- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Pacarku Saudaraku


TS
lianasari993
Pacarku Saudaraku

Di balik cendela kamar Rania menatap bulan yang terang menembus dinding kaca. Tatapan yang sulit terucap dan tergambarkan. Tenang sunyi memandang sang rembulan yang tertancap langit yang hitam.
Aku tak bisa mengatakan apa yang aku rasakan, suara ketukan pintu luar rumah membangunkan aku dari lamunan. Berjalan nenuju suara itu, ternyata dia Doni pacarku. Ya, aku memang sudah berpacaran tak bilang orang tuaku, karena mereka lebih sibuk dengan pekerjaannya jarang di rumah lebih sering menghabiskan waktunya di kantor dari pada rumahnya. Aku di rumah hanya tinggal dengan bibi(ART).
Seperti biasanya dia selalu mengajakku keluar malam minggu walaupun cuma makan atau sekedar jajan-jalan aja. Walaupun kami hanya bertemu setiap malam minggu karena pada sibuk bekerja masing-masing tapi hubungan kami tetap baik-baik saja asal jangan ada egois, saling ngerti satu sama lain, tetap percaya jangan suka curiga sebelum tahu yang sebenarnya sih.
Seperti biasa jalan ibukota macetnya minta ampun untung aja naik sepeda motor jadi bisa lewat celah-celah kemacetan. Walaupun macet lebih asik buat pacaran, mungkin banyak yang sering ngalemin pacaran waktu macet ataupun nunggu lampu merah jadi hijau. Beda sama yang lagi jomblo kalau macet muka langsung berubah kayak apa ya.
Sampai di cafe kami memesan seperti biasanya sampai pelayannya hafal yang selalu di pesan tapi pelayan yang satu ini aku paling suka dengannya lucu, ramah, suka godain cewek lebih tepatnya gombal sih, tapi itu nggak buat semua cewek cuma beberapa aja contohnya sih aku. Pelayan itu masih muda seumuran denganku, walaupun aku sering di godain Doni nggak pernah marah. Dia malah tertawa atau nambahin omongan pelayan itu.
Doni memberikan bingkisan padaku, seperti biasa pasti isinya seperti yang sering dia berikan kuaci makan banyak nggak mengenyangkan tapi aku suka. Selesai makan kami pulang, yah namanya juga komplek jadi ada peraturan yang harus di tepatin. Untung aja yang jaga baik setiap pulang kami selalu bawa makanan buat satpam komplek dan bibi yang senantiasa selalu nungguin aku pulang sambil nonton drama Korea.
Sampai di rumah aku langsung mengunci pintu dan menutup gorden, langsung menuju ruang keluarga herannya ngapain di rumahku ada ruang keluarga kalau orang tuaku nggak pernah ada di rumah. Seperti biasa bibi selalu hanyut saat nonton drama Korea, bibi usianya sih masih muda kepala tiga herannya kenapa kok bisa suka drama Korea. Bibi tak merespon kedatanganku yang dari tadi duduk di kursi karena lagi fokusnya herannya martabak yang aku letakkan di meja depannya kok tiba-tiba habis, hanyut sih hanyut tapi nggak rakus juga kalik.
Beberapa jam kemudian drama Korea-nya habis, bibi langsung menyadari keberadaanku senyam senyum kaya orang yang nggak tau dosa malah menanyakan siapa yang makan martabaknya aku yang beli kenapa di habisin kan aku menyuruhnya minta bukan ngasih. Jangan heran memang sifat bibi dari dulu ya gitu sampai aku terbiasa dengan tingkah lakunya.
Jam sudah menunjukkan pukul 23.00, sebelum tidur bibi selalu bernyanyi yang nggak aku ngerti itu lagu siapa suara kayak gembreng pecah sampai kamar aja terdengar nyaring, aku hanya menghembuskan nafas di bawah selimut hangatku ini.
Paginya aku ikut bibi belanja ke pasar, katanya sih lebih enak belanja di pasar bisa di tawar, tapi nawarnya itu lho malu-maluin banget masak di tawahnya setengah harganya. Selesai belanja bibi mengajakku membeli bakso di langganannya di depan pasar, ya lebih tepatnya sih makan di pinggir jalan. Sering sih aku di ajak makan di situ awalnya sih waktu aku masih smu dan sampai sekarang. Aku tak pernah malu makan di mana aja, tapi temen sekolahku dulu sering ngatain aku seenak jidatnya mereka kalo aku sih bodo amat cuma bibi aja yang agak sensi sama mereka.
Selesai makan aku dan bibi langsung pulang naik bajay, seperti biasanya waktu aku libur kerja yang gitu-gitu aja. Cuma setiap sore aja jalan-jalan sama bibi ke mol, taman, atau keliling komplek aja biar nggak bosen di rumah terus.
Jam menunjukkan pukul 16.00, aku dan bibi pergi ke mol biasa nganteri bibi beli cd drama Korea, saat menuju pintu keluar toko aku bertemu Doni sama ke dua sohibnya. Kami pergi ke bioskop bersama deh, seneng bisa nonton sama Doni,sohibnya, dan bibi walaupun mereka nggak bisa diem nonton film horor. Sebenarnya sih aku takut kan ada Doni jadi pura-pura berani walaupun masih takut sih.
Saat hantunya keluar itu yang bikin aku gemetara terus, sedangkan Doni hanya tertawa melihat tingkahku yang dari tadi ketakutan. Selesai nonton kami pulang. Sampai rumah aku ngajak bibi tidur sama aku hantunya masih teringat di pikiranku. Sedangkan bibi iya-iya aja yang penting ada sogokan nonton drama Korea di laptopku. Nggak papa deh yang penting aku ada temennya, aku tertidur dengan nyenyak tiba-tiba suara tangisan membangunkan tidurku. Ternyata eh ternyata itu suara bibi yang sedang mendalami film drama Korea. Aku hanya menghembuskan nafas dan manyun sedangkan bibi melihatku dengan senyum-senyum. Gini nih kalau tidur sama bibi ada aja yang terjadi.
Esok harinya aku berangkat bekerja, hari berjalan seperti biasanya. Saat bekerja beberapa karyawan berkumpul di ruang metting yang di adakan dadakan gara-gara ada bos baru yang menggantikan bos lama. Katanya sih bos baru itu galak, tua, dan ngeselin itu sih katanya karyawan lain aku sih bodo amat yang penting kerja dari pada nganggur di rumah.
Semua karyawan mulai bosan menunggu nggak datang-datang mereka ada yang main hp, ngecat kuku, tidur, baca puisi, curhat yah seperti itulah kantor kerjaku karyawannya selalu santai-santai. Suara langkah kaki membuat karyawan langsung kebingungan merapikan meja dan pakaiannya, ternyata bos baru itu nggak seperti yang karyawan katakan. Dia masih muda kayaknya sih seumaran denganku. Ganteng, senyumnya itu lho nggak bisa nahan bikin yang ngelihatnya sulit terucap oleh kata-kata. Aku langsung terdiam pikiranku berkata “tahan kamu punya Doni jangan suka sama dia” berkata lagi” nggak papa kan Doni nggak liat”, aku langsung terbangun saat dia memperkenalkan diri namanya Raka depannya sama hurufnya denganku, aku hanya mengerutkan dahi.
Suara hpku berbunyi tertulis nama Doni di layar, untung saja Bos Raka mempersilahkanku mengangkatnya aku keluar dari ruangan ternyata dia menanyakan pekerjaanku dan udah makan belum setelah aku jawab lalu telepon terputuskan, perhatian sih walaupun cuma itu yang selalu di tanyakan setiap harinya tapi suaranya bikin kangen, hati langsung tenang banget denger suaranya. Selesai itu aku langsung menuju ruangan. Bos baru ternyata baik juga, kayaknya sih masih single eh ngapain aku jadi ngurusih dia.
Selesai rapat aku kembali bekerja, walaupun banyak aku nggak masalah yang penting kerja sama seru-seruan dengan temen-temenku. Semua karyawan di sini orangnya baik-baik, lucu, humoris, jail, dan banyak lagi sih. Saat jam istirahat kami makan bersama di dalam kantor meja di jadikan satu, tiba-tiba Bos Raka datang dan ikut gabung makan bersama semua karyawan bengong melihatnya yang duduk di dekatku apalagi aku duduk di dekatnya ya pasti ikut bengong juga malah Bos Raka mengeluarkan jurusnya maksudku senyumnya.
Sepulang bekerja aku langsung pulang ke rumah di depan teras terparkir sepeda Doni aku langsung masuk, dia mengajakku mengajakku ke rumahnya aku terdiam seneng banget kan kalau perempuan di ajak bertemu orang tua pacarnya itu tandanya dia mau ngajak serius. Aku segera mandi dan dandan dulu. Doni menancap gas sepeda motornya menuju rumahnya. Sampai di depan rumahnya jantung aku nggak bisa di control antara bahagia dan dan tau sendiri kan rasanya bagaimana.
Aku duduk di depan orang tua Doni banyak sekali yang di tanyakan dan pertanyaan itu perhenti saat aku di Tanya soal keluarga besarku, aku tak menyanggaka bahwa kakekku masih bersaudara dengan nenek Doni. Pupus sudah harapanku untuk terus bersama Doni sudah berpacaran tiga tahun eh ternyata pacaran sama saudara sendiri. Orang tuanya bilang bahwa hubungan kami tidak bisa di lanjutkan lagi, Doni meyakinkan orang tuanya agar bisa menikah denganku namun orang tuanya melarangnya. Selesai sudah.
Doni mengantarku pulang, sampai di rumah aku memutuskan Doni sebenarnya kami nggak ingin berpisah namun bagaimana lagi kan kami masih terikan saudara. Aku menangis di bahu Doni, dia hanya diam membisu. Keinginan yang selama ini kami impikan harus berakhir.






Tetysheba dan 2 lainnya memberi reputasi
3
950
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan