- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Perempuan Yang Masih Mengharapkan Mu
TS
deputre
Perempuan Yang Masih Mengharapkan Mu
Pernah sekali, saat aku sedang berbincang dengan ibu ku melalui telepon dan membahasa suatu topik pembicaraan yang penting, ibu ku kemudian menyela pembicaraan. Ibu ku tiba-tiba bertanya tentang mu. Entah apa yang sedang dipikirkannya tapi pertanyaan tentang 'bagaimana kabarmu' keluar dari mulutnya.
Aku yang diseberang telfon hanya tersenyum simpul sebelum akhirnya menjawab 'sepertinya dia baik-baik saja' tanpa tahu kebenarannya apakah memang benar kau baik-baik saja di sana atau tidak. Tapi sepertinya kau terlihat baik-baik saja dari postingan mu di Instagram.
Kau terlihat semakin dewasa dan berwibawa dari yang ku kenal sebelumnya. Mungkin karena lingkungan mu menuntut mu untuk melakukan itu. Entahlah, aku hanya berprasangka saja.
Setelah pertanyaan pertama tentang diri mu terlontar, ibu ku semakin menjadi bertanya tentang diri mu. Aku yang tidak pernah berhubungan lagi dengan mu tentu tidak tahu harus menjawab apa. Aku hanya bisa menjawab pikiran-pikiran positif ku tentang hal yang ditanyakan ibu ku. Berharap memang benar kenyataannya dengan kehidupan mu sekarang.
Sesekali aku tersenyum mengingat bahwa ternyata ibu ku masih mengingat mu. Padahal itu sudah menjadi kenangan tiga tahun yang lalu. Sudah tiga tahu kita tidak berhubungan lagi. Tidak pernah saling memberi kabar, tidak juga saling menyapa.
Kamu yang dulu sangat dekat sekarang terasa asing bagiku. Bahkan, untuk sekadar mengetik "apa kabar" di media sosial mu saja tidak bisa ku lakukan, rasanya sangat sulit dan kaku untuk memulai pembahasan. Akupun merasa sebagai orang asing dihidup mu saat ini.
Aku kembali ke dunia nyata. Meratap. Meratapi kehidupan ku yang saat ini sudah sangat jauh dengan mu. Aku sadar, sangat sadar dengan keadaan kita sekarang ini. Hanya saja, hati ku seperti belum menerima. Hati ku hanya mencoba mencari pelarian tapi tetap hanya berjalan di tempat.
Andaikan diberi kesempatan untuk memperbaiki, mungkin aku akan memperbaiki semuanya agar tidak berakhir seperti ini. Memang, penyesalan memang selalu ada di akhir. Lantas kalau sudah begini siapa yang harus di salahkan? Atau mungkin juga ini sudah jalan Tuhan untuk kita?. Entahlah.
Di sepertiga malam ku, saat aku berbicara pada Tuhan lewat doa ku, aku selalu mendoakan kebahagiaan mu, dengan ku atau tidak dengan ku. Biarkan doa itu terus ku katakan pada Tuhan, sampai pada waktunya Tuhan memberitahu jawaban dari setiap doa ku. Ku harap, di sana kau juga selalu mendoakan kebahagiaanku.
Aku yang diseberang telfon hanya tersenyum simpul sebelum akhirnya menjawab 'sepertinya dia baik-baik saja' tanpa tahu kebenarannya apakah memang benar kau baik-baik saja di sana atau tidak. Tapi sepertinya kau terlihat baik-baik saja dari postingan mu di Instagram.
Kau terlihat semakin dewasa dan berwibawa dari yang ku kenal sebelumnya. Mungkin karena lingkungan mu menuntut mu untuk melakukan itu. Entahlah, aku hanya berprasangka saja.
Setelah pertanyaan pertama tentang diri mu terlontar, ibu ku semakin menjadi bertanya tentang diri mu. Aku yang tidak pernah berhubungan lagi dengan mu tentu tidak tahu harus menjawab apa. Aku hanya bisa menjawab pikiran-pikiran positif ku tentang hal yang ditanyakan ibu ku. Berharap memang benar kenyataannya dengan kehidupan mu sekarang.
Sesekali aku tersenyum mengingat bahwa ternyata ibu ku masih mengingat mu. Padahal itu sudah menjadi kenangan tiga tahun yang lalu. Sudah tiga tahu kita tidak berhubungan lagi. Tidak pernah saling memberi kabar, tidak juga saling menyapa.
Kamu yang dulu sangat dekat sekarang terasa asing bagiku. Bahkan, untuk sekadar mengetik "apa kabar" di media sosial mu saja tidak bisa ku lakukan, rasanya sangat sulit dan kaku untuk memulai pembahasan. Akupun merasa sebagai orang asing dihidup mu saat ini.
Aku kembali ke dunia nyata. Meratap. Meratapi kehidupan ku yang saat ini sudah sangat jauh dengan mu. Aku sadar, sangat sadar dengan keadaan kita sekarang ini. Hanya saja, hati ku seperti belum menerima. Hati ku hanya mencoba mencari pelarian tapi tetap hanya berjalan di tempat.
Andaikan diberi kesempatan untuk memperbaiki, mungkin aku akan memperbaiki semuanya agar tidak berakhir seperti ini. Memang, penyesalan memang selalu ada di akhir. Lantas kalau sudah begini siapa yang harus di salahkan? Atau mungkin juga ini sudah jalan Tuhan untuk kita?. Entahlah.
Di sepertiga malam ku, saat aku berbicara pada Tuhan lewat doa ku, aku selalu mendoakan kebahagiaan mu, dengan ku atau tidak dengan ku. Biarkan doa itu terus ku katakan pada Tuhan, sampai pada waktunya Tuhan memberitahu jawaban dari setiap doa ku. Ku harap, di sana kau juga selalu mendoakan kebahagiaanku.
Diubah oleh deputre 21-02-2020 20:22
kristyimanuella dan 2 lainnya memberi reputasi
3
623
1
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan