i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Ketua PA 212 Ancam Sweeping Warga India, Novel: Sikap Pribadi


Ketua PA 212 Ancam Sweeping Warga India, Novel: Sikap Pribadi

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Media Center Persaudaraan Alumni atau PA 212 Novel Bamukmin mengatakan pernyataan Ketua PA 212 Slamet Maarif yang akan melakukan sweeping terhadap warga negara India merupakan sikap pribadi. "Itu sikap pribadi dan suatu hal yang wajar," kata Novelkepada Tempo, Sabtu, 7 Maret 2020.

Sebelumnya, PA 212 bersama Front Pembela Islam dan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Kedutaan Besar India sehubungan dengan kekerasan yang dialami umat Islam di India.

Dalam aksi tersebut, massa gagal bertemu dengan Duta Besar India dan dijanjikan akan ditemui pekan depan. Slamet Maarif kemudian mengancam akan melakukan sweeping terhadap warga India di Indonesia apabila janji tidak dipenuhi.



Novel menjelaskan, Slamet Maarif sudah mengklarifikasi pernyataannya itu sebagai sikap pribadi. Adapun sikap PA 212, GNPF, dan FPI sudah disepakati ke dalam 6 butir, antara lain menuntut pemerintah India menghentikan berbagai tindakan persekusi terhadap umat Islam, menuntut pemerintah India mencabut UU Kewarganegaraan India yang sangat diskriminatif terhadap umat Islam.

Kemudian meminta pimpinan dan anggota DPR mendesak pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan luar negeri politik bebas aktif sesuai amanat konstitusi, mengimbau lembaga kemanusiaan dan HAM nasional dan internasional memberikan perhatian yang adil dan proporsional atas terjadinya pelanggaran HAM berat terhadap muslim di India.

Kemudian, mereka menyerukan umat Islam Indonesia untuk terus melakukan aksi protes ke Kedubes India hingga tidak ada lagi diskriminatif sebagai warga negara terhadap muslim India.
sumber

☆☆☆☆☆

Nikmatnya berdusta bertamengkan agama. Bahkan mengancampun menjadi hal yang lumrah. Padahal pada KUHP Pasal 368 ayat 1, pelaku pengancaman yang memaksa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan bisa dipidana dengan ancaman hukuman 9 tahun! Tak bisakah si Slamet Ma'arif ini diseret ke ranah hukum?

Sudah seringkali manusia-manusia ini berbuat semaunya seolah-olah mereka adalah pemilik negeri ini. Seharusnya sekali-sekali mereka diberi pelajaran agar bisa sedikit sadar, bahwa mereka hanya sampah demokrasi. Kalau tak bisa diseret ke penjara, mumpung sedang mewabah virus Corona, ya kasihlah virusnya, lalu biarkan dia dalam tahanan rumah selama 1 bulan penuh. Bukankah virus Corona oleh seorang Ustadz dianggap sebagai tentara Allah? Masa dijaga oleh tentara Allah tidak mau. Pun andai akhirnya mati, bukankah seorang ustadz (yang sayangnya dia-dia juga) mengatakan apabila wafat karena virus Corona dianggap syahid? Masa mati syahid tidak mau?

Kelompok Pe'A ini senang sekali mengancam. Seolah mengancam itu sebagian dari iman. Sweeping katanya. Apakah mereka bisa membedakan antara warga negara India dengan Bangladesh? Pakai bahasa apa mereka bertanya mengenai kewarganegaraan orang India atau Bangladesh? Bahasa isyarat? Bahasa Arab? Apa semua yang dianggap muslim memiliki keahlian berbahasa Arab? Lantas kalau kelompok Pe'A yang memang pe'a ini tahu bahwa yang disweeping itu benar warga negara India, lalu akan ditanya soal agamanya gitu? Kalau sudah tahu, apa yang akan dilakukan? Memakai cara-cara kekerasan? Persekusi? Ya elaaaah... Barbar sekali mereka ini.

Sudah dibilang, mau demo silakan demo. Suarakan kecaman atau protes secara bermartabat. Bukan berdemo seolah merasa paling jagoan. Kalau berkelahi 1 lawan 1 antara Slamet Ma'arif dengan Vijay jelas menang Vijay lah.

Demo tidak harus berorasi arogan seolah paling benar. Dan tiap berdemo, tidak usah membawa-bawa bendera dari rumah. Cemen itu. Kenapa gak sekalian menurunkan bendera di halaman Kedutaan Besar? Nah, coba sekali-sekali kalau punya nyali. Menurunkan bendera saja hingga tanah, tak perlu dibakar. Berani?

Bendera Nasional India jelas milik bangsa India, tak peduli dia muslim atau non muslim. Bendera mereka sama. Lagu kebangsaan mereka sama. Apa kalau membakar bendera India lantas membuat sebagian warga negara India senang? Ah, pemikiran tolol itu.

Mau bicara HAM? Tak usah jauh-jauh. Di Aceh dan Papua sana, HAM masih sebatas angan-angan. Kenapa si Novel diam saja? Apakah isunya tidak seksi? Tidak menjual?

Bicara diskriminasi. Masih banyak negara melakukan diskriminasi terhadap satu agama atau beberapa agama. Kenapa pe'a bungkam?

Bicara kematian. Di Yaman dan Suriah sana banyak kematian terjadi. Kenapa pe'a ini tidak berdemo didepan Kedutaan Besar Arab Saudi atau Mesir?

Keadilan itu adalah, ketika yang benar dibela, yang salah dicerca. Ini harus berlaku universal, tidak eksklusif. Jangan ketika kelompoknya benar lalu merasa boleh bertepuk dada dan maju membela, tapi giliran salah maka diam seribu basa. Ditambah lagi tak mengakui bahwa itu sesama saudara seukhuwah? Kan setan!

Coba lihat kalimat Novel yang di bold diatas. Sesuatu yang wajar katanya. Mengancam warga negara asing di Indonesia dianggap sesuatu yang wajar? Padahal negara asing tersebut tidak sedang bermusuhan dengan bangsa ini. Dan warga negaranya yang diancam tidak pernah menyakiti warga negara Indonesia. Lantas mau diancam?

Sudahlah Pak Polisi. Angkut orang ini. Biarkan dia membusuk dipenjara. Yakinlah, sudah seringkali dibiarkan, lama-lama hal itu jadi kebiasaan dan ngelunjak.

Tangkap Slamet Ma'arif!



Diubah oleh i.am.legend. 07-03-2020 16:51
takaonichiAvatar border
sebelahblogAvatar border
4iinchAvatar border
4iinch dan 44 lainnya memberi reputasi
45
7.7K
107
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan