- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sejarah Micin


TS
KelasPintar
Sejarah Micin

Sejarah Micin
Micin ditemukan pertama kali oleh Kikunae Ikeda (Wikipedia Kikunae Ikeda), seorang profesor kimia di Universitas Tokyo pada tahun 1908. Ia mengemukakan bahwa ini merupakan bentuk garam yang paling stabil dan paling baik yang dapat memberikan rasa gurih pada makanan. Orang-orang juga cenderung menyukai makanan yang mengandung penyedap ini.
Kalau ternyata ini merupakan sejenis garam, kenapa bisa ada anggapan kalau micin berbahaya bagi otak dan tubuh?
Penyebabnya bisa kita kaitkan dengan istilah ‘Sindrom Restoran Cina’ yang muncul sekitar tahun 1968. Saat itu, restoran dan makanan Cina banyak yang menggunakan MSG. Terbitlah laporan yang menyebut bahwa setelah menyantap masakan Cina, banyak orang yang merasakan bermacam-macam gejala, seperti sakit kepala, mual, badan lemas, hingga jantung yang berdebar-debar dan mati rasa.
Padahal, belum ada riset mendalam yang secara jelas menemukan kalau konsumsi penyedap ini dapat memicu penyakit-penyakit berbahaya, seperti kanker dan hipertensi. Jika seseorang mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas, bisa saja karena ia cenderung sensitif terhadap zat-zat yang terdapat dalam MSG.
Amankah Dikonsumsi?
Alih-alih berbahaya bagi otak, ternyata micin mengandung senyawa yang justru dibutuhkan oleh tubuh manusia lho! Secara garis besar, MSG terdiri dari asam amino, air, dan sodium atau natrium. Asam amino merupakan bagian dari protein yang berperan dalam memberikan rasa gurih atau umami pada micin. Sementara itu, sodium atau natrium adalah sejenis mineral elektrolit yang dapat menjaga keseimbangan otot.
Selain itu, MSG juga bisa ditemukan di bahan-bahan alami, seperti tomat, keju, jamur kering, dan buah atau sayur lainnya. Hanya saja, karena kandungannya lebih sedikit, rasa gurih atau umami tersebut tidak sekuat yang dihasilkan micin buatan.
Tapi, micin yang diproduksi di Indonesia sendiri juga aman kok! Karena terbuat dari tetes tebu yang difermentasi. Proses fermentasinya juga mirip dengan yang dilakukan ketika membuat yogurt dan kecap.
Penyedap ini juga sebenarnya sudah diakui keamanannya oleh berbagai organisasi pengawas makanan, seperti The Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JEFCA), Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA), dan Badan POM RI. Tapi, konsumsinya yang wajar-wajar saja ya! Kementerian Kesehatan RI mengizinkan konsumsi micin maksimal 5 gram per harinya.
Kedengarannya sedikit ya? Tapi ternyata 5 gram itu sudah lebih dari cukup lho! Masyarakat Indonesia ternyata hanya mengonsumsi 0,65 gram micin per hari dan angka tersebut masih kecil jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Warga Amerika Serikat, misalnya, tercatat mengonsumsi MSG hingga 1 gram per hari. Orang Jepang bahkan bisa mengonsumsi micin hingga 2 gram per hari.
Artinya, tidak ada masalah dengan penggunaan micin dalam makanan, selama masih dalam batas wajar. So, jangan kebanyakan ya!
Benarkah Micin Memengaruhi Kemampuan Otak Kita?
Penyedap rasa monosodium glutamate (MSG) atau yang sering kita sebut sebagai micin memang terbukti berhasil membuat makanan yang kita konsumsi terasa lebih gurih dan enak. Bukan saja bisa ditemukan di makanan-makanan ringan, micin juga banyak digunakan sebagai bumbu dalam hampir semua makanan berat. Sebut saja bakso dan mie ayam yang sering kita konsumsi dalam keseharian.
Sebelum kita ikut-ikutan percaya omongan orang soal micin, semoga beberapa fakta tentang penyedap rasa ini dapat bermamfaat bagi kamu yang sudah menuduh micin secara berlebihan. Hingga timbul sebutan "Generasi Micin".
Micin tidak terbukti salah yang dampaknya dapat mempengaruhi kemampuan otak kita, dan micin aman-aman saja untuk di konsumsi selama tidak berlebihan.
Sudah sejak lama kita sering mendengar komentar-komentar yang mengatakan kalau ternyata penyedap rasa ini berdampak pada otak. Semoga dengan thread ini, kita sepakat bahwa mengkonsumsi micin selama tidak berlebihan semua akan baik-baik saja ya! Nah, kalaupun micin memang memiliki dampak untuk kesehatan, kenapa micin masih bisa ditemukan secara luas di Indonesia?
Sumber: Sejarah Micin
Kalau ternyata ini merupakan sejenis garam, kenapa bisa ada anggapan kalau micin berbahaya bagi otak dan tubuh?
Penyebabnya bisa kita kaitkan dengan istilah ‘Sindrom Restoran Cina’ yang muncul sekitar tahun 1968. Saat itu, restoran dan makanan Cina banyak yang menggunakan MSG. Terbitlah laporan yang menyebut bahwa setelah menyantap masakan Cina, banyak orang yang merasakan bermacam-macam gejala, seperti sakit kepala, mual, badan lemas, hingga jantung yang berdebar-debar dan mati rasa.
Padahal, belum ada riset mendalam yang secara jelas menemukan kalau konsumsi penyedap ini dapat memicu penyakit-penyakit berbahaya, seperti kanker dan hipertensi. Jika seseorang mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas, bisa saja karena ia cenderung sensitif terhadap zat-zat yang terdapat dalam MSG.
Amankah Dikonsumsi?
Alih-alih berbahaya bagi otak, ternyata micin mengandung senyawa yang justru dibutuhkan oleh tubuh manusia lho! Secara garis besar, MSG terdiri dari asam amino, air, dan sodium atau natrium. Asam amino merupakan bagian dari protein yang berperan dalam memberikan rasa gurih atau umami pada micin. Sementara itu, sodium atau natrium adalah sejenis mineral elektrolit yang dapat menjaga keseimbangan otot.
Selain itu, MSG juga bisa ditemukan di bahan-bahan alami, seperti tomat, keju, jamur kering, dan buah atau sayur lainnya. Hanya saja, karena kandungannya lebih sedikit, rasa gurih atau umami tersebut tidak sekuat yang dihasilkan micin buatan.
Tapi, micin yang diproduksi di Indonesia sendiri juga aman kok! Karena terbuat dari tetes tebu yang difermentasi. Proses fermentasinya juga mirip dengan yang dilakukan ketika membuat yogurt dan kecap.
Penyedap ini juga sebenarnya sudah diakui keamanannya oleh berbagai organisasi pengawas makanan, seperti The Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JEFCA), Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA), dan Badan POM RI. Tapi, konsumsinya yang wajar-wajar saja ya! Kementerian Kesehatan RI mengizinkan konsumsi micin maksimal 5 gram per harinya.
Kedengarannya sedikit ya? Tapi ternyata 5 gram itu sudah lebih dari cukup lho! Masyarakat Indonesia ternyata hanya mengonsumsi 0,65 gram micin per hari dan angka tersebut masih kecil jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Warga Amerika Serikat, misalnya, tercatat mengonsumsi MSG hingga 1 gram per hari. Orang Jepang bahkan bisa mengonsumsi micin hingga 2 gram per hari.
Artinya, tidak ada masalah dengan penggunaan micin dalam makanan, selama masih dalam batas wajar. So, jangan kebanyakan ya!
Benarkah Micin Memengaruhi Kemampuan Otak Kita?
Penyedap rasa monosodium glutamate (MSG) atau yang sering kita sebut sebagai micin memang terbukti berhasil membuat makanan yang kita konsumsi terasa lebih gurih dan enak. Bukan saja bisa ditemukan di makanan-makanan ringan, micin juga banyak digunakan sebagai bumbu dalam hampir semua makanan berat. Sebut saja bakso dan mie ayam yang sering kita konsumsi dalam keseharian.
Sebelum kita ikut-ikutan percaya omongan orang soal micin, semoga beberapa fakta tentang penyedap rasa ini dapat bermamfaat bagi kamu yang sudah menuduh micin secara berlebihan. Hingga timbul sebutan "Generasi Micin".
Micin tidak terbukti salah yang dampaknya dapat mempengaruhi kemampuan otak kita, dan micin aman-aman saja untuk di konsumsi selama tidak berlebihan.
Sudah sejak lama kita sering mendengar komentar-komentar yang mengatakan kalau ternyata penyedap rasa ini berdampak pada otak. Semoga dengan thread ini, kita sepakat bahwa mengkonsumsi micin selama tidak berlebihan semua akan baik-baik saja ya! Nah, kalaupun micin memang memiliki dampak untuk kesehatan, kenapa micin masih bisa ditemukan secara luas di Indonesia?
Sumber: Sejarah Micin
Diubah oleh KelasPintar 02-03-2020 16:58






emineminna dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.1K
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan