Dulu waktu zaman masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) pasti disuruh menghafal aksara Lampung ketika pelajaran bahasa Lampung dan rasanya tradisi menghafal aksara tersebut masih dibudayakan di setiap sekolah. Ya, bagi siswa yang bersekolah di Lampung, memang diharapkan bisa menghafal aksara Lampung. Hal ini menjadi salah satu cara melestarikan kebudayaan Lampung dalam hal bidang menulis.

Bagi ane tentu ini menarik sekali, karena ketika sudah bisa menghafalnya akan sangat mudah untuk disuruh menulis kalimat menggunakan aksara Lampung. Namun, di saat itu baru bisa menghafalnya saja tanpa mengenal bagaimana sejarah aksara Lampung tersebut.



Aksara Lampung atau nama lainnya Had Lampung merupakan sebuah aksara yang masih memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan.

Had Lampung ini pun ternyata memiliki kemiripan dari segi bentuknya dengan aksara Rencong, aksara Rejang Bengkulu, aksara Sunda, dan aksara Lontara. Di zaman dulu, aksara Lampung ini sering digunakan dan ditulis di kulit kayu, kulit hewan, dan tanduk hewan yang ke semua ini didapatkan dari alam.



Kemudian, salah satu hal yang menjadi alasan bahwa had Lampung atau aksara Lampung ini sudab ada sejak zaman dahulu ialah adanya surat di tanduk kerbau atau dalam bahasa Lampungnya Sukhat di Tukkah Kebau. Diketahui, surat itu ialah kepunyaan Raja Jukkuan Kejayaan Kegeringan Kepaksian Pernong. Adapun isi dari surat tersebut ialah sebuah perjanjian tanah dan surat hibah tanah milik Nenek Moyang keluarga Jukkuan Kejayaan Kegeringan Kepaksian Pernong. Namun, dalam surat itu aksara yang dipakai berbeda dengan aksara di zaman sekarang.



Bukti kedua bahwa had Lampung sudah ada sejak zaman dulu ialah ada pada naskah Dalung Bandar Dewa. Naskah tersebut ditulis di atas perunggu yang memiliki ukuran 15 × 21 cm. Adapun isi naskah Dalung Bandar Dewa tersebut ditulis menggunakan aksara Lampung kuno dengan terdiri dari 17 baris. Dalam naskah tersebut kepala naskah ditulis dengan huruf jawi atau Arab-Melayu, kemudian disebutkan pula tahunnya yakni 1249 yang ditulis dengan angka Arab, dan 1818 dalam angka Romawi.



Aksara Lampung ditulis dari kiri ke kanan. Huruf pada aksara Lampung ini bisa juga disebut huruf Basaja, sedangkan tulisan Lampung memiliki rumpun Kaganga. Adapun aksara Lampung, terbagi menjadi 3 bagian ; pertama huruf induk atau kelabai surat, yang kedua anak huruf atau benah surat, dan yang ketiga tanda baca.

Pada induk huruf yakni 20 buah. Untuk anak huruf kembali dibagi menjadi 3 bagian yang berdasarkan letaknya yaitu di atas huruf induk, di samping huruf induk, dan terakhir di bawah huruf induk.



Anak induk yang berada di atas huruf induk memiliki bunyi dan sebutan, di antaranya Ulan untuk bunyi i dan è, Bicek untuk bunyi e, Bitan untuk bunyi o, Tekelubang untuk bunyi ng, Rejenjung untuk bunyi r, Kananian untuk bunyi n.



Sedangkan untuk anak huruf yang ditulis di samping huruf induk ialah
Tekelingai untuk bunyi ai, Keleniah untuk bunyi h, Nengon untuk tanda mati. Dan anak huruf yang berada dibawah huruf induk yaitu Bitan di Bah untuk bunyi u, Tekelungau untuk bunyi au, Rejunjung di Bah untuk bunyi r. Sedangkan anak huruf yang berada di bawah huruf induk disebut Bitan di Bah untuk bunyi u, Tekelungau untuk bunyi au, Rejunjung di Bah untuk bunyi r.



Adapun perihal tanda baca, ternyata juga memiliki sebutan yang lain di antaranya seperti tanda titik yang dilambangkan dengan bulatan kecil dan dinamai taghu, tanda koma, tanda tanya, dan tanda seru.



Nah, itulah sekilas tentang aksara Lampung. Ada yang hafal dengan huruf induknya? Kalau belum hafal ayo kita hafalkan agar budaya aksara Lampung terus terjada. Tabik pun!

Sumber :

1

2