Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

CitracitaAvatar border
TS
Citracita
Mengingat Kembali Kebijakan Merdeka Mas Menteri


Terlalu dini bila sekarang sudah bicara perombakan kabinet Indonesia Maju.

Seperti banyak diberitakan media mainstream akhir-akhir ini.

Juga terlalu cepat sekarang menyimpulkan keberhasilan atau kegagalan kinerja Menteri.

Yang paling gampang sekarang ini mengenal gagasan para Menteri. Lebih mudahnya lagi: dari 'brand' gagasan cetusan si Menteri itu.

Dari 38 Menteri/Pejabat se-Tingkat Menteri di Kabinet Indonesia Maju, --mungkin-- Mendikbud Nadiem Makarim dengan gagasan 'brand-nya' yang paling menggelegar.

Merdeka Belajar.

Itu 'brand' gagasan Mas Menteri. Begitu dipanggil Presiden Jokowi.

'Brand' ide Menteri Nadiem: 'sexy'. Heroik. Terkesan radikal dan revolusioner. Persis seperti teriakan-terikan orasi demonstran yang militan.

Harus diakui, Merdeka Belajar adalah 'brand' ide kerja Menteri Nadiem paling terkenal sekarang ini. Kerap muncul di media. Diberitakan.

Dulu di kabinet Presiden Jokowi periode pertama juga ada Menteri yang 'brand' gagasannya sangat dikenal.

Menteri KKP (2014 - 2019) Susi Pudjiastuti. Dengan 'brand' tenggelamkan.

'Brand' itu jadi pembicaraan publik. Ada yang menjadikan bahan guyonan; ada yang mendiskusikan serius kebijakan tenggelamkan; ada yang membuat sebagai memes.

Pokoknya 'brand' Susi Pudjiastuti soal tenggelamkan kala itu sangat populer.

Kini ada Menteri Nadiem.

Rasanya bila dicermati satu-satu Menteri Kabinet Indonesia Maju; memang Nadiem Makarim yang punya citra khusus dari kinerjanya.

Yang lain sepertinya belum menggaung apa identitas gagasan kinerjanya --mungkin sedang bekerja sangat serius--.

Kalaupun ada --mungkin-- citra gagasan kinerjanya hanya sebatas di internal kementeriannya saja. Tidak jadi konsumsi publik. Tidak untuk diberitakan media.

'Brand' Merdeka Belajar ternyata tidak sekadar citra. Bukan hanya identitas. Buat gaya-gayaan semboyan saja bagi Menteri Nadiem.

Namun realisasinya juga berjalan cepat.

Salah satunya yang juga sangat populer dan paling diingat masyarakat: diubahnya sistem Ujian Nasional (UN) jadi Asesmen Kompetensi dan Survei Karakter.

Itu disambut suka cita. Apalagi oleh para murid. Murid jadi tidak takut lagi dengan nasib kelulusan sekolahnya yang hanya ditentukan hitungan hari.

Padahal si murid telah sekolah bertahun-tahun --ada yang 6 tahun, ada yang 3 tahun--.

Mengubah UN jadi Asesmen Kompetensi dan Survei Karakter memang kemerdekaan belajar diproklamirkan Menteri Nadiem.

Setelah belasan tahun hanya jadi wacana debat supaya diganti. Tapi tidak ada yang berani eksekusi.

Belum genap masa 100 hari kerja Menteri Nadiem; dia sudah berani mengubahnya. Tanpa debat. Tanpa hanya wacana.

Diubahnya UN pun jadi terkenal. Tidak lagi berlakunya sistem UN jadi populer.

Sama diingatnya dengan 'brand' gagasan Merdeka Belajar.

Tinggal menunggu apalagi aksi realisasi lima tahun ke depan dari 'brand' Merdeka Belajar.

Apakah teringat Merdeka Belajarnya.

Apakah yang diingat Nadiem Makarim.

Atau justru keduanya yang selalu diingat publik.* 

husnamutiaAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan husnamutia memberi reputasi
2
746
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan