andrerain5Avatar border
TS
andrerain5
AKU, KAU DAN RESTU ORANG TUAMU


Kita sama-sama tahu, bahwa cinta tak bisa dipaksakan. Bahkan kita juga paham, jika kehendak orang tua tak mampu kita lerai. Sekali berucap, itulah laku yang harus kita jejaki, jika tak ingin di cap anak yang tak berbakti.

Tapi, apakah semua itu mampu membuat kita bahagia? Aku rasa hanya sebagian saja. Tidak seperti kita yang saling mencintai, tapi harus tercerai berai lantaran restu yang tak mampu kita kantongi. Kau dipaksa untuk mengakhiri apa yang telah kita mulai dan rencanakan. Mimpi-mimpi yang telah tersusun rapi, harus rela kita simpan dalam angan.

"Tunggu aku, ya 'A. Sekembalinya aku nanti, kita bakalan wujudin apa yang telah kita rencanakan kemarin. Menabur benih mimpi dan memanen kebahagian bersama anak-anak kita yang lucu dan menggemaskan," ucapmu, pagi itu yang kuaminkan dalam hati.

Tiga puluh satu Juli 2017, hari terakhir di mana aku masih bisa memelukmu dan mencium keningmu sebelum kau beranjak pulang menuju kampung halaman.
Meski berat hati, aku harus rela melepasmu, dan menjalani hubungan jarak jauh. Berbeda kota dan pulau.

Hari demi hari, terus kita lewati tanpa putus kabar, lewat video call atau sekedar chatingan. Melepas rindu yang semakin gebu dalam kalbu. Kau sering bercerita, bahwa di kampungmu masih asri. Angin yang segar kala pagi, juga padang rumput dibelakang rumahmu yang membentang indah.

"Nanti, kalau kita sudah menikah, aku maunya Aa tinggal di kampungku, sekalian kita meneruskan usaha perkebunan sawit milik Bapakku. Aa pasti betah, karena di sini masih hijau dan tentu masih indah."

"A, jaga diri baik-baik ya sayang, jangan keseringan begadang dan lupa makan. Awas saja kalau Aa begadang terus, kan bisa jadi kurus. Apalagi aku tahu, kebiasaan Aa yang selalu abai dengan makan."

Dan seperti biasanya, aku hanya menjawab "Iya, Neng." Diiringi senyuman. Karena jika tak begitu, dia akan terus ngoceh dan ujung-ujungnya menangis tak karuan. Ah, sungguh gadis yang penuh perhatian.

Minggu bertemu, bulan berganti.
Hingga pada pertengahan September, kau layangkan sebuah keputusan yang menyayat perasaan.
Dengan derai airmata, lewat video call kau mengakhiri cerita kita. Katamu, orang tuamu tak merestui kita dan sudah menyiapkan seorang lelaki kenalannya. Kau di jodohkan!

Bersikeras kau menolak, kokoh pendirian orang tuamu.
Kau bilang tak mencintainya, orang tuamu bersiloka. Bahwa cinta akan tumbuh dengan seringnya bersama.
Kau terus mencoba, memberi pengertian bahwa aku akan datang meminang, tapi orang tuamu terus memaksa, hingga akhirnya kau menyerah dan janur itu berkibar dengan indah.

"Maafkan aku A, bukan maksud untuk mengingkari janji yang telah kita sepakati, hanya saja aku tak mau menyakiti hati kedua orangtuaku, terlebih aku tak mau di cap anak yang tak berbakti." Ucapan permintaan maaf darimu terdengar sendu. Begitu pilu aku harus merelakanmu.

Aku tahu, kau teramat menyayangiku.
Tapi, turutilah kehendak orang tuamu. Jangan kau hampakan mereka dengan keeogisan hati dan perasaanmu. Percayalah, kelak kau akan memanen kebahagiaan bersama anak-anakmu, meski bukan aku yang menjadi pendampingmu.

Serpong City Paradise
01.03.2020
Andrean
Diubah oleh andrerain5 04-03-2020 17:13
nurulnadlifaAvatar border
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 13 lainnya memberi reputasi
14
1.6K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan