

TS
zigzakzer
[ COC Regional : Kebudayaan ] Aksara Ka Ga Nga
![[ COC Regional : Kebudayaan ] Aksara Ka Ga Nga](https://s.kaskus.id/images/2020/03/13/10810053_20200313090601.png)
Aksara Kaganga merupakan sebuah nama kumpulan beberapa aksara yang berkerabat di Sumatra sebelah selatan. Aksara-aksara yang termasuk kelompok ini adalah antara lain aksara Rejang, Lampung, Rencong, dan lain-lain.
![[ COC Regional : Kebudayaan ] Aksara Ka Ga Nga](https://s.kaskus.id/images/2020/03/13/10810053_20200313090727.jpg)
Nama kaganga ini merujuk pada tiga aksara pertama yang mengingatkan kita kepada urutan aksara di India.
Istilah kaganga diciptakan oleh Mervyn A. Jaspan (1926-1975), antropolog di University of Hull (Inggris) dalam buku Folk literature of South Sumatra. Redjang Ka-Ga-Nga texts. Canberra, The Australian National University 1964. Istilah asli yang digunakan oleh masyarakat di Sumatra sebelah selatan adalah Surat Ulu.
Aksara Batak atau Surat Batak juga berkerabat dengan kelompok Surat Ulu akan tetapi urutannya berbeda. Diperkirakan zaman dahulu di seluruh pulau Sumatra dari Aceh di ujung utara sampai Lampung di ujung selatan, menggunakan aksara yang berkerabat dengan kelompok aksara Kaganga (Surat Ulu) ini. Tetapi di Aceh dan di daerah Sumatra Tengah (Minangkabau dan Riau), yang dipergunakan sejak lama adalah huruf Jawi.
Perbedaan utama antara aksara Surat Ulu dengan aksara Jawa ialah bahwa aksara Surat Ulu tidak memiliki pasangan sehingga jauh lebih sederhana daripada aksara Jawa, dan sangat mudah untuk dipelajari .
Aksara Surat Ulu diperkirakan berkembang dari aksara Pallawa dan aksara Kawi yang digunakan oleh kerajaan Sriwijaya di Sumatra Selatan.
Aksara yang satu ini terbilang cukup unik, dengan bentuk yang juga unik. Aksara ini dimulai dengan huruf Ka dan diakhiri dengan huruf Nya. Selain itu, masih ada kumpulan huruf gabungan (diftong) yang lain seperti Mba, Ngga dan lain-lain. Huruf ini tersebar disekitaran Sumatera bagian Selatan, mulai dari daerah Rejang (Provinsi Bengkulu) hingga beberapa daerah di Provinsi Sumatera Selatan.
Cara menulis huruf Kaganga, berdasar aturan yang baku adalah dari arah kiri ke kanan. Cara menulis per huruf dimulai dari sudut kiri kearah sudut kanan. Namun, untuk huruf yang tidak bergaris miring, atau tegak lurus, aturan tersebut tidak berlaku.
Sebelumnya, aksara ini disebut sebagai Aksara Rejang, atau aksara Rikung atau aksara Rencong. Perbedaannya, diwilayah Provinsi Bengkulu, huruf ini tegak dan lurus, sedangkan semakin ke wilayah Provinsi Sumatera Selatan bentuknya semakin berbelok-belok. Ciri khas lain dari huruf ini adalah tidak tegak lurus, melainkan miring. Karena dimulai dari Ka berlanjut ke Ga dan Nga, maka urutan huruf ini mirip dengan aksara India (wikipedia). Tentu saja, hal tersebut menguatkan bahwa Aksara ini berkembang sejak zaman Hindu - Budha di Indonesia.
Selain itu, Aksara ini juga dikenal sebagai Surat Ulu atau Serat Ulu. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa Surat Ulu juga berkerabat dengan aksara Batak. Hal itu menunjukkan adanya kekerabatan antara huruf ini dengan aksara diseluruh Sumatera, hanya saja di Aceh, Riau dan Sumatera Barat lebih terbiasa menggunakan huruf Jawi. Juga ada beberapa penelitian yang mengungkapkan hubungan erat antara aksara Kaganga ini dengan huruf Jawa (Pallawa). Bahkan, dikatakan bahwa Aksara Kaganga adalah perkembangan Aksara Pallawa dan Aksara Kawi pada zaman kerajaan Sriwijaya (kerajaan Budha) ratusan tahun yang lalu.
![[ COC Regional : Kebudayaan ] Aksara Ka Ga Nga](https://s.kaskus.id/images/2020/03/13/10810053_20200313090734.jpg)
Perlu diketahui, istilah Aksara Kaganga pertama kali ditemukan dalam buku berjudul 'Folk Literature of South Sumatra, Redjang Kaganga Texts' yang diterbitkan oleh Australian National University pada tahun 1964. Buku tersebut ditulis oleh Mervyn A. Jaspan yang kemudian disebut sebagai 'pencipta istilah aksara Kaganga'.
Saat ini, huruf Kaganga menjadi motif di Batik, mulai dari batik yang digunakan anak Sekolah (SD-SMA) hingga batik yang digunakan oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Aksara Kaganga merupakan sebuah nama kumpulan beberapa aksara yang berkerabat di Sumatra sebelah selatan. Aksara-aksara yang termasuk kelompok ini adalah antara lain aksara Rejang, Lampung, Rencong, dan lain-lain.
Nama kaganga ini merujuk pada tiga aksara pertama yang mengingatkan kita kepada urutan aksara di India.
![[ COC Regional : Kebudayaan ] Aksara Ka Ga Nga](https://s.kaskus.id/images/2020/03/13/10810053_20200313090810.jpg)
Istilah kaganga diciptakan oleh Mervyn A. Jaspan (1926-1975), antropolog di University of Hull (Inggris) dalam buku Folk literature of South Sumatra. Redjang Ka-Ga-Nga texts. Canberra, The Australian National University 1964. Istilah asli yang digunakan oleh masyarakat di Sumatra sebelah selatan adalah Surat Ulu.
Aksara Batak atau Surat Batak juga berkerabat dengan kelompok Surat Ulu akan tetapi urutannya berbeda. Diperkirakan zaman dahulu di seluruh pulau Sumatra dari Aceh di ujung utara sampai Lampung di ujung selatan, menggunakan aksara yang berkerabat dengan kelompok aksara Kaganga (Surat Ulu) ini. Tetapi di Aceh dan di daerah Sumatera Tengah (Minangkabau dan Riau), yang dipergunakan sejak lama adalah huruf Jawi.
Maka terjadi perbedaan antara aksara Surat Ulu bila dibandingkan dengan aksara Jawa ialah bahwa aksara Surat Ulu tidak memiliki pasangan sehingga jauh lebih sederhana daripada aksara Jawa, dan sangat mudah untuk dipelajari .
Aksara Surat Ulu diperkirakan berkembang dari aksara Pallawa dan aksara Kawi yang digunakan oleh kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan.
Di Bengkulu sendiria, aksara asli dari provinsi ini pun dikenal dengan KA-GA-NGA. Aksara Ka-Ga-Nga merupakan turunan dari aksara Palawa dan berbentuk garis siku-siku serta sangat kaku.Pada zaman dahulu, aksara Ka-Ga-Nga ini ditulis pada media bambu, bilah bambu, batu, kulit kayu, rotan, bilah rotan, serta tanduk. Masyarakat menggunakannya untuk menuliskan doa-doa, mantera, teknik bercocok tanam, pengumuman, cerita rakyat, sejarah, informasi, yang dikirimkan secara pribadi atau masyarakat luas.
Beberapa ahli bahasa mengklaim bahwa ada hubungan antara aksara ini dengan hieroglif Mesir dan bahasa Ibrani. Istilah Ka-Ga-Nga sendiri di cetuskan oleh Mervyn A. Jaspan, Antropolog Inggris yang menerbitkan buku Folk Literture of South Sumatera. Menurutnya, Ka-Ga-Nga merupakan kerabat beberapa aksara yang tersebar di Sumatera sebelah selatan. Istilah asli yang digunakan oleh masyarakat di Sumatra sebelah selatan adalah Surat Ulu dan diperkirakan pernah digunakan oleh Kerajaan Sriwijaya.
Di Museum Negeri Bengkulu sendiri banyak ditemukan potongan naskah penggunaan aksara Ka-Ga-Nga pada masyarakat zaman dahulu, yang dikumpulkan dari berbagai daerah di Provinsi Bengkulu. Saat ini budaya tulisan Ka-Ga-Nga kembali dimunculkan ke masyarakat salah satunya adalah dengan menambahkan symbol – simbol tulisan dan huruf tersebut pada motif batik atau yang lainnya. Selain itu anak sekolah kini juga mulai diperkenalkan dengan aksara Ka-Ga-Nga pada mata pelajaran Muatan Lokal.
Sumber 1
Sumber 2
0
4.2K
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan