- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Muadz bin Jabal: Sahabat Nabi yang Menjadi Mubaligh


TS
akramdjazuli
Muadz bin Jabal: Sahabat Nabi yang Menjadi Mubaligh

Daftar isi [hide]
1 Biografi
2 Bai’at
3 Keistimewaan Muadz bin Jabal
4 Dicintai Rasulullah saw
5 Menjadi Mubaligh
6 Melakukan Ijtihad
7 Tekun Melaksanakan Tahajud
8 Penghidmatan dan Pengorbanan
9 Wafat
Biografi
Muadz bin Jabal ra nama kun-yahnya adalah Abu Abdurrahman, lahir di Madinah, ayahnya bernama Amr bin Aus al-Khazraji. Berasal dari kabila Aus merupakan salah satu kabilah besar dan terpandang di Madinah.
Dari segi fisik beliau ra digambarkan, berbadan tinggi, gagah, berkulit putih, rambutnya ikal, matanya besar, dan memiliki gigi yang putih bersih.
Pembawaanya tenang, berwibawa dan tidak banyak berbicara, dan memiliki kecerdasan yang istimewa.
Beliau memiliki dua orang istri, keduanya wafat terkena wabah kolera. Anak-anaknya yang tercatat adalah Abdurrahman dan Ummu Abdullah, mungkin juga beliau memiliki anak yang lainnya.
Baca juga: Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq-Khalifatu Rasyiddin I
Bai’at
Saat Rasulullah saw menyampaikan tablighnya di Mekkah dan mendapat penetangan dari kaumnya sendiri, datanglah 72 orang dari Madinah dan menyatakan bai’at, yang dikenal sebagai bai’at Aqabah kedua, mereka beriman kepada Rasulullah saw. Salah satu dari rombongan itu adalah Muadz bin Jabal ra.
Ketika itu usianya baru 18 tahun, sehingga beliau dikenal sebagai orang yang pertama kali masuk Islam (as-Sabiqun al-Awwalun) dari kalangan pemuda. Ketika di Madinah, Rasulullah saw mempersaudarakannya dengan Ja’far bin Abi Thalib.
Baca juga: Umar bin Khattab ra: Penakluk Persia dan Romawi
Keistimewaan Muadz bin Jabal
Setelah bai’at, Muadz bin Jabal ra kemudian tekun dalam menggali hazanah pengetahuan Islam, dan ternyata beliau seorang pribadi yang cerdas. Sehingga beliau menguasai ilmu Al-Qu’an juga ahli hukum atau ilmu fiqih yang hebat.
Rasulullah saw menyebutnya sebagai sahabat yang paling mengerti tentang yang halal dan yang haram.
Rasulullah saw bersabda: “Orang yang paling pengasihsayang pada umat ini di antara umatku ialah Abu Bakar, dan yang paling gigih dan tegas dalam menjaga agama Allah adalah Umar, dan yang paling pemalu (secara benar) adalah Utsman bin `Affân, dan yang paling alim (faham) mengenai hukum halal dan haram adalah Mu`adz bin Jabal….(Ahmad, Tirmidzi, dan Nasa`i).
Baca juga: Abu Hurairah ra: Dari Ahli Shuffah Menjadi Gubernur Bahrain
Dicintai Rasulullah saw
Muadz bin Jabal ra salah satu sahabat yang memiliki kedudukan istimewa di hati Nabi saw. beliau ra menceritakan: “Suatu hari, Rasulullah menggamit tanganku. Beliau saw bersabda:
“Wahai Muadz, demi Allah sungguh aku benar-benar mencintaimu.” Aku menjawab: “Ibu dan ayahku menjadi tebusan, demi Allah sungguh aku juga benar-benar mencintaimu.” Beliau bersabda:
يا معاذ، إني أوصيك، لا تدعَن أن تقول دبر كل صلاة: اللهم أعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
“Hai Muadz, aku ingin memberi wasiat padamu. Jangan sampai kau lewatkan untuk membaca di setiap usai shalat, ‘Allahumma A’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatika (Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu).” (Abu Daud no. 1522 dan An Nasai no. 1304).
Rasulullah saw juga menyampaikan sabda-sabdanya tentang Muadz ra: “Umatku yang paling tahu tentang halal dan haram adalah Muadz bin Jabal.” (Tirmizi 4159). “Pria terbaik adalah Abu Bakr, Umar, Abu Ubaidah, Usaid bin Hudhair, Tsabit bin Qais bin Syammas, Mu’adz bin Amru ibnul Jamuh, dan Mu’adz bin Jabal.” (Bukari – Muslim). “Belajarlah Alquran dari empat orang: Ibnu Mas’ud, Salim maula Abu Hudzaifah, Ubay bin Ka’ab, dan Muadz bin Jabal.” (Muslim). “Sesungguhnya di datang pada hari kiamat nanti sebagai pimpinan para ulama. Di depan mereka sejauh lemparan yang jauh.” (Al-Hakim).
Baca juga: Khabbab bin Al-Arat, Sahabat Nabi yang Disiksa karena Keimanannya
Menjadi Mubaligh
Setelah peristiwa perang Tabuk, Rasulullah saw mengutus Muadz ra sebagai mubaligh Islam ke Yaman. Oleh karena itu beliau ra merupakan mubaligh Islam yang pertama kali yang diutus Rasulullah saw.
Ketika hendak berangkat Rasulullah saw mengantarnya dengan berjalan kaki sedangkan Muadz ra di atas tunggangannya, Nabi saw bersabda kepadanya: ” Wahai Muadz, sungguh aku mencintaimu“.
Saat hendak berpisah, beliau bersabda, “Hai Muadz, bisa jadi kau tak akan berjumpa lagi denganku selepas tahun ini. Engkau lewat di masjidku dan di sini kuburku.”
Muadz pun menangis, beliau ra takut berpisah dengan Rasulullah saw. ternyat benar adanya, ketika Rasulullah saw wafat, Mu’adz ra masih berada di Yaman.
Rasulullah saw berpesan kepada beliau:
“Sesungguhnya orang-orang yang paling utama disisiku adalah orang yang bertakwa, siapapun dan dimanapun mereka.” (HR. Ahmad).
Muadz ra pun memohon kepada Rasulullah saw, “Wahai Nabi Allah, beri aku wasiat.” Nabi bersabda, “Sembahlah Allah dan jangan kau sekutukan dengan sesuatu apapun.” Muadz kembali berkata, “Wahai Nabi Allah, tambahkan lagi.” Beliau bersabda, “Jika kau meminta (bertanya), lakukanlah dengan baik.” “Tambahkan lagi”, pinta Muadz. “Istiqomahlah dan perbaguslah akhlakmu.” (Shahih Ibnu Hibban, Kitab al-Bir wa al-Ihsan, No: 529).
Melakukan Ijtihad
Ketika Rasulullah saw hendak mengirimnya ke Yaman, beliau saw bertanya kepadanya: “Wahai Muadz, Apa yang menjadi pedomanmu dalam mengadili sesuatu?”
Beliau menjawab, “Kitabullah.”
“Bagaimana jika kamu tidak jumpai dalam Kitabullah?”, tanya Rasulullah saw.
“Saya putuskan dengan Sunnah Rasul.”
“Jika tidak kamu temui dalam Sunnah Rasulullah?”
“Saya pergunakan pikiranku untuk berijtihad, dan saya takkan berlaku sia-sia,” jawab Muadz.
Maka berseri-serilah wajah Rasulullah saw, beliau bersabda, “Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah sebagai yang diridhai oleh Rasulullah.”
Rasulullah saw telah memberika kebebasan kepada Muadz ra untuk mengambil ijtihad sesuai dengan kebutuhan dan kapasitasnya sebagai orang yang diberi amanah oleh Rasulullah saw dan memang beliau ahli hukum.
Tekun Melaksanakan Tahajud
Hadhrat Muadz bin Jabal ra terkenal dengan shalat Tahajudnya yang lama. Karib kerabatnya menjelaskan bahwa beliau setiap shalat Tahajud selalu memanjatkan doa kepada Allah sebagai berikut:
اللهُم قَدْ نَامَتِ الْعُيُونُ ، وَغَارَتِ النجُومُ
“Ya Allah, mata-mata telah tertidur. (Pada jam-jam tahajjud, kebanyakan orang masih tidur). Bintang-bintang telah tenggelam.
وَأَنْتَ حَي قَيومٌ ، اللهُم طَلَبِي لِلْجَنةِ بَطِيءٌ
“Engkau Maha Hidup dan Senantiasa Mandiri serta menegakkan makhluk. Ya Allah pencarian hamba demi surga begitu berkekurangan. (hamba amat kurang dalam beramal saleh).”
وَهَرَبِي مِنَ النارِ ضَعِيفٌ
“Hamba lemah dalam melarikan diri dari api neraka. (Wahai Tuhanku, hamba tahu akan panasnya api neraka, dan harus beramal saleh untuk selamat darinya, namun hamba begitu lemah untuk selamat darinya.)”
اللهُم اجْعَلْ لِي عِنْدَكَ هُدًى تَرُدهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ، إِنكَ لا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ
“Wahai Allah bimbinglah hamba secara khusus dari Mu, bimbingan yang diberikan hingga hari Kiamat, Sesungguhnya Engkau tidak mengingkari janji. (Pada hari itu Engkau melakukan apa yang telah Engkau peringatkan sebelumnya).”
Penghidmatan dan Pengorbanan
Setelah beriman Muadz ra dengan penuh keberanian dan keta’atan ikut dalam Perang Badar dan seluruh perang yang diikuti Rasulullah saw.
Beliau ra dikaruniai kekayaan yang berlimpah dan beliau ra dikenal sebagai seorang yang suka memberi dan menolong orang lain. Tidak sesuatu pun yang diminta kepadanya, maka beliau akan memberikannya dengan senang hati dan penuh keikhlasan.
Beliau ra banyak membelanjakan harta di jalan Allah sampai-sampai berhutang dalam rangka pengorbanan harta tersebut.
Baca juga: Ahli Shuffah: Dicintai Rasulullah, Meraih Sukses dan Kemuliaan Ruhani
Wafat
Ketika itu Muadz ra bertugas sebagai hakim dan mubaligh di Syria (Suriah) dan sahabat dekatnya Abu Ubaidah bin Jarrah ra sebagai amir atau gubernurnya meninggal dunia akibat terkena wabah ta’un atau kolera yang saat itu dikabarkan tengah melanda Syria.
Muadz ra kemudian diangkat oleh Khalifah Umar ra sebagai penggantinya. Tetapi beliau ra hanya beberapa bulan saja memegang jabatan itu, beliau pun wafat akibat dari terkena wabah ta’un itu.
Beliau wafat tahun 28 H, saat usianya 33 atau mungkin juga sekitar 38 tahun.
Muadz bin Jabal ra, sahabat nabi yang telah menjalankan perintah Rasulullah saw sebagai mubalighnya dengan amanah dan penuh tanggungjawab hingga ajalnya. [madj]
Sumber: Muadz bin Jabal: Sahabat Nabi yang Menjadi Mubaligh
Diubah oleh akramdjazuli 13-03-2020 21:47
0
554
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan