- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Tak Ingin Jauh Darimu


TS
iqra01
Tak Ingin Jauh Darimu
“Andin!!!”
Aku berlari secepat mungkin menuju dapur meninggalkan hp di atas kasur.
“Iya bu”
“Nak tolong beliin ibu tahu ke warung.”
“Siap laksanakan bu”
Aku segera bersiap memakai kerudung menuju warung yang jaraknya hanya dua rumah dari rumahku. Belum sampai ke pintu depan. Ibu kembali memanggilku.
“Andin jangan lupa pakai kaus kakinya.”
“Iya bu” aku menghela nafas dan kembali ke kamar mencari kaus kaki.
Setelah sholat magrib keluarga ku berkumpul di meja makan. Ayah dan ibu makan dengan lahapnya.
“Bu besok Andin pergi berenang ya, ada pratek olahraga untuk nilai UAS.”
“ Hati-hati ya nak. Walaupun pergi berenang pakaiannya harus tetap syar’i ” Ibu menimpali perkataan ku.
“Baik bu”
***
“Bekal udah, Air minum udah juga. Apa ya yang kurang oo iya kaus kaki hampir lupa.”
“Titt..titt..” suara klakson motor Bayu terdengar dari luar.
“Iya sebentar” Aku dengan cepat memakai kaus kaki yang belum terpasang di kaki sebelah kiri.
“Bu, yah Andin pergi dulu, assalamu’alaikum” Setelah bersalaman dengan ayah dan ibu aku segera melesat menghapiri Bayu.
“Hati-hati nak”
Ibu ternyata mengikuti ku sampai kedepan rumah.
“Andin pergi dengan siapa.”
“Andin pergi dengan Bayu bu.” Jawab ku sambil memasang helm
“Biar ayah yang antarkan Andin.” Tiba-tiba Ayah menyauti perkataan ibu dari ruang tamu.
“Maaf Bayu aku pergi dengan ayahku.” Seketika ekspresi wajahku berubah, helm yang baru saja ku pasang kembali ku lepaskan.
“Ibu kenapa aku tidak boleh pergi dengan Bayu, dia kan hanya teman ku?” Tanya ku kesal.
“Dia memang teman Andin. Tapi dia bukan mahram Andin.” Jawab ibu sambil mengelus kepala ku
“Ya bu.” Jawab ku tanpa semangat.
Akhirnya sampai juga di kolam renang. Saat aku tiba teman-teman yang lain sudah siap dengan pakaian renangnya. Aku pun siap dengan pakaian renangku.
“Andin kamu mau pergi berenang atau mau pergi pengajian” Sindir Desi sambil memandangiku dari kepala sampai kaki.
Seluruh teman ku pun ikut tertawa terbahak-bahak melihat pakaian ku. Aku hanya bisa menunduk malu. Kesal, malu, marah bercampur aduk.
Mengapa aku tidak bisa bebas seperti remaja lainnya. Bebas pakai baju apa aja dan bebas boncengan dengan siapa aja. Ini ga adil!
***
Hari ini adalah pengumuman SNMPTN, jantungku berdetak kencang. Aku menutup sebelah mata ku sambil menekan tombol enter perlahan.
SELAMAT ANDA LULUS.
“Alhamdulillah.” Aku sujud syukur dan melompat kegirangan diatas kasur. Aku segera berlari menemui ayah dan ibu.
“Selamat nak, kamu akan melewati tantangan baru. Ayah dan ibu selalu mendoakan yang terbaik untukmu.” Ayah pun mengecup keningku saat aku berada di pelukan ibu.
Hari pertama kuliah banyak orang-orang baru yang ketemui dengan berbagai macam karakter. Ada yang pendiam, ada yang heboh dan ada juga yang suka sibuk sendiri. Aku adalah salah satu anak rantau disini. Jarak tempat kuliah dan rumah yang lumayan jauh membuat ku harus tinggal kos sendiri.
Ternyata kuliah lebih seru dibandingkan sekolah. Pulang lebih awal, pakai baju bebas, dan lebih banyak waktu senggang.
“Andin habis kuliah pergi jalan-jalan yok.” Serli dan Ayu menatap ku penuh harap.
“Ayok.”
Serli dan Ayu adalah sahabat baruku disini. Mereka selalu bersama ku kemana pun aku pergi.
“Andin kamu ga panas ya kemana-mana pakai kerudung, pakai kaus kaki” tanya Serli sambil mengunyah kripik yang ada di tangannya.
“Iya Andin, kita kan masih muda ngapain pakai baju dan kerudung kayak ibu-ibu, nikmati aja masa muda dulu nanti kalau udah tua baru pakai kerudung iya kan ser” Ayu menatap kearah Serli sambil tersenyum kecil.
***
Akhirnya bisa rebahan. Baru saja meregangkan persedian aku terbayang perkataan Serli dan Ayu di kampus tadi.
“Ngapain juga aku mengekang diriku, aku kan anak muda aku bebas mengekspresikan diriku.”
Hari esok pun tiba, aku pergi kekampus dengan tampilan yang berbeda.
“Andin ini kamu?”Tanya Ayu kebingungan sambil mengelilingi tubuh ku
“Ini baru teman aku” Jawab Serli sambil menyenggol siku tangan ku.
Setelah pulang kuliah Aku, Ayu, dan Serli menghabiskan waktu di perpustakaan.
“Andin ini gimana caranya aku ga ngerti”
“Kalau ini mudah kok penjelasannya ada di halaman dua lima dibuku ini” Jawab ku sambil menunjuk buku tebal disebelah Ayu.
“Andin kayaknya mau hujan, kain jemuran ku belum diangkat aku balik duluan ya.” Serli pergi meninggalkan aku dan Ayu.
“ Andin Aku udah paham, makasih banyak ya udah bantuin aku.”
Kami bertiga pun berpisah di depan perpustakaan. Kosan ku hanya berjarak lima belas menit dari kampus. Baru berjalan lima menit tiba-tiba motor kawaski ninja berwarna merah mengkilat berhenti disamping ku.
“Andin mau pulang biar aku antar.” Randi menatap ku sambil mengarahkan tangannya ke bangku belakang.
Tanpa basi-basi aku langsung menaiki motor Randi. Banyak hal yang kami ceritakan selama perjalanan pulang. Aku tak mampu menahan tawa mendengar cerita Randi yang sering telat kekampus sampai dilarang masuk dosen ke kelas. Cerita tak berhenti sampai disitu. Randi meminta kontak ku.
“Andin kok senyum-senyum chat dengan siapa ayoo” Ayu berusaha melihat hp yang ada di genggaman ku.
“Ga siapa-siapa kok” Aku berusaha menyembunyikan hp ku dari Ayu.
Hari-hari yang sebelumnya aku habiskan dengn Ayu dan Serli kini aku habiskan dengan Randi. Dia bukan hanya teman ku tapi teman dekat ku.
“Sungguh mengasyikan berada jauh dari ibu dan ayah tak ada yang melarang ku pergi dengan siapapun dan pakai baju apapun. Akhirnya aku bisa bebas.” Aku lempar tas slingbag ku sambil merasakan lembutnya kasur kosan.
Tiba-tiba hp ku bergetar.
“Andin aku menunggu mu di depan kosan”
“Didepan?? Mau kemana?”
“Aku ingin mengajak mu jalan-jalan”
Tanpa pikir panjang aku langsung menemui Randi dengan baju yang rapi dan harum mewangi. Dia mengajak ku berkeliling kota dimalam hari. Aku bersenda gurau dengannya sampailah kami disebuah tempat yang ramai dengan muda-mudi yang sedang kasmaran.
“Andin mau minum apa?”
“Jus mangga aja”
Malam itu kami habisakan berdua. Sesekali Randi mengelus pipiku. Aku pun tersipu malu. Tak terasa jam sudah menunjukan pukul sebelas namun cerita ku dengannya tak ada habisnya. Randi tertawa mendengar ceritaku yang lugu ketika SMA tanpa aku sadari dia memegang pahaku. Malam makin larut mulai cahaya lampu pun mulai redup.
Tiba-tiba Randi mendekati ku dan kembali mengelus pipiku. Aku percaya padanya karena dia tak pernah berbuat kasar padaku. Namun iya kembali memegang pahaku untuk kesekian kalinya.
“Apa yang kau lakukan” Aku berdiri di hadapannya sambil membawa tas slingbag ku”
“Andin kini kau sudah kuliah, jangan bertingkah seperti anak SMA. Nikmati dulu masa mudamu” Randi berusaha meyakinkan ku dan mengajak ku duduk kembali bersamanya.
Tak seharusnya aku ada disini. Aku melempar gelas kehapannya dan pergi meninggalkan Randi seorang diri. Aku berlari tak tentu arah, air mata tak berhenti menetes di pipiku.
“Ibu aku merindukan pelukan mu” Seketika aku teringat perkataan ibu. Air mata ku mengalir tambah deras.
“Assalamu’alaikum bu”
“Wa’alaikumsalam, Andin. Sudah lama ibu tak mendengar suara mu. Bagaimana kuliah Andin lancar?”
Aku hanya bisa menikmati suara yang lembut itu tanpa bisa menjawabnya dengan air mata yang terus mengalir di pipiku.
“Andin sehat nak?”
Tangis ku pecah. “Andin rindu ibu. Maafkan Andin bu. Andin ga dengarkan kata ibu. Pakaian Andin ga syar’i bu. Pergaulan Andin bebas. Andin nyesal bu.”
Ibu terdiam sejenak.
“Andin anak sholehah ibu. Allah masih sayang sama Andin. Nak, terkadang kita berusaha untuk membebaskan diri dari ikatan ketetapan Allah. Tapi kita ga ngerti justru ikatan itulah yang menjaga kita dari kehancuran.”
Aku tersenyum mendengar nasehat dari bidadari yang sudah lama takku dengar lagi.
“Andin janji akan selalu menjaga aurat
Andin dan menjaga pergaulan Andin bu.”
Dan mulai saat itu aku selalu ingat perkataan ibu, dan menjalankan perintah Allah. Aku tidak lagi peduli dengan pandangan orang-orang yang membuatku jauh dari Allah. (TAMAT)
Aku berlari secepat mungkin menuju dapur meninggalkan hp di atas kasur.
“Iya bu”
“Nak tolong beliin ibu tahu ke warung.”
“Siap laksanakan bu”
Aku segera bersiap memakai kerudung menuju warung yang jaraknya hanya dua rumah dari rumahku. Belum sampai ke pintu depan. Ibu kembali memanggilku.
“Andin jangan lupa pakai kaus kakinya.”
“Iya bu” aku menghela nafas dan kembali ke kamar mencari kaus kaki.
Setelah sholat magrib keluarga ku berkumpul di meja makan. Ayah dan ibu makan dengan lahapnya.
“Bu besok Andin pergi berenang ya, ada pratek olahraga untuk nilai UAS.”
“ Hati-hati ya nak. Walaupun pergi berenang pakaiannya harus tetap syar’i ” Ibu menimpali perkataan ku.
“Baik bu”
***
“Bekal udah, Air minum udah juga. Apa ya yang kurang oo iya kaus kaki hampir lupa.”
“Titt..titt..” suara klakson motor Bayu terdengar dari luar.
“Iya sebentar” Aku dengan cepat memakai kaus kaki yang belum terpasang di kaki sebelah kiri.
“Bu, yah Andin pergi dulu, assalamu’alaikum” Setelah bersalaman dengan ayah dan ibu aku segera melesat menghapiri Bayu.
“Hati-hati nak”
Ibu ternyata mengikuti ku sampai kedepan rumah.
“Andin pergi dengan siapa.”
“Andin pergi dengan Bayu bu.” Jawab ku sambil memasang helm
“Biar ayah yang antarkan Andin.” Tiba-tiba Ayah menyauti perkataan ibu dari ruang tamu.
“Maaf Bayu aku pergi dengan ayahku.” Seketika ekspresi wajahku berubah, helm yang baru saja ku pasang kembali ku lepaskan.
“Ibu kenapa aku tidak boleh pergi dengan Bayu, dia kan hanya teman ku?” Tanya ku kesal.
“Dia memang teman Andin. Tapi dia bukan mahram Andin.” Jawab ibu sambil mengelus kepala ku
“Ya bu.” Jawab ku tanpa semangat.
Akhirnya sampai juga di kolam renang. Saat aku tiba teman-teman yang lain sudah siap dengan pakaian renangnya. Aku pun siap dengan pakaian renangku.
“Andin kamu mau pergi berenang atau mau pergi pengajian” Sindir Desi sambil memandangiku dari kepala sampai kaki.
Seluruh teman ku pun ikut tertawa terbahak-bahak melihat pakaian ku. Aku hanya bisa menunduk malu. Kesal, malu, marah bercampur aduk.
Mengapa aku tidak bisa bebas seperti remaja lainnya. Bebas pakai baju apa aja dan bebas boncengan dengan siapa aja. Ini ga adil!
***
Hari ini adalah pengumuman SNMPTN, jantungku berdetak kencang. Aku menutup sebelah mata ku sambil menekan tombol enter perlahan.
SELAMAT ANDA LULUS.
“Alhamdulillah.” Aku sujud syukur dan melompat kegirangan diatas kasur. Aku segera berlari menemui ayah dan ibu.
“Selamat nak, kamu akan melewati tantangan baru. Ayah dan ibu selalu mendoakan yang terbaik untukmu.” Ayah pun mengecup keningku saat aku berada di pelukan ibu.
Hari pertama kuliah banyak orang-orang baru yang ketemui dengan berbagai macam karakter. Ada yang pendiam, ada yang heboh dan ada juga yang suka sibuk sendiri. Aku adalah salah satu anak rantau disini. Jarak tempat kuliah dan rumah yang lumayan jauh membuat ku harus tinggal kos sendiri.
Ternyata kuliah lebih seru dibandingkan sekolah. Pulang lebih awal, pakai baju bebas, dan lebih banyak waktu senggang.
“Andin habis kuliah pergi jalan-jalan yok.” Serli dan Ayu menatap ku penuh harap.
“Ayok.”
Serli dan Ayu adalah sahabat baruku disini. Mereka selalu bersama ku kemana pun aku pergi.
“Andin kamu ga panas ya kemana-mana pakai kerudung, pakai kaus kaki” tanya Serli sambil mengunyah kripik yang ada di tangannya.
“Iya Andin, kita kan masih muda ngapain pakai baju dan kerudung kayak ibu-ibu, nikmati aja masa muda dulu nanti kalau udah tua baru pakai kerudung iya kan ser” Ayu menatap kearah Serli sambil tersenyum kecil.
***
Akhirnya bisa rebahan. Baru saja meregangkan persedian aku terbayang perkataan Serli dan Ayu di kampus tadi.
“Ngapain juga aku mengekang diriku, aku kan anak muda aku bebas mengekspresikan diriku.”
Hari esok pun tiba, aku pergi kekampus dengan tampilan yang berbeda.
“Andin ini kamu?”Tanya Ayu kebingungan sambil mengelilingi tubuh ku
“Ini baru teman aku” Jawab Serli sambil menyenggol siku tangan ku.
Setelah pulang kuliah Aku, Ayu, dan Serli menghabiskan waktu di perpustakaan.
“Andin ini gimana caranya aku ga ngerti”
“Kalau ini mudah kok penjelasannya ada di halaman dua lima dibuku ini” Jawab ku sambil menunjuk buku tebal disebelah Ayu.
“Andin kayaknya mau hujan, kain jemuran ku belum diangkat aku balik duluan ya.” Serli pergi meninggalkan aku dan Ayu.
“ Andin Aku udah paham, makasih banyak ya udah bantuin aku.”
Kami bertiga pun berpisah di depan perpustakaan. Kosan ku hanya berjarak lima belas menit dari kampus. Baru berjalan lima menit tiba-tiba motor kawaski ninja berwarna merah mengkilat berhenti disamping ku.
“Andin mau pulang biar aku antar.” Randi menatap ku sambil mengarahkan tangannya ke bangku belakang.
Tanpa basi-basi aku langsung menaiki motor Randi. Banyak hal yang kami ceritakan selama perjalanan pulang. Aku tak mampu menahan tawa mendengar cerita Randi yang sering telat kekampus sampai dilarang masuk dosen ke kelas. Cerita tak berhenti sampai disitu. Randi meminta kontak ku.
“Andin kok senyum-senyum chat dengan siapa ayoo” Ayu berusaha melihat hp yang ada di genggaman ku.
“Ga siapa-siapa kok” Aku berusaha menyembunyikan hp ku dari Ayu.
Hari-hari yang sebelumnya aku habiskan dengn Ayu dan Serli kini aku habiskan dengan Randi. Dia bukan hanya teman ku tapi teman dekat ku.
“Sungguh mengasyikan berada jauh dari ibu dan ayah tak ada yang melarang ku pergi dengan siapapun dan pakai baju apapun. Akhirnya aku bisa bebas.” Aku lempar tas slingbag ku sambil merasakan lembutnya kasur kosan.
Tiba-tiba hp ku bergetar.
“Andin aku menunggu mu di depan kosan”
“Didepan?? Mau kemana?”
“Aku ingin mengajak mu jalan-jalan”
Tanpa pikir panjang aku langsung menemui Randi dengan baju yang rapi dan harum mewangi. Dia mengajak ku berkeliling kota dimalam hari. Aku bersenda gurau dengannya sampailah kami disebuah tempat yang ramai dengan muda-mudi yang sedang kasmaran.
“Andin mau minum apa?”
“Jus mangga aja”
Malam itu kami habisakan berdua. Sesekali Randi mengelus pipiku. Aku pun tersipu malu. Tak terasa jam sudah menunjukan pukul sebelas namun cerita ku dengannya tak ada habisnya. Randi tertawa mendengar ceritaku yang lugu ketika SMA tanpa aku sadari dia memegang pahaku. Malam makin larut mulai cahaya lampu pun mulai redup.
Tiba-tiba Randi mendekati ku dan kembali mengelus pipiku. Aku percaya padanya karena dia tak pernah berbuat kasar padaku. Namun iya kembali memegang pahaku untuk kesekian kalinya.
“Apa yang kau lakukan” Aku berdiri di hadapannya sambil membawa tas slingbag ku”
“Andin kini kau sudah kuliah, jangan bertingkah seperti anak SMA. Nikmati dulu masa mudamu” Randi berusaha meyakinkan ku dan mengajak ku duduk kembali bersamanya.
Tak seharusnya aku ada disini. Aku melempar gelas kehapannya dan pergi meninggalkan Randi seorang diri. Aku berlari tak tentu arah, air mata tak berhenti menetes di pipiku.
“Ibu aku merindukan pelukan mu” Seketika aku teringat perkataan ibu. Air mata ku mengalir tambah deras.
“Assalamu’alaikum bu”
“Wa’alaikumsalam, Andin. Sudah lama ibu tak mendengar suara mu. Bagaimana kuliah Andin lancar?”
Aku hanya bisa menikmati suara yang lembut itu tanpa bisa menjawabnya dengan air mata yang terus mengalir di pipiku.
“Andin sehat nak?”
Tangis ku pecah. “Andin rindu ibu. Maafkan Andin bu. Andin ga dengarkan kata ibu. Pakaian Andin ga syar’i bu. Pergaulan Andin bebas. Andin nyesal bu.”
Ibu terdiam sejenak.
“Andin anak sholehah ibu. Allah masih sayang sama Andin. Nak, terkadang kita berusaha untuk membebaskan diri dari ikatan ketetapan Allah. Tapi kita ga ngerti justru ikatan itulah yang menjaga kita dari kehancuran.”
Aku tersenyum mendengar nasehat dari bidadari yang sudah lama takku dengar lagi.
“Andin janji akan selalu menjaga aurat
Andin dan menjaga pergaulan Andin bu.”
Dan mulai saat itu aku selalu ingat perkataan ibu, dan menjalankan perintah Allah. Aku tidak lagi peduli dengan pandangan orang-orang yang membuatku jauh dari Allah. (TAMAT)






nona212 dan 23 lainnya memberi reputasi
22
2K
8


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan