Kaskus

Entertainment

Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

gilbertagungAvatar border
TS
gilbertagung
1988, Tiga Srikandi Panahan Membuka Jalan Medali Indonesia di Olimpiade
1988, Tiga Srikandi Panahan Membuka Jalan Medali Indonesia di Olimpiade

1988, Tiga Srikandi Panahan Membuka Jalan Medali Indonesia di Olimpiade
Tahun 2020 ini, Olimpiade musim panas akan diselenggarakan di Tokyo, Jepang. Olimpiade ini akan menjadi penampilan ke-16 bagi kontingen Indonesia di ajang empat tahunan ini. Indonesia telah berpartisipasi pada semua ajang Olimpiade sejak 1952, kecuali pada 1964 dan 1980. Namun butuh waktu 36 tahun bagi kontingen Merah Putih untuk memperoleh medali pertama. Tiga Srikandi Pemanah menjadi pembuka bagi jalan Garuda meraup medali.

Tahun 1988. Seoul, ibu kota Republik Korea atau Korea Selatan, mendapat kehormatan menjadi penyelenggara Olimpiade Musim Panas ke-21. Ini menjadi kali kedua sebuah kota di Asia menyelenggarakan Olimpiade, setelah Tokyo pada 1964. Indonesia tak ketinggalan mengirim kontingen beranggotakan 29 atlet. Mereka terdiri atas 23 atlet pria dan 6 atlet wanita. 4 dari 6 atlet ini berkompetisi di cabang panahan. Mereka adalah Lilies Handayani (23 tahun), Nurfitriyana Saiman-Lantang (26 tahun), dan Kusuma Wardhani (24 tahun). Mereka dilatih oleh Donald Pandiangan, mantan atlet panahan Indonesia. Satu pemanah pria adalah Syafruddin Mawi.

1988, Tiga Srikandi Panahan Membuka Jalan Medali Indonesia di Olimpiade
Sumber : https://blog.imanbrotoseno.com/tangi...-pilihan-kita/
Donald Pandiangan, pelatih tim panahan wanita Indonesia di Olimpiade Seoul 1988.


Pelatih berjuluk "Robin Hood dari Indonesia" tersebut menerapkan disiplin ketat bagi anak asuhnya. Target emas pun ditentukan.

Cabang panahan dimainkan di Hwarang Archery Field pada 27 September hingga 1 Oktober 1988. Indonesia tak dapat berbuat banyak di sektor putra. Satu-satunya pemanah pria dari kontingen Indonesia, Syaffrudin Mawi, hanya sanggup meraih posisi ke-48 dengan 1.219 poin dan tak dapat maju ke babak selanjutnya. Karena hanya ada satu pemanah di sektor tunggal putra, Indonesia pun tak bisa berlaga di sektor beregu putra.

Sementara itu, performa sektor tunggal putri lebih menggembirakan, meski belum memuaskan. Handayani hanya mencapai babak pertama dengan 1.223 poin dan bertenger di peringkat ke-30. Wardhani terhenti di perdelapanfinal, mengumpulkan 300 poin dan bertengger di peringkat ke-19, hanya satu tingkat dari batas bawah untuk masuk perempatfinal. Hasil lebih baik dibukukan Saiman. Ia menembus babak semifinal dan meraih peringkat ke-9 dengan 325 poin, lagi-lagi hanya satu tingkat dari batas bawah untuk masuk final. Karena Indonesia mengirimkan 3 pemanah wanita, tim Garuda dapat berlaga di sektor beregu putri.

Pada babak pertama, tim Indonesia berhasil mengumpulkan 3.720 poin. Ini membuat Indonesia berada pada posisi ke-5, di bawah Amerika Serikat, Taiwan, Uni Soviet, dan Korea Selatan, dan berhak maju ke semifinal. Di semifinal, Indonesia memperbaiki penampilan dan finis di peringkat ke-4 dengan 975 poin. Indonesia menjadi 1 dari 8 tim yang berhak bertanding di final.

Pada final yang digelar 1 Oktober 1988, Indonesia mengawali laga dengan baik. Pada nomor 30 meter, Indonesia membukukan 259 poin dan menjadi yang teratas. Namun, performa menurun di nomor selanjutnya. Pada nomor 50 meter, Indonesia mengumpulkan 237 poin dan menempati posisi ke-2. Pada nomor 60 meter, Indonesia turun ke peringkat ke-3 dengan 235 poin. Pada nomor 70 meter, Indonesia melorot ke posisi ke-7 dengan 221 poin.

Dengan koleksi 952 poin dari 4 nomor tadi, perolehan tim Indonesia disamai tim AS. Penentuan pemenang medali perak harus dilakukan dengan tie-breakerberupa adu tembak 9 anak panah pada nomor 70 meter. Ketenangan dan konsentrasi para srikandi dalam melepaskan anak panah berbuah manis. Indonesia berhasil melesatkan semua anak panah ke sasaran dan mengumpulkan 72 poin. Sementara itu, satu bidikan anak panah dari AS meleset dan membuat mereka hanya berhasil mengumpulkan 67 poin. Indonesia pun berhak atas satu medali perak.

Medali emas sendiri dibawa pulang tim Korea Selatan yang mengumpulkan 982 poin.

1988, Tiga Srikandi Panahan Membuka Jalan Medali Indonesia di Olimpiade
Sumber : [URL=[twitter=imanbr]762119895270076416[/twitter]][/URL]
Donald Pandiangan merangkul salah satu anak asuhnya, Nurfitriyana Saiman-Lantang, yang menangis bahagia setelah berhasil mempersembahkan medali perak pertama untuk Indonesia.

Meski hanya medali perak, namun ini adalah pencapaian bersejarah karena menjadi awal dari peningkatan prestasi Indonesia di Olimpiade. Pulang dari Korea Selatan, mereka disambut bak pahlawan. Empat tahun berselang di Barcelona, Susi Susanti dan Alan Budikusuma berhasil mempersembahkan medali emas pertama untuk Indonesia. Selanjutnya, Indonesia selalu meraih medali dalam setiap ajang Olimpiade.

Kisah mereka diangkat dalam sebuah film layar lebar berjudul 3 Srikandi (2016) karya Imam Brotoseno.

Tiga Srikandi Panahan Lilies Handayani, Nurfitriyana Saiman-Lantang, dan Kusuma Wardhani adalah pahlawan dan insiprasi bagi prestasi olahraga Indonesia di ajang Olimpiade. Tanpa mereka sebagai pelopor, dan juga didikan almarhum Donald Pandiangan yang telah berpulang pada 20 Agustus 2008, belum tentu kita bisa menyaksikan atlet-atlet kita berdiri gagah di podium juara dan dengan penuh haru menyanyikan Indonesia Raya selama 32 tahun terakhir.

Terima kasih telah membaca dan mari kita doakan semoga atlet kita dapat mempersembahkan yang terbaik di Olimpiade Tokyo 2020. Sampai juga lagi di tulisan lainnya.



1988, Tiga Srikandi Panahan Membuka Jalan Medali Indonesia di Olimpiade
sebelahblogAvatar border
4iinchAvatar border
infinitesoulAvatar border
infinitesoul dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.6K
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan