Assalammualaikum

Hai, GanSist. Apa kabarnya? Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.

Thread kali ini akan mengulas tentang sosok wanita yang bagi saya sangat patut diteladani. Beliau adalah Siti Walidah, istri dari pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan. Siti Walidah juga dikenal dengan Nyai Dahlan.



Sosok wanita tangguh ini baru saya kenal saat masuk kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang sekitar tiga belas tahun yang lalu. Saat membaca kisahnya baik di laman internet maupun novel Sang Pencerahkarya Akmal Nasery Basral, saya mulai menjadikan kisah wanita kelahiran Yogyakarta, 3 Januari 1872 tersebut sebagai inspirasi kehidupan.


Sumber gambar, Dokpri

Terlebih, saya berjodoh dengan seorang laki-laki yang merupakan kader persyarikatan Muhammadiyah. Hal tersebut menjadikan diri ini berharap dapat menjadi seperti Nyai Dahlan dalam mendampingi suami saya berdakwah, mengabdikan diri untuk ummat.

Ada dua poin penting yang saya petik dari kisah hidup beliau yang selalu membekas dalam ingatan. Perlahan saya mulai menerapkannya dalam kehidupan berumah tangga dan mengaktualisasikan diri di persyarikatan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

1. Kesetiaan Mendampingi Suami


Perjuangan Kyai Dahlan tidaklah mudah saat mendirikan Muhammadiyah. Kegigihan beliau dalam meluruskan ajaran islam di Desa Kauman sesuai Al-Quran dan sunnah, kerap mendapatkan perlawanan dari banyak pihak. Sebagai seorang istri, Nyai Dahlan tidak pernah lelah memberi semangat kepada suaminya bahkan beliau kerap menjadi teman diskusi Kyai Dahlan.

Apalagi saat ujian berat menimpa Kyai Dahlan, yaitu saat Langgar Kidul yang didirikan sebagai pusat pembinaan ummat, dibakar oleh pihak yang tidak senang dengan pergerakan dakwah yang dilakukan beliau. Nyai Dahlan berdiri paling depan memberi suntikan semangat dan kekuatan agar suaminya tetap bangkit berjuang bersama. Tidak sedikit pun terbesit keinginan untuk meninggalkan suaminya dengan masalah yang menghampiri.

Perlawanan dan ancaman dari pihak yang menganggap ajaran Kyai Dahlan adalah radikal, tidak hanya diarahkan kepada sang kyai, tetapi juga sang istri. Namun, tidak pernah surut rasa cinta dari sosok wanita soleha ini kepada sang suami. Kesetiaan adalah harga mati bagi istri seorang pejuang. Bagi Nyai Dahlan, istri adalah mitra suami dalam membangun rumah tangga dan berjuang untuk ummat.

Tidak salah lagi bahwa di balik kesuksesan seorang KH. Ahmad Dahlan ada sosok Nyai Dahlan yang tangguh dan setia. Hal ini menjadi motivasi untuk saya harus bisa terus memberi semangat dan dukungan kepada suami dalam mengabdikan dirinya kepada ummat.

2. Tokoh Emansipasi Muslimah

Sumber gambar: Twitter Sabda Perubahan

Nyai Dahlan merupakan penggerak dakwah di dalam rumah. Melalui ilmu yang diberikan oleh ayahnya, KH. Muhammad Fadil--seorang ulama yang juga anggota kesultanan Yogyakarta--Nyai Dahlan belajar bahasa Arab dan Al-Quran.

Setelah Muhammadiyah berdiri, bersama Kyai Dahlan, beliau mendirikan kelompok Sopo Tresno yang merupakan cikal bakal organisasi otonom yang saat ini lebih dikenal sebagai Aisyiah. Di sana, Nyai Dahlan mengajarkan baca tulis dan mengkaji tentang topik perempuan yang ada di Al-Quran.

Setelah Aisyiah berdiri tahun 1917, beliau mempelopori berdirinya sekolah putri Islam. Gerakan emansipasi, disuarakan melalui ajakan untuk perempuan menempuh pendidikan formal di sekolah dan juga berdakwah seperti kaum laki-laki.

Nyai Dahlan wafat pada tanggal 31 Mei 1946 dalam usia 74 tahun. Tempat peristirahatan beliau terletak di belakang Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta.

25 tahun kemudian, pemerintahan Presiden Suharto menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Siti Walidah Dahlan.



Bagi saya pribadi, Nyai Dahlan adalah tokoh emansipasi muslimah yang patut diteladani perjalanan hidupnya.

Perempuan itu bukanlah makhluk lemah, hanya saja kekuatannya tidak disadari oleh orang sekitarnya.

Sekian dulu thread dari saya, GanSist. Semoga tulisan ini bisa menjadi inspirasi bagi pembaca.

Terima kasih sudah mampir 😍😍

Referensi: di sini

Sumber gambar: 1, 2, 3