- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Penunggu Kereta


TS
.r4hma.
Penunggu Kereta
Setelah pulang dari Singapura diriku langsung kembali beraktivitas seperti hari biasa, ke kantor untuk bekerja di salah satu kota metropolitan.

sumber gambar
Malam semakin larut, hari itu memang cuaca tidak secerah biasanya. Gemerlap bintang terasa menghilang hanya menyisakan temaram bulan yang tampak malu-malu. Sudah hampir pukul 10 malam, ternyata setelah liburan cuti kemarin kerjaanku menumpuk. Mau tak mau aku paksakan untuk lembur, dan saatnya untuk pulang mengincar kereta terakhir.
Setelah tiba di stasiun tak banyak penumpang yang akan menggunakan jasa kereta, sudah biasa kalau malam memang seperti itu. Kereta yang kutunggu pun datang, beberapa orang langsung merapat ke pinggir peron.
Pintu pun terbuka, aku pun langsung masuk ke dalamnya. Untunglah masih banyak bangku kosong, hawa dingin dari AC membuat tenang tubuhku yang sudah lelah. Di pojok tempat duduk kulihat kawanku sewaktu masih sekolah dulu.
"Dina!" Ia tak menjawab tetap menunduk.
Aku pun menghampirinya, mungkin teriakanku tak terdengar. Sesudah tiba di dekatnya, aku kembali memanggilnya.
"Din?" Ia pun menoleh.
"Ehh, kamu Rahma"
Kamipun berjabat tangan, namun kurasakan telapak tangannya dingin sekali. Bahkan wajahnya terlihat pucat, mungkin temanku ini sedang sakit.
"Kamu lagi sakit Din, kok tumben pulang malam"
"Nggak, biasa habis lembur tadi"
Selama perjalanan, aku pun ngobrol ngalor ngidul membunuh waktu. Tak terasa roda kereta telah membawa kami telah menjauh dari kota yang gemerlap. Satu stasiun lagi diriku akan sampai, aku pun mempersiapkan diri.
"Lohh, Din kamu ga ikut turun" aku melihatnya ia masih duduk tidak bersiap untuk turun.
"Nanti, aku mau ke Bogor"
"Ohhh, kalau gitu aku duluan ya"
Iya pun hanya mengangguk sambil tersenyum, aku segera turun di stasiun yang kutuju. Tak ada yang aneh semua berjalan dengan normal, hingga aku pun sampai dirumah dengan selamat.
Keesekon pagi, sebelum berangkat kerja aku bercerita dengan adikku kalau aku bertemu dengan Dina semalam. Tapi dari raut wajahnya terlihat kebingungan, bahkan ibuku yang ikut mendengarpun merasa janggal dengan ceritaku.
"Benar kamu melihat Dina?" Tanya ibuku.
"Benar bu, katanya sih mau ke Bogor"
"Duhh nak, sebelum kamu pulang dari liburan Dina sudah meninggal 3 hari yang lalu. Ia ditabrak kereta ketika hendak menyeberang, kabarnya pikirannya sedang kalut habis di putus pacarnya yang berada di Bogor"
Akupun tak dapat bersuara, tubuhku melemas. Jadi semalam itu aku berbicara dengan siapa? Sepertinya kawanku sudah menjadi penunggu kereta Jakarta-Bogor.

sumber gambar
Malam semakin larut, hari itu memang cuaca tidak secerah biasanya. Gemerlap bintang terasa menghilang hanya menyisakan temaram bulan yang tampak malu-malu. Sudah hampir pukul 10 malam, ternyata setelah liburan cuti kemarin kerjaanku menumpuk. Mau tak mau aku paksakan untuk lembur, dan saatnya untuk pulang mengincar kereta terakhir.
Setelah tiba di stasiun tak banyak penumpang yang akan menggunakan jasa kereta, sudah biasa kalau malam memang seperti itu. Kereta yang kutunggu pun datang, beberapa orang langsung merapat ke pinggir peron.
Pintu pun terbuka, aku pun langsung masuk ke dalamnya. Untunglah masih banyak bangku kosong, hawa dingin dari AC membuat tenang tubuhku yang sudah lelah. Di pojok tempat duduk kulihat kawanku sewaktu masih sekolah dulu.
"Dina!" Ia tak menjawab tetap menunduk.
Aku pun menghampirinya, mungkin teriakanku tak terdengar. Sesudah tiba di dekatnya, aku kembali memanggilnya.
"Din?" Ia pun menoleh.
"Ehh, kamu Rahma"
Kamipun berjabat tangan, namun kurasakan telapak tangannya dingin sekali. Bahkan wajahnya terlihat pucat, mungkin temanku ini sedang sakit.
"Kamu lagi sakit Din, kok tumben pulang malam"
"Nggak, biasa habis lembur tadi"
Selama perjalanan, aku pun ngobrol ngalor ngidul membunuh waktu. Tak terasa roda kereta telah membawa kami telah menjauh dari kota yang gemerlap. Satu stasiun lagi diriku akan sampai, aku pun mempersiapkan diri.
"Lohh, Din kamu ga ikut turun" aku melihatnya ia masih duduk tidak bersiap untuk turun.
"Nanti, aku mau ke Bogor"
"Ohhh, kalau gitu aku duluan ya"
Iya pun hanya mengangguk sambil tersenyum, aku segera turun di stasiun yang kutuju. Tak ada yang aneh semua berjalan dengan normal, hingga aku pun sampai dirumah dengan selamat.
Keesekon pagi, sebelum berangkat kerja aku bercerita dengan adikku kalau aku bertemu dengan Dina semalam. Tapi dari raut wajahnya terlihat kebingungan, bahkan ibuku yang ikut mendengarpun merasa janggal dengan ceritaku.
"Benar kamu melihat Dina?" Tanya ibuku.
"Benar bu, katanya sih mau ke Bogor"
"Duhh nak, sebelum kamu pulang dari liburan Dina sudah meninggal 3 hari yang lalu. Ia ditabrak kereta ketika hendak menyeberang, kabarnya pikirannya sedang kalut habis di putus pacarnya yang berada di Bogor"
Akupun tak dapat bersuara, tubuhku melemas. Jadi semalam itu aku berbicara dengan siapa? Sepertinya kawanku sudah menjadi penunggu kereta Jakarta-Bogor.
Diubah oleh .r4hma. 19-03-2020 20:27






infinitesoul dan 3 lainnya memberi reputasi
4
855
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan