Assalamualaikum warahmatullahi ta'ala wabarakatuh, Shohibahfillah! Selamat pagi dan salam sejahtera untuk semua. Apa kabarnya? Semoga selalu baik, ya. Aamiin.
Sebentar lagi bulan Ramadan. Di salah satu surat kabar saya baca, kalau Ramadan kali ini jatuh pada tanggal 23 April 2020. Huaaa, gak lama lagi berarti!
Bicara tentang Ramadan, takkan asyik rasanya jika kita tidak mengulas tentang tradisi Ramadan yang ada di daerah masing-masing. Sangat banyak dan beragam, Gaes! Indah, seru, dan semarak. Semua orang menjalani tradisi itu dengan hati gembira, sebagai perwujudan syukur akan kehadiran Ramadan nan mulia.
Nah, karena saya orang Minang, maka kali ini saya mau bercerita tentang tradisi Ramadan di Minang. Jujur saja, belum semua tradisi Ramadan itu saya coba. Namun, saya yakin tradisi itu pasti sangat meriah sekali.
1. Patang Balimau atau Balimau Basamo
Orang Minang pasti tak asing lagi dengan tradisi ini. Karena, hampir setiap daerah di Minang menjalankan tradisi balimau basamo.
Patang balimau pada mulanya adalah mandi berlimau--keramas dengan air limau (jeruk)--sebagai makna konotatif pembersihan diri lahir dan batin sebelum Ramadan datang.
Namun, dewasa ini pelaksanaan tradisi balimau mulai berubah. Tak lagi mandi dengan air limau atau wewangian lain (seperti air pandan dan kenanga), tapi malah 'party' bersama di tempat pemandian umum. Biasanya di sungai yang dalam, bendungan, danau, air terjun, tempat berenang atau pemandian umum lainnya.
Semua orang berkumpul di sana. Ada yang basah-basahan di tempat pemandian, ada pula yang sekedar datang. Waktu momen ini, pedagang banyak sekali. Akan tampak stan warna-warni milik mereka yang berjejeran. Untuk memeriahkan acara, biasanya dihadirkan pula acara musik dari artis lokal, dan biasanya bertabur hadiah seperti kipas angin, televisi, dispenser, blander, smartphone, baju, dll.
2. Badu'a Basamo
Badu'a Basamo atau berdoa bersama adalah tradisi Ramadan yang paling saya suka. Jujur saja, setiap menyambut Ramadan saya lebih memilih ikut berdoa bersama ketimbang balimau basamo. Karena apa? Karena, rasa khidmat lebih terasa di momen ini, ketimbang balimau yang lebih ke-huru-hura semata.
Badu'a basamo bisa dilakukan di masjid atau di rumah masing-masing. Jika di masjid, seluruh masyarakat akan berkumpul dan bergotong royong di masjid. Membersihkan masjid, juga memasak bersama. Saat gotong-royong ini sangat meriah sekali. Semua orang sibuk tanpa ada yang malas-malasan. Gadis remaja menghias masjid, anak-anak bujang mencari kayu bakar, bapak-bapak menyembelih kambing dan biasanya juga ikut memarut kelapa, ibu-ibu pun memasak kambing yang tadi disembelih.
Biasanya, yang dimasak di masjid hanya gulai kambing itu. Sementara untuk makanan lain, akan dimasak di rumah masing-masing, lalu besoknya--pagi hari--dibawa dengan talam besar ke masjid. Ada nasi, lauk-pauk--kue dan agar-agar, manisan buah atau buah segar biasa, dan lain-lain. Lalu, semua warga akan datang ke masjid untuk makan dan berdoa bersama.
Bila dilakukan di rumah masing-masing, maka yang datang tak seluruh warga kampung. Biasanya hanya mengundang kerabat dekat dan tetangga, tergantung kemampuan si empu rumah. Lalu nanti diundang seorang malin, buya, atau ustaz untuk memimpin doa.
3. Malamang jo Marandang
[I](malamang) [/I]
Malamang, adalah tradisi membuat nasi lemang untuk kemudian dibawa ke rumah kerabat menjelang memasuki bulan Ramadan. Biasanya, lemang dan kawan-kawannya (tapai hitam dan kue bolu bentuk ikan)--dibawa ke rumah mintuo (mertua). Tujuannya adalah, untuk memperkokoh jalinan kekerabatan dan saling maaf-memaafkan sebelum Ramadan datang.
(Marandang)
Marandang, adalah tradisi memasak rendang di hari pertama Ramadan untuk menu buka puasa. Rasanya, kurang afdhol jika di puaso tuo (puasa hari pertama) tak ada rendang di meja makan untuk berbuka. Bahkan, banyak para orangtua, yang mengirim rendang melalui jasa pengiriman paket untuk anak-anak mereka yang di rantau, dan tak bisa pulang.
4. Ziarah
(ziarah)
Menjelang Ramadan, tradisi ini tak pernah tertinggal untuk dilakukan. Orang-orang akan datang ke makam kerabat yang sudah lebih awal menghadap-Nya, untuk membersihkan makam juga berdoa di sana. Anggota keluarga tersebut datang berbondong-bondong untuk berdoa.
Misal, seorang anak datang menziarahi makam ayahnya. Maka, dia takkan datang seorang diri. Dia akan ajak saudaranya yang lain, ibunya, kerabat, bahkan anak istrinya.

(
makam Syekh Burhanuddin Ulakan)
Oiya, tak hanya ke makam keluarga, tapi juga ke makam para ulama. Misal ke Makan Syeikh Burhanuddin Ulakan, makam Syeikh Abdul Manan di Kamang Mudiak, dan lain-lain.
Itu beberapa tradisi menyambut Ramadan di Minangkabau. Bagaimana dengan di daerahmu? Ayo cerita!
Terlepas dari tradisi daerah manapun, intinya menjelang bulan Ramadan, seluruh umat islam tenggelam dalam euforia kebahagiaan yang teramat sangat. Bulan Ramadhan adalah bulan yang selalu dirindukan. Seluruh umat muslim ingin menenggelamkan diri dalam lautan berkah pada bulan ini. Apalagi di sepuluh malam terakhir Ramadan.
Sama, saya juga! Apalagi membayangkan jajanan buka puasa berwarna-warni dan beraneka ragam yang memantik selera. Untuk orang Padang, bulan puasa jangan lupa bikin menu pabukoan kolak sarabi jo manisan biluluak, ya!