ZenMan1Avatar border
TS
ZenMan1
Jeblok Lebih dari 1%, Rupiah Tembus Rp 14.510/US$


Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (12/3/2020), hingga menembus ke atas Rp 14.500/US$. Investor asing yang "kabur" lagi dari pasar keuangan Indonesia membuat rupiah jeblok.

Pada pukul 13:48 WIB, rupiah melemah 1,19% ke Rp 14.510/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 23 Mei 2019.

Kembali memburuknya sentimen pelaku pasar membuat investor asing kembali keluar dari pasar keuangan Indonesia, sehingga rupiah kembali tertekan.


Berdasarkan data RTI, sepanjang perdagangan sesi I, investor asing melakukan aksi jual bersih di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar Rp 233,66 miliar.

Sementara di pasar obligasi, aksi jual juga tercermin dari kenaikan imbal hasil atau yield. Yield obligasi tenor 10 tahun hingga siang ini naik 17,8 basis poin (bps) menjadi 7,57%. Yield tersebut menjadi yang tertinggi sejak 23 Desember 2019.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun. Saat harga sedang turun, itu artinya sedang terjadi aksi jual di pasar obligasi.

Outflow tersebut terjadi setelah wabah virus corona atau COVID-19 ditetapkan menjadi pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Healt Organization/WHO).

Situasi yang disebut pandemi oleh WHO adalah ketika suatu penyakit menyebar luas ke berbagai penjuru dunia dengan laju yang sangat cepat.

"Dalam dua minggu terakhir, jumlah kasus COVID-19 di luar China telah meningkat 13 kali lipat, dan jumlah negara yang terkena dampak telah meningkat tiga kali lipat," kata kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. 

"Karena itu kami telah membuat penilaian bahwa COVID-19 dapat dikategorikan sebagai pandemi" tegasnya.

Yang paling ditakutkan pelaku pasar adalah pelambatan ekonomi yang ditimbulkan pandemi COVID-19. Gubernur BI, Perry Warjiyo Rabu kemarin mengatakan akan merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dengan penyebaran virus corona di negara-negara maju, kami harus melakukan kalkulasi ulang. Dalam RDG berikutnya, angka proyeksi (pertumbuhan ekonomi) akan lebih rendah," ungkap Perry.

Dalam RDG Februari 2020, BI sudah menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini dari 5,1-5,5% menjadi 5-5,4%. Untuk kuartal I-2020, BI memperkirakan ekonom Tanah Air tumbuh di bawah 5%. Rupiah akhirnya terus mengalami tekanan.

sumur

https://www.cnbcindonesia.com/market...s-rp-14510-us-
nomoreliesAvatar border
sebelahblogAvatar border
4iinchAvatar border
4iinch dan 6 lainnya memberi reputasi
3
877
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan