- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Jokowi, BI, The Fed, & Corona Warnai Rupiah Pekan Ini


TS
ZenMan1
Jokowi, BI, The Fed, & Corona Warnai Rupiah Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat sepanjang pekan ini. Rupiah sebenarnya lebih banyak melemah kalau dilihat secara harian, tetapi penguatan yang agak jarang terjadi itu cukup signifikan.
Sepanjang minggu ini, rupiah menguat 0,84% di hadapan greenback. Mengawali pekan di Rp 14.340/US$, rupiah finis di Rp 14.220/US$.
Pada hari pertama pekan ini, rupiah ditutup menguat 0,77%. Rupiah sempat melemah nyaris seharian, tetapi kemudian berhasil menguat.
Kala itu, rilis data inflasi Februari 2020 tidak banyak membantu mata uang Tanah Air. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Februari sebesar 0,28% secara bulanan (month-on-month/MoM). Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) adalah 2,98% dan inflasi inti tahunan di 2,76%.
Realisasi ini relatif sejalan dengan ekspektasi pasar. Sebelumnya, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi inflasi 0,22% MoM. Kemudian secara tahunan diperkirakan terjadi inflasi 2,91% dan inflasi inti tahunan diproyeksi 2,84%.
Hari itu, rupiah nyaris tertekan seharian karena ada pengumuman mengejutkan dari Istana. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa Indonesia sudah disusupi oleh virus corona. Indonesia mencatatkan kasus corona perdana, bahkan langsung ada dua pasien.
Rupiah pun sempat melemah sampai ke kisaran Rp 14.400/US$. Kepanikan melanda pasar, karena sebelumnya Indonesia sudah agak lama 'kebal' dari virus yang berasal dari Kota Wuhan (China) tersebut.
Namun Bank Indonesia (BI) 'turun gunung' dan menjadi penyelamat. Selepas rehat makan siang, Gubenur Perry Warjiyo dan kolega mengumumkan lima kebijakan baru untuk menyokong stabilitas perekonomian nasional dari serangan virus corona.
Setelah pengumuman dari MH Thamrin, rupiah langsung berbalik arah ke zona hijau. Rupiah ditutup menguat 0,56% dan jadi salah satu mata uang terbaik di Asia.
The Fed Bikin Dolar AS Tersungkur
Namun 'obat kuat' dari BI itu tidak bertahan lama. Pada 3 Maret, rupiah mengakhiri perdagangan pasar spot dengan depresiasi 0,11% terhadap dolar AS. Kekhawatiran investor terhadap penyebaran virus corona yang kian masif (terutama di luar China) menjadi penyebabnya.
Pada 4 Maret, nasib rupiah berubah drastis. Kala itu, rupiah menguat seharian dan menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi signifikan yaitu 1,16%. Rupiah sah menjadi numero uno di Asia.
Saat itu, penopang penguatan rupiah lebih karena faktor eksternal. Bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) secara mengejutkan memangkas suku bunga acuan 50 basis poin ke 1-1,25%. Keputusan in diambil dalam rapat darurat tak terjadwal, karena semestinya pertemuan Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) baru berlangsung pada 17-18 Maret.
Apalagi pemotongan Federal Funds Rate langsung 50 bps dalam sekali rapat. Ini menjadi penurunan lebih dari 25 bps pertama sejak Desember 2008, kala Negeri Paman Sam bergelut dengan krisis ekonomi.
Penurunan suku bunga acuan membuat berinvestasi di instrumen berbasis dolar AS (terutama di aset berpendapatan tetap seperti obligasi) kurang menarik. Akibatnya, arus modal menjauh dari dolar AS dan hinggap ke Asia yang masih menawarkan imbalan menarik. Tujuan utama pelaku pasar adalah Indonesia.
Gegara Corona, Rupiah Kendur Lagi
Akan tetapi, dolar AS yang sempat tertekan akibat pemangkasan suku bunga acuan pulih dengan cepat. Ini membuat rupiah goyah dan kembali melemah.
Ditambah lagi kecemasan terhadap penyebaran virus corona semakin membesar. Pertumbuhan kasus baru di China memang melambat, tetapi di luar China lajunya menanjak.

Virus corona membuat aktivitas masyarakat menjadi terhambat. Pabrik-pabrik berhenti produksi karena karyawan dipulangkan, pariwisata sepi karena pelancong tidak berani plesiran, ekspor-impor lesu karena aktivitas di pelabuhan berkurang.
Institute of International Finance yang berbasis di Washington memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2020 akan mendekat 1%. Jauh dibandingkan pencapaian 2019 yaitu 2,6%.
Dana Moneter Internasional (IMF) sampai memberi wanti-wanti bahwa virus corona akan menghapus seluruh optimisme pada 2020. Pertumbuhan ekonomi dunia akan mencapai titik terendah sejak krisis 2008-2009.
"Pertumbuhan ekonomi global akan melambat sampai ke bawah pencapaian tahun lalu. Namun sampai kapan perlambatan akan terjadi masih sulit untuk diprediksi," kata Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF, seperti diberitakan Reuters.
Dihantui oleh ancaman perlambatan ekonomi yang sangat nyata, investor mana yang berani mengambil risiko? Memang sangat wajar jika aset-aset di pasar keuangan Asia dijauhi dulu. Akibatnya, rupiah melemah masing-masing 0,35% dan 0,42% dalam dua hari perdagangan terakhir.
Dengan berbagai dinamika tersebut, rupiah masih mampu mencatatkan penguatan 0,84% secara mingguan. Rupiah bergerak searah dengan mata uang utama Benua Kuning lainnya yang mayoritas menguat di hadapan dolar AS.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia sepanjang pekan ini:
USD/CNY 6.93 -0.87
USD/HKD 7.78 -0.31
USD/IDR 14,220.00 -0.84
USD/INR 74.00 2.02
USD/JPY 105.20 -2.66
USD/KRW 1,189.35 -0.90
USD/MYR 4.17 -0.97
USD/PHP 50.55 -0.80
USD/SGD 1.38 -1.05
USD/THB 31.49 -0.06
USD/TWD 29.94 -0.59
sumur
https://www.cnbcindonesia.com/market...ah-pekan-ini/1






4iinch dan 2 lainnya memberi reputasi
3
842
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan