- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Tangis Sang Bulan


TS
mambaulathiyah
Tangis Sang Bulan
Rembulan
Cerpen
Rembulan, gadis ayu berkerudung jingga itu mengusap air matanya yang menetes berkali-kali meskipun telah berusaha ditahan. Matanya yang bercelak kajool hitam memandang lurus ke depan dengan pandangan yang kabur karena derai air mata. Jika saja tempat sosok yang dipandangnya itu berdekatan maka dia akan berlari ke arahnya dan memaksa sosok itu pergi bersamanya, tetapi ... gadis itu tahu bahwa dia tidak seberani itu. Dia hanya bisa pasrah saat ayahnya akhirnya memegang tangan lelaki itu, mengucapkan ijab qobul di hadapan khalayak dan menyerahkan anak perempuannya yang lain kepada lelaki itu, sosok yang selalu dipujanya setengah mati.
Ucapan "Sah" membahana, tangis Rembulan pecah di dalam hati, mulutnya sengaja dikatupkan agar isak tangisnya tida keluar. Kakak perempuannya memeluk satu persatu keluarga yang ada dalam ruangan itu, termasuk dirinya. Binar bahagia di wajah kakaknya menular kepada banyak orang tapi tidak kepadanya. Senyum Rembulan dipaksakan, hatinya sesak menahan derita. Dia selama ini salah mengira bahwa hidupnya akan bahagia dengan lelaki pilihan hatinya, nyatanya ... lelaki pujaan hatinya adalah lelaki pilihan ayahnya untuk kakaknya.
****
"Kau harus menghapus rasamu untuk lelaki itu," ucap Haji Romli, ayah Rembulan. Lelaki berhidung sedang dengan kulit sawo matang itu memergoki putri bungsunya mencium foto Rafli, putra Haji Masduqi, teman akrab Haji Romli.
"Tapi, Yah. Aku dan Kak Rafli sama-sama saling mengagumi." Protes Rembulan pelan, hampir tak terdengar. Baru kali ini Rembulan memprotes ucapan ayahnya sepanjang hidupnya.
"Ayah tahu. Tapi dia bukan untukmu. Sejak kau berusia delapan tahun dia sudah kujodohkan dengan kakakmu. Karena itulah dia sering datang ke acara keluarga kita, Bulan." Ayah Rembulan berdalih.
"Dia bahkan selalu memberikan oleh-oleh untuk kakakmu, bukan kamu."
Rembulan terisak. Gadis yang baru mengenal cinta itu merasa tidak puas. Dia berlari menyusuri kelamnya malam dan mengetuk rumah lelaki yang bernama Rafli itu.
"Apa kak Rafli tidak pernah memiliki rasa untukku?" tanyanya berani. Tangannya gemetar, tubuhnya berkeringat di balik kerudungnya.
"Bulan. Ini ada apa?"
"Bulan kenapa bertanya seperti ini?"
"Karena Bulan hanya ingin tahu, apakah perasaan Bulan ini hanya sekedar gerhana sesaat saja atau memang rasa yang pantas kupertahankan."
Rafli menggigit bibirnya. Rasa kasih sayangnya kepada Rembulan telah salah arti.
"Rembulan pulang dulu. Tenangkan diri dan kita bicarakan esok hari." Rafli mengambil nafas panjang saat Rembulan berbalik langkah dan pulang.
Namun, Rembulan tahu. Rafli telah menjawabnya dengan jawaban yang paling sopan.
Meskipun dia tahu, tetapi sisi hatinya yang lain masih tak rela. Hingga akad nikah itu berjalan, dia masih ingin meyakinkan perasaannya. Namun, melihat senyum dua mempelai saat itu Rembulan menyerah. Dia memilih mengakui kekalahannya karena dia lebih senang melihat kakaknya bahagia daripada melihat senyum licik di wajahnya. Rembulan memilih menerima cintanya sebagai gerhana sesaat dan menunggu waktu yang tepat untuk kembali bangkit menemukan cinta yang baru.
Entah kapan?
_Tamat_
Ajurr Jum 😂
Cerpen
Rembulan, gadis ayu berkerudung jingga itu mengusap air matanya yang menetes berkali-kali meskipun telah berusaha ditahan. Matanya yang bercelak kajool hitam memandang lurus ke depan dengan pandangan yang kabur karena derai air mata. Jika saja tempat sosok yang dipandangnya itu berdekatan maka dia akan berlari ke arahnya dan memaksa sosok itu pergi bersamanya, tetapi ... gadis itu tahu bahwa dia tidak seberani itu. Dia hanya bisa pasrah saat ayahnya akhirnya memegang tangan lelaki itu, mengucapkan ijab qobul di hadapan khalayak dan menyerahkan anak perempuannya yang lain kepada lelaki itu, sosok yang selalu dipujanya setengah mati.
Ucapan "Sah" membahana, tangis Rembulan pecah di dalam hati, mulutnya sengaja dikatupkan agar isak tangisnya tida keluar. Kakak perempuannya memeluk satu persatu keluarga yang ada dalam ruangan itu, termasuk dirinya. Binar bahagia di wajah kakaknya menular kepada banyak orang tapi tidak kepadanya. Senyum Rembulan dipaksakan, hatinya sesak menahan derita. Dia selama ini salah mengira bahwa hidupnya akan bahagia dengan lelaki pilihan hatinya, nyatanya ... lelaki pujaan hatinya adalah lelaki pilihan ayahnya untuk kakaknya.
****
"Kau harus menghapus rasamu untuk lelaki itu," ucap Haji Romli, ayah Rembulan. Lelaki berhidung sedang dengan kulit sawo matang itu memergoki putri bungsunya mencium foto Rafli, putra Haji Masduqi, teman akrab Haji Romli.
"Tapi, Yah. Aku dan Kak Rafli sama-sama saling mengagumi." Protes Rembulan pelan, hampir tak terdengar. Baru kali ini Rembulan memprotes ucapan ayahnya sepanjang hidupnya.
"Ayah tahu. Tapi dia bukan untukmu. Sejak kau berusia delapan tahun dia sudah kujodohkan dengan kakakmu. Karena itulah dia sering datang ke acara keluarga kita, Bulan." Ayah Rembulan berdalih.
"Dia bahkan selalu memberikan oleh-oleh untuk kakakmu, bukan kamu."
Rembulan terisak. Gadis yang baru mengenal cinta itu merasa tidak puas. Dia berlari menyusuri kelamnya malam dan mengetuk rumah lelaki yang bernama Rafli itu.
"Apa kak Rafli tidak pernah memiliki rasa untukku?" tanyanya berani. Tangannya gemetar, tubuhnya berkeringat di balik kerudungnya.
"Bulan. Ini ada apa?"
"Bulan kenapa bertanya seperti ini?"
"Karena Bulan hanya ingin tahu, apakah perasaan Bulan ini hanya sekedar gerhana sesaat saja atau memang rasa yang pantas kupertahankan."
Rafli menggigit bibirnya. Rasa kasih sayangnya kepada Rembulan telah salah arti.
"Rembulan pulang dulu. Tenangkan diri dan kita bicarakan esok hari." Rafli mengambil nafas panjang saat Rembulan berbalik langkah dan pulang.
Namun, Rembulan tahu. Rafli telah menjawabnya dengan jawaban yang paling sopan.
Meskipun dia tahu, tetapi sisi hatinya yang lain masih tak rela. Hingga akad nikah itu berjalan, dia masih ingin meyakinkan perasaannya. Namun, melihat senyum dua mempelai saat itu Rembulan menyerah. Dia memilih mengakui kekalahannya karena dia lebih senang melihat kakaknya bahagia daripada melihat senyum licik di wajahnya. Rembulan memilih menerima cintanya sebagai gerhana sesaat dan menunggu waktu yang tepat untuk kembali bangkit menemukan cinta yang baru.
Entah kapan?
_Tamat_
Ajurr Jum 😂






nona212 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
752
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan