- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Prasetyo Kritik Pemprov DKI: Hujan Lokal Saja Banjir, Ini Bukan Limpahan!


TS
arbib
Prasetyo Kritik Pemprov DKI: Hujan Lokal Saja Banjir, Ini Bukan Limpahan!
Quote:
Problem Jakarta akan semakin kompleks. Dimusim panas atau kemarau nanti polusi udara menanti. Trotoar yang dikuasai PKL, genangan air dimana mana saat ini serta ragam permasalahan lain, tinggal menunggu waktunya saja bermunculan.

Spoiler for Sumber gambar : https://twitter.com/nataliardianto/status/1231453369262149634/photo/1:
Quote:
Polemik ini akan terus terjadi jika saja kita tidak berbenah diri. Terutama di Jakarta. Sang pemimpin nampak sibuk hanya dengan persoalan penanganan. Semantara sebab musabab serta tindakan pencegahan nampak minim dikerjakan.
Masalah banjir Jakarta, merupakan sosok tampilan wajah baru Jakarta yang ramai diperbincangkan versi masyarakat. Sementara versi birokrasi daerah Jakarta, keindahan kota dan taman serta jembatan penyeberangan orang. Penebangan pohon-pohon besar sampai ke akarnya, tentu saja sudah terlihat dampaknya. Di musim panas nanti, daya serap polusi udara di kota Jakarta ini tentu akan berkurang.
Beragam proyek mempercantik pusat kota, ternyata tidak singkron dengan proyek lainya. Upaya pencegahan genangan air di musim hujan contohnya, terganggu oleh cantik dan luasnya trotoar dengan sistem betonisasi mati. Daya serap air untuk masuk kebumi pun berkurang. Selain itu, berbagai bak penampungan sementara air hujan di pinggiran jalan, tersumbat proyek pelebaran trotoar yang cantik rupa.
Ibarat seorang bidadari berjubah. Nampak cantik terlihat rupa, namun berbagai borok luka dalam tubuhnya, menunggu saat terlihat saja. Entah sengaja terlihat atau tak sengaja terlihat karena gejala alam seperti sekarang ini.
Proyek mempercantik tampilan, yang mengabaikan sistem penyaluran air membuat genangan air atau bahasa kasarnya, banjir terjadi di banyak lokasi. Semakin meluas, semakin bertambah, sejak sang pak bos, menjabat sebagai pemimpin kota.
Tata kelola kata indah, hampir setiap hari terbaca di berbagai berita dan tersebar di sosial media. Sementara tata kota, mungkin saja banyak yang terabaikan karenanya. Jakarta, kini banjir dimana mana. Sejak awal tahun 2020 ini saja, banyak titik yang merupakan bukanlah langganan banjir, kini mencicipi, luapan air hujan.
Selain banjir kiriman yang selalu disalahkan dari wilayah atau daerah hulu, kini banjir lokal menjadi bonus masalah tambahan yang harus diselesaikan oleh pemimpin kota beserta jajarannya. Dampak banjir lokal kini terjadi di banyak lokasi. Salah satunya yang termuat dalam berita berikut ini:
Harus kita akui, curah hujan yang ekstrim ini tidak sejalan, dengan proyek tata kata yang dilukis. Faktor alam memang agak sulit bagi kita menyalahkan siapapun. Termasuk kinerja pak bos sang gubernur. Nampaknya pakbos pun pusing tujuh keliling dalam dua bulan diawal tahun 2020 ini. Tim tata kelola katapun tentu akan pusing pula, merangkai kalimat indah seperti apa, yang akan jadi pernyataan, guna mongobati hati dan perasaan resah, bagi warga yang terdampak fenomena kebanjiran ini.
Curah hujan yang tinggi dan menyebabkan banjir lokal terjadi disana sini, seakan menjadi teguran dan peringatan alam kepada kita semua. Jangan hanya duduk manis menunggu kiriman air dari hulu sungai. Begitulah mungki yang tersirat dalam fenomena hujan ekstrim yang menjadi pemicu banjir lokal saat ini.
Keadaan yang nyata, banjir yang dialami bahkan sampai masuk ke RSCM, ini merupakan teguran keras alam. Alam seakan bicara, kurangi bersolek, kurangi puja puji kepada junjungan, kurangi saling menyalahkan dan sebagainya. Alam seakan menuntut kita untuk mengkoreksi diri kita masing masing. Khususnya yang tinggal di Jakarta saat ini. Apakah kebiasaan kita membuang sampah sembarang tempat masih terjadi. Jika masih, maka ini menjadi secuil pemicu dari banyak sebab yang menjadi penyebab air sulit masuk ke bumi.
Masalah banjir Jakarta, merupakan sosok tampilan wajah baru Jakarta yang ramai diperbincangkan versi masyarakat. Sementara versi birokrasi daerah Jakarta, keindahan kota dan taman serta jembatan penyeberangan orang. Penebangan pohon-pohon besar sampai ke akarnya, tentu saja sudah terlihat dampaknya. Di musim panas nanti, daya serap polusi udara di kota Jakarta ini tentu akan berkurang.
Beragam proyek mempercantik pusat kota, ternyata tidak singkron dengan proyek lainya. Upaya pencegahan genangan air di musim hujan contohnya, terganggu oleh cantik dan luasnya trotoar dengan sistem betonisasi mati. Daya serap air untuk masuk kebumi pun berkurang. Selain itu, berbagai bak penampungan sementara air hujan di pinggiran jalan, tersumbat proyek pelebaran trotoar yang cantik rupa.
Ibarat seorang bidadari berjubah. Nampak cantik terlihat rupa, namun berbagai borok luka dalam tubuhnya, menunggu saat terlihat saja. Entah sengaja terlihat atau tak sengaja terlihat karena gejala alam seperti sekarang ini.
Proyek mempercantik tampilan, yang mengabaikan sistem penyaluran air membuat genangan air atau bahasa kasarnya, banjir terjadi di banyak lokasi. Semakin meluas, semakin bertambah, sejak sang pak bos, menjabat sebagai pemimpin kota.
Tata kelola kata indah, hampir setiap hari terbaca di berbagai berita dan tersebar di sosial media. Sementara tata kota, mungkin saja banyak yang terabaikan karenanya. Jakarta, kini banjir dimana mana. Sejak awal tahun 2020 ini saja, banyak titik yang merupakan bukanlah langganan banjir, kini mencicipi, luapan air hujan.
Selain banjir kiriman yang selalu disalahkan dari wilayah atau daerah hulu, kini banjir lokal menjadi bonus masalah tambahan yang harus diselesaikan oleh pemimpin kota beserta jajarannya. Dampak banjir lokal kini terjadi di banyak lokasi. Salah satunya yang termuat dalam berita berikut ini:
Quote:
Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, sempat tergenang banjir Minggu pagi (23/2). Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetyo Edi Marsudi, kesal. Dirinya pun mengkritik terjadinya banjir di kawasan Menteng.
Sumber: https://m.detik.com/20detik/detikfla...bukan-limpahan
Sumber: https://m.detik.com/20detik/detikfla...bukan-limpahan

Harus kita akui, curah hujan yang ekstrim ini tidak sejalan, dengan proyek tata kata yang dilukis. Faktor alam memang agak sulit bagi kita menyalahkan siapapun. Termasuk kinerja pak bos sang gubernur. Nampaknya pakbos pun pusing tujuh keliling dalam dua bulan diawal tahun 2020 ini. Tim tata kelola katapun tentu akan pusing pula, merangkai kalimat indah seperti apa, yang akan jadi pernyataan, guna mongobati hati dan perasaan resah, bagi warga yang terdampak fenomena kebanjiran ini.
Curah hujan yang tinggi dan menyebabkan banjir lokal terjadi disana sini, seakan menjadi teguran dan peringatan alam kepada kita semua. Jangan hanya duduk manis menunggu kiriman air dari hulu sungai. Begitulah mungki yang tersirat dalam fenomena hujan ekstrim yang menjadi pemicu banjir lokal saat ini.

Keadaan yang nyata, banjir yang dialami bahkan sampai masuk ke RSCM, ini merupakan teguran keras alam. Alam seakan bicara, kurangi bersolek, kurangi puja puji kepada junjungan, kurangi saling menyalahkan dan sebagainya. Alam seakan menuntut kita untuk mengkoreksi diri kita masing masing. Khususnya yang tinggal di Jakarta saat ini. Apakah kebiasaan kita membuang sampah sembarang tempat masih terjadi. Jika masih, maka ini menjadi secuil pemicu dari banyak sebab yang menjadi penyebab air sulit masuk ke bumi.

Diubah oleh arbib 24-02-2020 13:40






4iinch dan 13 lainnya memberi reputasi
14
6.1K
Kutip
49
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan