[COC Regional: Lokasi Wisata] Kisah Cinta Sang Putera Raja di Gunung Liliran
TS
griffin.os
[COC Regional: Lokasi Wisata] Kisah Cinta Sang Putera Raja di Gunung Liliran
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu
Salam Sejahtera bagi Kita Semua Om Swastyastu Namo Buddhaya
Salam Kebajikan
Rahayu
Pada kesempatan yang berbahagia ane, ijinkan ane untuk membuat thread yang bermanfaat untuk menceritakan salah satu tempat destinasi wisata yang sangat wajib untuk agan-aganwati kunjungi sekaligus mengungkap beberapa hal yang ada di lokasi tersebut di dukung dengan data, fakta, referensi dan logika. Mari kita simak dengan seksama
Quote:
Perjalanan ane mulai dari sisi barat. Suasana hening terasa saat tiba di sebuah gubuk beratap daun rumbia di Dusun Gamping, Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen. Gubuk tua itu berada tak jauh dari Sendang Gampingan yang memiliki mata air hangat. Di gubuk itu, terdapat petilasan Ki Joko Budug yang memiliki nama lengkap Raden Haryo Bangsal, putra Raja Majapahit.
Spoiler for Rara Kemuning:
Alkisah pada zaman dahulu seorang putri raja yang bernama Putri Ayu Rara Kemuning sakit parah. Raja pun membuat sayembara, barangsiapa yang dapat menyembuhkan sang putri maka akan bersanding dengannya. Dengan kesaktiannya, Joko Budug mampu menyembuhkan sang putri namun kemudian ia dibunuh oleh patih raja. Sebelum meninggal ia bersumpah hanya mau dikuburkan apabila telah dinikahkan dengan sang putri. Sang putri yang berduka melarikan diri dari istana, dan akhirnya menghembuskan nafas di gunung Liliran. Akhirnya sepasang kekasih tersebut dimakamkan di gunung Liliran. Sejak saat itulah masyarakat menganggap tempat ini sebagai tempat keramat mengingat latar belakang sejarahnya.
Spoiler for Petilasan Gunung Lirliran:
Perjalanan ane lanjutkan ke sebuah gunug yang tidak jauh dari lokasi petilasan. Ya, saat ini ane bawa agan-aganwati ke kabupaten Ngawi. Kabupaten Ngawi adalah sebuah kabupaten di bagian barat Provinsi Jawa Timur, yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Kata Ngawi berasal dari kata awi, bahasa sansekerta yang berarti bambu, konon pada zaman dahulu di wilayah Ngawi banyak terdapat pohon bambu.
Disini ane mendapatkan cerita yang sedikit berbeda dengan cerita yang ane dapatkan dari tempat sebelumnya. Berikut ane sampaikan ceritanya.
Spoiler for djoko budhug:
Joko Budug nama lengkapnya adalah Raden Haryo Bangsal Putra Raja Majapahit. Pada suatu ketika Joko Budug / R. Haryo Bangsal pergi dari rumah sampailah di desa Bayem Taman Daerah Sine Ngawi mampir ke rumah Mbok Rondo Dadapan sampai beberapa waktu.
Di dekat desa Bayem Taman ada Kerajaan yang namanya Kerajaan POHAN. Raja POHAN mempunyai Pohon Pisang Pupus Cinde Mas, di Gunung Liliran, Pada musim kemarau pohon pisang Pupus Cinde Mas layu. Raja Pohan mengadakan Sayembara “Barang Siapa yang bisa mengalirkan air ke pohon pisang Pupus Cinde Mas, Kalau laki-laki akan dijodohkan dengan putrinya, kalau wanita akan dijadikan Sedulur Sinorowati / anak angkat“. Joko Budug mendengar bahwa Raja Pohan mengadakan sayembara, Beliau pamit akan mohon do’a restu pada Mbak Rondo Dadapan, Mbok Rondo Dadapan merestui akhirnya Joko Budug mengikuti Sayembara tersebut.
Dengan kesaktiannya Joko Budug berhasil membuat terowongan dengan tangan kosong, sehingga air mengalir ke tanaman pohon pisang Pupus Cinde Mas. Akhirnya Joko Budug akan dikimpoikan dengan Putri Raja Pohan.
Berhubung Joko Budug badannya rata penyakit kulit/gudig. Raja Pohan memerintahkan Patih untuk memandikan/mbilasi Joko Budug di Sendang Gampingan sekarang dukuh Gamping.
Sang Patih melaksanakan perintah Raja. Sang Patih agak kurang pendengarannya/tuli Perintah Sang Raja untuk mbilasidi dengar sang patih untuk Nelasi. Sampai disekat Sendang Gampingan Joko Budug dihabisi/dibunuh. Setelah itu dibuatkan lubang kubur sepanjang orang biasa, setelah dimasukkan ternyata tidak muat, jasadnya tidak bisa masuk lubang kubur dan penjangnya ditambah lagi mencapai 11 (sebelas) meter. namun tidak cukup juga.
Pada waktu itu sesepuh Kerajaan Pohan mendapat wangsit agar Joko Budug dimakamkan bersama Calon Istrinya (anak Raja Pohan) di gunung Liliran. Akhirnya Joko Budug di makamkan digunung Liliran bersama calon istrinya.
Akhirnya Sang Raja Majapahit mendengar kematian Putranya (Joko Budug) jasad keduanya di bawa ke Majapahit. Demikian cerita singkat Makam Joko Budug alias R. Haryo Bangsal yang terletak di Gampingan yang sekarang di sebut dukuh Gamping dan di gunung liliran tinggal petilasan makam. Sampai sekarang Petilasan Makam Joko Budug (R. Haryo Bangsal) yang berada di Gamping maupun di Gunung Liliran banyak pengunjung yang ziarah terutama pada malam Jum’at Legi bulan Suro
Terlepas dari benar atau tidaknya cerita rakyat tersebut, obyek wisata gunung Liliran memang pantas menjadi tujuan liburan Anda bila berada di Ngawi. Alamnya yang indah mampu membius pengunjung untuk datang dan kembali lagi.
Ngawi, 3 Maret 2020
Penulis @griffin.os
Semua tulisan yang ada diatas adalah datang dari hasil tulisan ane pribadi
Semua dokumentasi foto dan atau video adalah milik pribadi
Mohon untuk dapat dimanfaatkan dengan bijak
Rahayu Rahayu Rahayu Sagung Dumadi