Assalamualaikum saudaraku.
Bersyukur kepada Allah.
Bersalawat kepada Nabi Muhammad.

Melayu adalah salah satu suku yang ada di Indonesia tepatnya di provinsi Riau. Suku tersebut terpencar ke berbagai kabupaten kota seperti Bengkalis, Dumai, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Rokan Hilir, Rokan Hulu, Kampar, Kota Pekanbaru, Meranti, Kuansing, Pelalawan dan Siak Sri Indrapura. Beberapa kabupaten tersebut memiliki kerajaan Melayunya, saat ini yang masih menjadi objek wisata sejarah yaitu Siak Sri Indrapura.

Siak Sri Indrapura memiliki sultan, Syarif Kasim II diberi nama. Ditanah beliau juga berawal kisah asmara seorang remaja dengan seorang gadis cantik jelita.
Remaja tersebut dalam kekalutan, karena hati telah memiliki cinta yang mendalam. Untuk mengobati kerinduan, si remaja kerap sekali duduk di pinggir sungai, tempat perempuan merenung melihat keindahan alam, sesuai dgn nama yang telah diberikan, Tun Indah diberi gelaran.

Namun apalah daya, yang dikenang tak kunjung datang, akhirnya memegang kepala menandakan bentuk kecewa. Namanya laki-laki, menyerah bukan pilihan hidupnya, bak pepatah .
Keyakinan laki-laki mengalahkan embun yang memberi kelembapan kepada tanaman, teguhnya bagaikan ombak menampar tebing.

Pergantian malam terus berlanjut, cerita malam tetap sama oleh sentuhan angin tak tentu rimbanya. Perempuan semata dalam hayalan kepala, muncul pertanyaan seketika, dimanakah perempuan itu? Akhirnya tak sengaja bertemu Tun Indah sedang memetik kembangnya kamboja di pagi hari, yang ditemani oleh beberapa temanya.

Di dalam hati aku berbicara, tidak akan aku biarkan engkau pergi begitu saja. Dengan kaki agak kaku dan bibir gemetaran, aku pun menyapa gadis cantik itu dengan namanya; wahai Tun Indah, banyak sekali bunga di tanganmu? Karena terkejut, Tun Indah menjawab pertanyaan dengan pertanyaan, apalah engkau mengenali aku? Dari mana engkau tahu nama itu?

Dengan jiwa yang sempit nan gugup aku berkata, aku seorang musafir menumpang bermalam di tanah bertuah ini. Namaku Rumi dari Pulau Harapan, aku mengenalmu sudah 3 malam berlalu, dikala Tun Indah merenung disapa oleh matahari terbenam. Nama Tun Indah pula aku dapatkan dari seorang nelayan.

Ucapanku hanya didengar, dijawab dengan langkah kaki yang meninggalkan aku tanpa kata, jika ditanya tersinggung; sudah pasti ya, namanya juga hati ya kan? Tetapi tertutupi oleh rasa yang berbunga, meskipun tak semekar kembangnya kemboja. Aku merasa hasrat hati belum mendapatkan jawaban yang sempurna, akhirnya akupun berkirim surat, dengan kata memuja dan merayu hati nan memikat.

Surat yang ku kirimkan melalui seorang nelayan, semoga sampai ditangan Tun Indah, karena ungkapan hatinya sangat perlu menentramkan jiwa yang gundah.

Setelah beberapa hari surat dikirim balasan tak kunjung aku terima, aku sedikit kecewa dan putus asa, karena hatiku tidak mendapat penawarnya. Dengan rasa hampa, aku bungkus pakaian yang akan dibawa untuk pulang ke kampung Halaman.