- Beranda
- Komunitas
- Hobby
- Hobby & Community
Mau Nulis Males? Jangan Sampai Kita Mati Hanya Meninggalkan Tulang!


TS
purwanti29
Mau Nulis Males? Jangan Sampai Kita Mati Hanya Meninggalkan Tulang!

Hai GanSist! Jumpa lagi di thread saya. Kali ini, saya ingin membahas tentang mengapa harus menulis.
Dulu, pertanyaan ini kerap kali saya lontarkan ketika membaca ulang catatan di media sosial maupun buku diary. ‘Mengapa harus menulis?’
Menurut saya, silakan beralasan kebaikan, manfaat menulis atau tentang keabadian. Namun, ada hal lain yang kadang kurang disadari bahwa menulis adalah berbicara kesempurnaan.
Kesempurnaan apa? Kesempurnaan kemampuan berkomunikasi sebagai manusia.
Mari sama-sama kita lihat sejarah hidup kita hingga kini. Urutan kemampuan berkomunikasi yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia sejak tahap dasar hingga level tertinggi.
Listening (Mendengar), Speaking (berbicara), Reading (Membaca) dan yang paling tinggi serta menyempurnakan semua itu adalah Writing (Menulis).
Waduh! Apaan ini saya kok jadi sok pintar

Dulu, saat kita masih bayi, kemampuan komunikasi kita hanya dengan mendengar lawan bicara kita yang entah berbicara apa. Saat itu kita hanya melotot, tersenyum, bahkan tiba-tiba menangis. Kita hanya mampu mendengar. Sempurnakah? Sangat belum.
Lambat laun, kita meniru apa yang kita dengar. Merespon dengan bahasa komunikasi suara yang keluar dari lisan kita. Meskipun dengan terbata. Kemudian sempurna hingga terangkai kata. Lalu berbicara. Sempurnakah? Belum juga.
Setelah bisa berbicara, berkenalanlah kita pada bacaan. Mulut kita mulai mengeja kata. Nalar kita mulai menyerap pesan-pesan komunikasi yang disampaikan penulisnya melalui tulisan-tulisannya.
Tahap komunikasi kita bertambah levelnya. Dunia mulai kita lihat warnanya. Mulai gamblang luasnya. Sudah sempurna? Belum. Masih satu lagi. Menulis!
Mendengar dan membaca adalah kemampuan berkomunikasi untuk menangkap informasi. Sedangkan berbicara dan menulis adalah kemampuan komunikasi untuk menyampaikan dan menyebar informasi.
Namum, kemampuan komunikasi sebagai manusia nggak akan sempurna tanpa menulis. Mungkin kita bisa berbicara pada lawan bicara yang (maaf) bisu atau buta. Namun, ketika lawan bicara kita adalah seorang yang memiliki (maaf) kekurangan pendengaran, hanya tulisan yang bisa menyelamatkan komunikasi kita.
Mungkin juga kita bisa bicara pada pasangan yang senang mendengar dan perhatian. Tapi, pada pasangan yang cuek atau tidak peka, komunikasi lewat tulisan akan lebih efektif disampaikan sebagai bahan perenungan di ujung kamar bersama tembok sunyi sebagai sandaran. Kaya yang nulis ini.

Kita bisa bicara pada anak-anak kita yang penurut dan mengerti keluh kesah sebagai orang tua. Namun, pada mereka yang menerima nasihat saja matanya ke mana-mana, petuah kita akan lebih meresap ke relung hatinya andai dikomunikasikan lewat rangkaian tulisan.
Menulis adalah kesempurnaan kemampuan berkomunikasi sebagai manusia. Dengan menulis, kita akan dapat berkomunikasi dengan berbagai manusia dengan aneka (maaf) kekurangannya.
Listening, Speaking, Reading, dan sempurnakan dengan Writing. Nah, sok pintar lagi kan saya. Padahal aslinya culun dan bodoh. Wong nulis kui bebas. (orang menulis itu bebas)
Quote:
Sumber gambarJadi, menulislah dan terus menulis, ya! Meskipun itu hanya sebuah status di media sosial untuk menuangkan isi hati. Syukur-syukur bisa melahirkan karya-karya yang bermanfaat dengan bonus ternama.
Terlepas dari bonus karya Best Seller, mari mulai biasakan menulis untuk diri kita sendiri. Benar-benar untuk kita sendiri. Untuk merawat jiwa kita agar senantiasa baik-baik saja.
Agar semakin teguh bersabar. Semakin peduli dengan orang lain. Semakin kukuh dalam memperjuangkan kebaikan. Banyak atau sedikit. Besar atau kecil.
Titipkan pada tulisan-tulisan itu kata-kata dan bahasa yang asalnya benar-benar dari dalam hati dan pikiran kita. Biarkan ia menjelma dalam rangkaian kata hingga kalimat.
Biarkan ia padu dalam paragraf yang kita susun dalam bentuk puisi atau sekedar buku harian dengan huruf-huruf tanpa judul. Pun juga membuat sebuah novel.
Tuliskan bagaimana kita melewati hari-hari yang panjang. Melalui waktu-waktu yang seolah tak berjeda. Membuat kita sering kali lupa dan abai tuk menyirami diri kita dengan pesan dan nasihat kebaikan yang lahirnya bukan dari kata-kata orang lain. Melainkan dari rahim pengalaman-pengalaman, serta nasib yang membersamai kita.
Nanti, suatu saat nanti, tulisan kita inilah yang melapangkan saat dada kita sesak. Tulisan inilah yang menuntun saat kita terseok-seok. Tulisan kita pula yang akan meraih saat kita terjatuh.
Sebab dalam tulisan itu, kita memang hendak berkata. Hendak membisikkan. Serta menjadi sahabat untuk diri kita sendiri. Tulislah segala do’a, harapan, dan mimpi-mimpi kita.
Menulis adalah kesempurnaan berkomunikasi bagi kaum yang ketika marah lebih memilih diam seribu bahasa. Maka menulislah agar pesan kita tersampaikan kepada orang yang membuat kesal.
Buat saya yang bodoh ini, karya sebagus apapun dipuja puji seluruh penduduk bumi, kalau tujuannya hanya untuk mendapat sanjungan tanpa menyematkan pesan kebaikan, buat apa? Percuma! Karena pada akhirnya sanjungan itu akan berlalu bersama embusan angin.
Teruslah menulis dan menulis. Tetaplah membumi, merunduk serendah jidat kita menyentuh bumi. Tetapi, jangan abaikan tugas dan kewajiban kita sehari-hari.
Menulislah! Agar kelak kita tak hanya meninggalkan tulang saat sudah tiada. Ada tulisan kita yang tetap bermanfaat bagi orang lain. Menulislah untuk kebaikan!
Quote:
Sumber gambarDemikian thread saya. Silakan cendol, share dan komentar jika dirasa thread saya ini bermanfaat.
Lampung Timur, 12032020
Diubah oleh purwanti29 12-03-2020 11:51






vien26 dan 10 lainnya memberi reputasi
11
2.9K
37


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan