin hingga jum'at, aku dan yang lainnya selalu mengikuti pembelajaran tentang cara baca Al-Qur'an yang di adakan di mesjig yang berlokasi di daerah kampung lain. Lantaran di kampungku belum ada mesjid waktu itu. Jadi beberapa orang tua memutuskan untuk menyuruh anaknya belajar di kampung itu. Kampungku ini berada di kota Bekasi, tepatnya di daerah Ujung Aspal. Di tempatku ini masih banyak ditumbuhi pohon bambu yang berwarna hijau muda dan berukuran besar-besar.
Di Daerahku ini ada sebuah kepercayaan warga bahwa kita tidak boleh melintasi bambu yang dahannya melintang di dua sisinya. Lantara penduduk percaya bambu itu bisa membawa kita ke dunia lain dan sulit untuk pulang ke dunia kita. Karena hal itu pula, anak-anak sesusiaku enggan bermain di daerah pohon bambu.
"Aku paling males bud kalo pulang ngaji malem gini, seremmm" Kataku pada Budi sore itu diperjalanan pulang. Budi adalah teman sekolahku sekaligus temanku mengaji. Walaupun kita masih duduk di bangku SD, tapi dia sudah berlaga layaknya orang dewasa, tapi walau begitu Budi memang lebih berani ketimbang diriku. Saat itu hari sudah sore namun belum maghrib. Tapi langit-langit sudah gelap dan mengurangi pandangan kita waktu itu. Untungnya aku dan Budi berasal dari kampung yang sama sehingga aku ada teman pulang.
"Gaboleh gitu Ram, pamali tau" Kata Budi mengingatkanku untuk tidak berpikir yang aneh-aneh.
Saat itu hanya terdengar suara sendal yang beradu dengan jalanan yang masih dilapisi oleh batu kali. Sampai akhirnya kita melewati jalanan yang sedikit tertutup oleh dahan bambu yang melengkung. Entah kenapa setiap pulang sore menjelang malam, rasanya menyeramkan sekali. Apalagi di sisi kanan pohon bambu tumbuh sangat lebat, sehingga aku suka merasa ada mahluk yang sedang mengawasi kita.
"Tenang Ram, tenang" Perintah Budi kepadaku yang menyadari bahwa aku meremas bajunya lantaran merasa takut melewati daerah itu. Semaking kita melangkah, kaki terasa berjalan semakin cepat dan akhirnya daerah itu berhasil kita lewati tanpa menemukan hal yang aneh-aneh.
Sebenarnya, jadwal TPA selesai pukul 5 sore, namun terkadang bila pak Ustad telat datang atau ada siswa tambahan maka jam pulang bisa semakin lama. Hari itu Budi sedang sakit, jadi aku berangkat ke TPA sendirian. Harapanku cuma satu saat itu agar TPA bisa selesai cepat jadi aku tidak perlu khawatir bila harus pulang belom sore hari. Namun sayangnya harapanku tidak sesuai espektasi, pak Ustad telat datang ke TPA, jam pulangpun ngaret hingga sore hari.
Awalnya aku berniat meminta diantar oleh pak Ustad, namun aku lihat pak Ustad sedang menerima tamu jadi mau tidak mau aku pasakan untuk pulang sebelum langit semakin gelap.
Tibalah aku memasukki daerah pohon-pohon bambu. Entah kenapa suasananya terasa lebih mencekam waktu itu. Angin bertiup juga jauh lebih kencang hingga membuat dahan-dahan bambu bergoyang. Bahkan dahan bambu yang melintangpun bergoyang cukup kuat. Langkah kakiku berhenti beberapa meter sebelum melintasi dahan bambu melengkung itu. Benar-benar tak tau harus berbuat apa waktu itu. Dipikiranku terpecah menjadi dua, paksa berlari melewati daerah itu atau kembali ke TPA.
Akhirnya aku putuskan untuk berlari melintasi daerah itu secepat mungkin. Tanpa tolah-toleh, aku buat diriku berlari sekencang mungkin. Sekuat aku berlari malah terasa asing lingkungan yang aku rasakan. Aku merasa tidak mengenali tempat aku berada sekarang. Ditambah suasana yang semakin gelap dan bunyi-bunyian aneh yang berasal dari arah pohon-pohon bambu.
Dari arah langit aku melihat sebuah cahaya terbang ke arah pohon-pohon bambu. Jangan tanya lagi bagaimana perasaanku waktu itu. Ingin sekali aku berteriak tapi perasaan tak karuan ini sudah menahan teriakanku. Kaki ku terasa sangat gemeteran. Yang aku lakukan waktu itu hanya melafalkan surat surat yang sudah aku hafal di dalam hati.
Kemudian samar-samar aku mendengar suara seorang perempuan seperti berbisik di telingaku namun sosoknya ada tepat di depanku. Badannya tinggi besar, berambut panjang, terlihat cantik dan hanya menggunakan pakaian kebaya.
"Sini nak sini" Kata wanita itu.
"Kamu siapa?" Tanyaku polos waktu itu.
"Aku ibu yang tinggal disana (sambil menunjuk ke sebuah rumah di daerah pohon-pohon bambu), ayo ikut ibu ke rumah" Kata wanita itu berusaha membujukku.
"Ga mau" Jawabku singkat. Sejak kecil aku memang sudah di ajari oleh orang tua untuk jangan mau bila diajak oleh orang yang tak dikenal.
"Ayo ikut ibu" Kata wanita itu masih mencoba membujukku.
"Ga mau" Ulangku.
"AYO IKUT IBU" Tiba-tiba suaranya menjadi lebih serak diikuti oleh perubahan warna kulitnya yang semakin menghitam dan berbulu. Tampak dua giginya keluar dari mulutnya dan terus memanjang. Lama-kelamaan ada pula suara tangisan atau rengekan anak kecil. Hal itu justru membuatku semakin takut waktu itu. Karena benar-benar takut dan tak tau harus lari kemana, maka aku hanya bisa berjongkok sambil menutup telinga.
"Sini nak sini" Kata wanita itu.
"Kamu siapa?" Tanyaku polos waktu itu.
"Aku ibu yang tinggal disana (sambil menunjuk ke sebuah rumah di daerah pohon-pohon bambu), ayo ikut ibu ke rumah" Kata wanita itu berusaha membujukku.
"Ga mau" Jawabku singkat. Sejak kecil aku memang sudah di ajari oleh orang tua untuk jangan mau bila diajak oleh orang yang tak dikenal.
"Ayo ikut ibu" Kata wanita itu masih mencoba membujukku.
"Ga mau" Ulangku.
"AYO IKUT IBU" Tiba-tiba suaranya menjadi lebih serak diikuti oleh perubahan warna kulitnya yang semakin menghitam dan berbulu. Tampak dua giginya keluar dari mulutnya dan terus memanjang. Lama-kelamaan ada pula suara tangisan atau rengekan anak kecil. Hal itu justru membuatku semakin takut waktu itu. Karena benar-benar takut dan tak tau harus lari kemana, maka aku hanya bisa berjongkok sambil menutup telinga.
Entah berapa lama aku terdiam di tempat itu sambil berjongkok ketakutan. Tiba-tiba dari belakangku ada sebuah cahaya yang sangat terang. Semakin mendekat cahaya itu terlihat semakin terang dan besar. Perasaanku sedikti lega begitu mengetahui bahwa itu adalah sebuah motor yang sedang dikendarai seseorang. Tapi aku masih belum berani berdiri hingga si pengendara motor menegurku.

"Eh, Ram, kamu ngapain jongkok disini gelap-gelapan gini?" Tanyanya padaku. Aku yang masih belom jelas melihat mukanya berkata dengan nada yang lirih "Takut om, tadi aku lari dari sana (sambil menunjuk arah dahan bambu) terus tau-tau aku bingung lagi dimana" Jawabku. Namun betapa terkejutnya aku begitu mengetahui ada dahan bambu kecil yang melintang rendah. Dan bambu itu tampak masih muda dan ukurannya masih kecil. "Jangan-jangan dahan bambu itu tidak sengaja aku lewati saat lari tadi" Gumamku dalam hati. Karena selama ini tidak ada bambu yang melintang, bahkan tadi siangpun saat aku berangkat ke TPA, dahan bambu itu sama sekali tidak ada.
"Yaudah yuk ikut saya aja, nanti aku anterin ke rumah orang tua kamu" Jawab orang itu yang masih tidak aku kenali wajah dan motornya karena kurangnya penerangan namun terpaksa aku iyakan karena tak ingin melihat wanita tadi lagi. Di perjalanan, aku menoleh ke arah belakang untuk memastikan bahwa tempat tadi benar adanya. Ternyata dugaanku salah, tempat itu sudah berubah. Ditambah ada cahaya yang terbang ke arah lain yang sebelumnya aku lihat sebelum wanita itu muncul.
Setibanya di daerah kampungku, aku baru menyadari bahwa yang mengantarku adalah Pak Sopan, salah satu tetangga yang rumahnya dua baris dari rumahku. Untunglah waktu itu penculikan pada anak belum semarak sekarang. Jadi aku bisa pulang dengan selamat.
Sejak kejadian itu, aku tidak mau lagi bila disuruh berangkat ngaji sendirian. Karena peristiwa malam itu sangat membuatku trauma.
Kini kampungku sudah cukup maju, jalanannya sudah dilapisi aspal, lampu-lampu jalan juga sudah terpasang disepanjang jalan, rumah pendudukpun semakin banyak. Walau area pohon bambu masih ada, namun kini daerah itu sudah tidak menyeramkan dulu lagi. Dahan bambu yang melengkungpun sudah di potong oleh warga karena menghalangi kendaraan besar yang masuk ke kampung.
Pernah aku ceritakan pengalamanku itu pada teman-teman sekolahku. Ada yang bilang bahwa aku dipindahkan ke dunia lain karena melintasi pohon bambu itu. Ada juga yang bilang kalau sebenarnya aku diculik oleh Wewe Gombel atau di daerah kami menyebutnya Kalong Wewe, yaitu jin yang menyerupai wanita dan suka menculik anak-anak untuk diajak tinggal bersamanya. Namun untuk jawaban pastinya aku sendiri tidak tau. Tapi hingga sekarang belum ada kejadian orang hilang yang melewati jalan itu, paling-paling hanya kecelakaan tunggal yang dialami oleh beberapa orang.
Diubah oleh asikasikaja77 20-03-2020 14:37






aa115prass dan 4 lainnya memberi reputasi
5
2.4K
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan