- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Misteri Kamar Mandi Asrama


TS
ymulyanig3
Misteri Kamar Mandi Asrama
Jangan Ke Kamar Mandi Sendirian

Pernahkah gansis takut ke kamar mandi sendiri? Apalagi jika kamar mandinya berada di luar, bikin deg-deg ser ya? Cerita ini diambil dari kisah seorang anak santri dan dibumbui sedikit fiksi. Simak ceritanya yuk!

Malam itu, tepat pukul 11.30 malam, semua teman sekamarku telah tidur terlelap. Aku terbangun karena merasakan basah di tempat tidur. Benarlah, darah haidku sudah membanjiri celana dan selimut. "Aisyah ... Aisyah!" Seruku kepada teman yang tidur tepat disampingku. Namun, ia bergeming, tampak lelap dalam tidurnya.
Aku beranjak dari tempat tidur, membereskan selimut dan membawa baju ganti ke kamar mandi yang tidak jauh dari kamar asrama. Sebenarnya nyaliku ciut ketika melihat jam kecil yang ada di pergelangan tangan menunjukkan pukul 11 lewat, tapi kali ini aku harus memberanikan diri ke kamar mandi seorang diri. Aku berjalan perlahan menuju kamar mandi di ujung deretan kamar asrama putri. Mataku awas mengitari sekeliling, tak ada seorang pun yang tampak di sekitar. Suasana pondok seolah mati, hanya beberapa penerangan lampu yang mulai meremang yang menuntunku menuju kamar mandi.
Sebenarnya letak kamar mandi tidak terlalu jauh dari kamar. Namun, entah kenapa malam itu jarak kamar mandi serasa berkilometer jauhnya. Kakiku terasa lelah dan lemas, hawa dingin sesekali membuat bulu kuduk berdiri. Setelah sampai di depan kamar mandi, ada sekelebat bayangan hitam yang lewat tepat di belakangku. Jantungku berdegup kencang hingga membuat tubuh ini gemetar. "Siapa!" Pekikku kaget ketika ada suara ranting patah di dekatku berdiri.

Aku bergegas memasuki kamar mandi yang sedikit lebih gelap, dua pintu kamar mandi tampak tertutup dan tiga pintu lainnya terbuka. Aku memasuki salah satu kamar mandi dengan pintu terbuka dan bergegas membersihkan diri. Alangkah kesalnya hati ketika melihat di sekeliling tidak tampak gayung satupun. Namun, tak lama terdengar suara guyuran air dari dalam kamar mandi sebelah. "Allhamdulillah, ada orang di sebelah," gumamku pelan.
"Ukhti, boleh pinjam gayungnya!" Seruku sembari mengulurkan tangan ke atas kamar mandi sebelah.
"Prakk!" Sebuah gayung sepertinya dilempar oleh seseorang yang ada di kamar mandi sebelah.

Aku mengambil gayung dengan perasaan aneh. Bukannya memberikan gayung itu langsung ke tanganku, malah dilempar begitu saja. Aku pun bergegas mengganti pakaian, membilas celana dan selimut yang penuh darah. Sesekali aku juga masih mendengar suara guyuran air dari kamar mandi sebelah. Setidaknya itu membuatku sedikit tenang.
Selang beberapa menit, aku keluar dari kamar mandi dengan perasaan lega. Baru beberapa langkah melangkah, hati ini tergerak untuk mengetahui siapa sosok yang melempar gayung dari atas kamar mandi. Aku berdiri tepat di depan kamar mandi. 'Pintunya masih tertutup berarti orangnya masih ada di dalam,' pikirku dalam hati.
"Ukhti! Ukhti!" Seruku sembari mengetuk pintu. Lama menunggu tidak ada jawaban dari dalam. Entah keberanian atau rasa penasaran yang tinggi, tanganku mencoba untuk menekan handle pintu dan mendorongnya.
"Arrrhhgggg!" Pekikku nyaring ketika melihat sosok anak perempuan sebaya denganku yang mengenakan pakaian berlumuran darah. Setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi.
Keesokan harinya, aku sudah terbaring lemas di dalam kamar asrama. Aku membuka mata perlahan, tampak ada beberapa kakak kelas dan ustadzah di sampingku.
"Allhamdulillah ... kamu sudah sadar, dek," ucap Ustadzah Luna dengan tersenyum.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya ustadzah lembut.
Aku hanya bisa menggeleng pelan, kepalaku serasa berat dan sakit. "Tadi malam kamu kenapa?" Tanya ustadzah penanasaran. "Tadi malam teman-teman menemukanmu tergeletak di depan kamar mandi," lanjut ustadzah.
Aku terdiam sejenak, mencoba mengingat kejadian semalam. "Arrrhggg," pekikku sembari memeluk ustadzah. Sosok gadis bersimbah darah itu seolah muncul kembali di pelupuk mata. Aku terdiam beberapa saat, kemudian menceritakan kejadian semalam kepada ustadzah.
"Astagfirullah ... ya udah nggak apa-apa. Yang penting sekarang kamu nggak apa-apa," ucap ustadzah mencoba menenangkan.
***
Beberapa hari berlalu, setelah kejadian yang menimpaku, kamar mandi itu di renovasi dan diberikan penerangan yang cukup. Desas-desus warga pondok akhirnya sampai ke telinga perihal latar belakang kamar mandi tersebut. Beberapa tahun yang lalu, jauh sebelum aku masuk pondok. Ada seorang siswi yang ditemukan tewas di kamar mandi. Entah apa penyebabnya tidak ada yang tahu pasti karena cerita hanya berkembang dari mulut ke mulut dan dari generasi ke generasi.
Setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Pondok mulai memberlakukan jaga malam setiap malamnya, pondok juga membuat aturan dilarang ke kamar mandi seorang diri di malam hari. Semoga tidak ada kejadian menyeramkan lagi yang bisa menghambat aktifitas belajar para santri.
Tamat
Penulis : ymulyanig3
Sumber : Cerita teman dan fiksi
link gambar

Pernahkah gansis takut ke kamar mandi sendiri? Apalagi jika kamar mandinya berada di luar, bikin deg-deg ser ya? Cerita ini diambil dari kisah seorang anak santri dan dibumbui sedikit fiksi. Simak ceritanya yuk!

Malam itu, tepat pukul 11.30 malam, semua teman sekamarku telah tidur terlelap. Aku terbangun karena merasakan basah di tempat tidur. Benarlah, darah haidku sudah membanjiri celana dan selimut. "Aisyah ... Aisyah!" Seruku kepada teman yang tidur tepat disampingku. Namun, ia bergeming, tampak lelap dalam tidurnya.
Aku beranjak dari tempat tidur, membereskan selimut dan membawa baju ganti ke kamar mandi yang tidak jauh dari kamar asrama. Sebenarnya nyaliku ciut ketika melihat jam kecil yang ada di pergelangan tangan menunjukkan pukul 11 lewat, tapi kali ini aku harus memberanikan diri ke kamar mandi seorang diri. Aku berjalan perlahan menuju kamar mandi di ujung deretan kamar asrama putri. Mataku awas mengitari sekeliling, tak ada seorang pun yang tampak di sekitar. Suasana pondok seolah mati, hanya beberapa penerangan lampu yang mulai meremang yang menuntunku menuju kamar mandi.
Sebenarnya letak kamar mandi tidak terlalu jauh dari kamar. Namun, entah kenapa malam itu jarak kamar mandi serasa berkilometer jauhnya. Kakiku terasa lelah dan lemas, hawa dingin sesekali membuat bulu kuduk berdiri. Setelah sampai di depan kamar mandi, ada sekelebat bayangan hitam yang lewat tepat di belakangku. Jantungku berdegup kencang hingga membuat tubuh ini gemetar. "Siapa!" Pekikku kaget ketika ada suara ranting patah di dekatku berdiri.

Aku bergegas memasuki kamar mandi yang sedikit lebih gelap, dua pintu kamar mandi tampak tertutup dan tiga pintu lainnya terbuka. Aku memasuki salah satu kamar mandi dengan pintu terbuka dan bergegas membersihkan diri. Alangkah kesalnya hati ketika melihat di sekeliling tidak tampak gayung satupun. Namun, tak lama terdengar suara guyuran air dari dalam kamar mandi sebelah. "Allhamdulillah, ada orang di sebelah," gumamku pelan.
"Ukhti, boleh pinjam gayungnya!" Seruku sembari mengulurkan tangan ke atas kamar mandi sebelah.
"Prakk!" Sebuah gayung sepertinya dilempar oleh seseorang yang ada di kamar mandi sebelah.

Aku mengambil gayung dengan perasaan aneh. Bukannya memberikan gayung itu langsung ke tanganku, malah dilempar begitu saja. Aku pun bergegas mengganti pakaian, membilas celana dan selimut yang penuh darah. Sesekali aku juga masih mendengar suara guyuran air dari kamar mandi sebelah. Setidaknya itu membuatku sedikit tenang.
Selang beberapa menit, aku keluar dari kamar mandi dengan perasaan lega. Baru beberapa langkah melangkah, hati ini tergerak untuk mengetahui siapa sosok yang melempar gayung dari atas kamar mandi. Aku berdiri tepat di depan kamar mandi. 'Pintunya masih tertutup berarti orangnya masih ada di dalam,' pikirku dalam hati.
"Ukhti! Ukhti!" Seruku sembari mengetuk pintu. Lama menunggu tidak ada jawaban dari dalam. Entah keberanian atau rasa penasaran yang tinggi, tanganku mencoba untuk menekan handle pintu dan mendorongnya.
"Arrrhhgggg!" Pekikku nyaring ketika melihat sosok anak perempuan sebaya denganku yang mengenakan pakaian berlumuran darah. Setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi.
Keesokan harinya, aku sudah terbaring lemas di dalam kamar asrama. Aku membuka mata perlahan, tampak ada beberapa kakak kelas dan ustadzah di sampingku.
"Allhamdulillah ... kamu sudah sadar, dek," ucap Ustadzah Luna dengan tersenyum.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya ustadzah lembut.
Aku hanya bisa menggeleng pelan, kepalaku serasa berat dan sakit. "Tadi malam kamu kenapa?" Tanya ustadzah penanasaran. "Tadi malam teman-teman menemukanmu tergeletak di depan kamar mandi," lanjut ustadzah.
Aku terdiam sejenak, mencoba mengingat kejadian semalam. "Arrrhggg," pekikku sembari memeluk ustadzah. Sosok gadis bersimbah darah itu seolah muncul kembali di pelupuk mata. Aku terdiam beberapa saat, kemudian menceritakan kejadian semalam kepada ustadzah.
"Astagfirullah ... ya udah nggak apa-apa. Yang penting sekarang kamu nggak apa-apa," ucap ustadzah mencoba menenangkan.
***
Beberapa hari berlalu, setelah kejadian yang menimpaku, kamar mandi itu di renovasi dan diberikan penerangan yang cukup. Desas-desus warga pondok akhirnya sampai ke telinga perihal latar belakang kamar mandi tersebut. Beberapa tahun yang lalu, jauh sebelum aku masuk pondok. Ada seorang siswi yang ditemukan tewas di kamar mandi. Entah apa penyebabnya tidak ada yang tahu pasti karena cerita hanya berkembang dari mulut ke mulut dan dari generasi ke generasi.
Setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Pondok mulai memberlakukan jaga malam setiap malamnya, pondok juga membuat aturan dilarang ke kamar mandi seorang diri di malam hari. Semoga tidak ada kejadian menyeramkan lagi yang bisa menghambat aktifitas belajar para santri.
Tamat
Penulis : ymulyanig3
Sumber : Cerita teman dan fiksi
link gambar
Diubah oleh ymulyanig3 17-03-2020 14:32






nona212 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
3.1K
8


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan