Kaskus

Entertainment

ayokitakemanaaAvatar border
TS
ayokitakemanaa
Kuntilanak Penunggu Kos-kosan Hijau Yang Masih Membuatku Merinding Hingga Sekarang
Kuntilanak Penunggu Kos-kosan Hijau Yang Masih Membuatku Merinding Hingga Sekarang

Kisah ini merupakan pengalaman yang pernah ane alamin saat kuliah dulu. Yang masih ane inget sampe sekarang karena ini beneran bikin ane hampir jantungan saat ngalamin peristiwa ini. Sedangkan kos-kosan hijau adalah adalah nama kos-kosan yang diberikan oleh para penghuni kos di tempat ane karena kosannya memiliki cet tembok hingga pagar berwarna hijau. Kisah ini ane alami saat masih menjadi mahasiswa baru di sebuah kampus di Bandung, untuk daerahnya berada di Kiaracondong.

------------------------------------------------------------

"Ron, ini gimana sih kok turbo pascalku ga mau running" Tanya Rio kepadaku yang juga sedang sibuk ngutak-ngatik turbo pascal di leptop.

"Bentar yo, ini aku juga belom bisa running, kayaknya ada yang salah" Jawabku.

"Anjirlah perasaan tadi masih rame disini, sekarang tinggal kita doang"Celetuk Rio pada yang lainnya.

"Ya wajar yo, jam segini mah cewek-cewek kalo ga pulang bisa dimarahin orang tuanya" Kata Wahyu menimpali ucapan Rio.

"Anjir, baru sadarlah udah mau setengah tiga" Ucap Rio.

"Iya dah, ga kerasa udah setengah tiga aja. Padahal tadi kita kesini jam 9, tau-tau udah mau jam 3 aja" Kataku ikut menimpali perkataan mereka.

"Pulang aja yuk, dingin euy lama-lama ngerjain laporan di luar gini" Kata Rio

"Ayolah, udah ngantuk juga ini mata, lanjut besok ajalah" Jawabku mengiyakan ucapan Rio.

"Aku juga cabutlah kalo gitu, hoream (males) juga disini sendirian" Kata Wahyu.

Akhirnya kita bertiga memutuskan untuk kembali ke kediaman masing-masing. Rio dan Wahyu adalah orang asli Bandung, jadi mereka memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Padahal saat itu sedang ramai-ramainya isu geng motor di kota Bandung. Sedangkan aku pulang ke kosan dengan mengendarai motor. Sengaja aku pilih kosan yang cukup jauh dari kampus agar bisa lebih tenang saat belajar dan tidak ada teman yang mampir ke kosan.

Setelah melewati gerbang kampus yang hanya dijaga oleh 2 orang satpam, kamipun berpencar dan menuju rumah masing-masing. Rio dan Wahyu belok kanan sedangkan aku belok kiri. Perjalanan dari kampus ke kosan bila dikendarai dengan kecepatan 40 km/jam paling hanya memakan waktu 10 menit.

Dijalanan pulang menuju kosan, jalanan terasa sunyi. Tidak ada satu orangpun yang aku lihat. Hanya beberapa warung remang-remang yang masih buka. Kendaraan-kendaraan lainpun tidak ada yang aku temui. "Oh gini rasanya suasana malam di Bandung" ungkapku dalam hati. Karena ini adalah pertama kalinya aku pulang jam setengah 3 pagi, biasanya aku pulang paling malam jam 12 malam.

Namun tiba-tiba otakku mulai berpikir yang tidak-tidak. "Kira-kira jam segini ada penampakkan ga ya" Batinku dalam hati. Mungkin terdengar aneh dan konyol. Tapi itu benar-benar aku pikirkan selama diperjalanan pulang. Agar bisa melihat sesosok atau sekelebat yang selama ini tidak pernah aku temui. Bahkan mendengar suaranya saja aku tidak pernah. 


Sambil tolah toleh kanan kiri berharap menemukan "mahluk tak kasat mata", tibalah ane dikosan hijau. Begitu motor berhenti tepat di depan pagar kosan, suasana semakin hening. Tiba-tiba belakang leherku semakin dingin. Dan beberapa bulu kudukku di tangan dan kaki mulai bangun. Padahal aku tidak melihat atau mendengar apapun.

Setelah berhasil membuka pagar, aku gas motorku masuk ke dalam dan kuparkirkan di parkiran kosan. Baru saja aku turunkan standar motor, tiba-tiba ada suara seperti perempuan yang entah tertawa atau menangis dengan cukup keras "Hii.. Hii.. Hii..". Suaranya seperti suara seorang perempuan namun terdengar melengking. 

Aku yang tadi sempat "meminta" untuk ditampakkan, seketika jantung berdetak kencang. Kepalaku tidak berani tolah toleh kanan kiri. Nafasku menjadi lebih cepat. Dengan segera aku kunci motorku dan lari masuk ke dalam kamarku. Masih dengan perasaan takut, aku nyalakan lagu dengan harapan tidak mendengar suara itu lagi dan langsung naik ke atas kasur untuk segera tidur.

Benar-benar merinding aku waktu itu. Untungnya aku bisa langsung tidur. Gak kebayang kalo saat itu aku malah susah tidur.

Setelah kejadian itu, aku tidak ceritakan pada siapapun pengalamanku itu pada teman kampus atau pada penghuni kos lainnya. Karena kupikir mungkin saat itu aku berhalusinasi, mungkin saja waktu itu yang aku dengar adalah suara gagak. Karena emang suka ada gagak di genteng kosan. Apalagi posisi kos-kosan yang kanan, kiri dan belakangany masih sawah petakan.

Hingga suatu ketika kami para penghuni kos berkumpul. Membicarakan tentang meteran listrik yang dirasa kurang adil. Karena satu meteran dibagi untuk 4 kamar, sedangkan penghuni kamar memiliki elektronik yang berbeda-beda. Jadi kurang adil kalo pembayarannya dibagi rata. Akhirnya kami berkumpul untuk meminta pada pemilik kos agar meterannya dibikin perkamar.

Selesai berbicara tentang meteran listrik, pembicaraanpun berlanjut pada hal lainnya. Mulai dari kerjaan, kuliah hingga masuk ke sesi cerita horror. Oiya, aku merupakan penghuni kos paling muda karena hanya aku yang masih kuliah, sedangkan yang lainnya sudah bekerja, Kang Iwan seorang pekerja di sebuah bengkel bubut, Teh Lita seorang Bidan di rumah sakit di Bandung dan kang Deni adalah pegawai swasta. Di sesi cerita itu, akhirnya aku menceritakan pengalamanku yang ku alami beberapa minggu yang lalu.


"Beberapa minggu yang lalu, pas saya pulang dari kampus jam setengah 3 pagi, saya denger suara kayak kuntilanak. Kedengerannya kayak lagi ketawa terus suaranya melengking gitu" Ucapku menceritakan pada yang lain. Teh Lita dan Kang Deni hanya terdiam mendengar pengalamanku/

"Yang bener kamu Ron? Saya sih selama ini ga pernah denger apa-apa kalo pulang malem. Tapi paling malem juga sampe sini jam 10" Ucap kang Deni.

"Teteh juga ga pernah denger yang aneh-aneh sih selama tinggal disini" Saut teh Lita.

"Nah kalo kang Iwan gimana? Akang kan udah lebih dulu ngekos disini" Tanya Kang Deni kepada kang Iwan. Kang Iwan yang sedari tadi diam saja mendengar kami bercerita horror akhirnya mulai bicara.

"Saya sebenernya juga pernah ngalamin hal yang sama kayak kamu Ron. Tapi dulu saya teh ga percaya. Karena saya pikir itu paling suara burung. Sampe akhirnya saya lihat sendiri. Jadi waktu itu baru cuma saya disini. Nah kebetulan malem-malem saya pengen nyari angin. Jadinya saya nongkrong depan kamar. Pas lagi asik-asik duduk, saya kaget kok ada putih-putih terbang dari atas pohon. Saya kirain kresek yang ketiup angin. Tapi kok bentuknya ga kayak kresek. Begitu saya lihatin terus tiba-tiba mahluk itu ketawa terus terbang ke arah sawah. Makanya sejak itu saya baru percaya kalo mahluk kayak gitu tuh beneran ada" Kata kang Iwan menjelaskan dengan detail.

"Pohon yang itu kang?" Tanyaku sambil menunjuk pohon besar yang berada di sebelah pagar kosan.

"Iya yang itu". Jawab kang Iwan.

Selesai bercerita kami kembali ke kamar masing-masing. Sesampainya di kamar aku masih tidak percaya dengan apa yang aku alami minggu lalu dan juga cerita kang Iwan. Mungkin saja saat itu dia menampakkan suaranya karena aku terlalu songong pada waktu itu sehingga mahluk itu ingin menggodaku. Tapi setidaknya kini aku percaya bahwa mahluk tak kasat mata itu benar-benar ada.
Diubah oleh ayokitakemanaa 17-03-2020 12:17
indrag057Avatar border
aa115prassAvatar border
hernawan911Avatar border
hernawan911 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
2K
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan