Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bingsunyataAvatar border
TS
bingsunyata
Pemaksimalan Penggunaan Lahan (2)
Ngalor-ngidul dulu ya ...  

Kalau makan harus sampai habis, yah ? 

Tergantung, dong. Kalau yang ternyata yang harus dimakan itu adalah masalah dalam jumlah yang banyak, 'ngabisinnya juga harus disesuaikan dengan kemampuan perut kita untuk mencernanya. Sedikit demi sedikit, lama lama nanti habis juga dengan sendirinya, dengan syarat dan ketentuan tertentu tentunya. Semisal, masalahnya tidak bertambah dengan rate  lebih kurang dari rate kita memakannya. 
Lha, itu teorinya ...
Pada prakteknya ... tidak selalu ideal seperti itu. Masalah bisa saja datang bertubi-tubi, bahkan terkadang kita seakan tidak diberi kesempatan untuk bernafas. Kalau tidak bisa bernafas ... dalam waktu yang lama ?

...
(Untuk kali ini ... karakter sifat opurtunisnya, saya masukkan ke dalam kotak aja, yah ?
Mergo ya percuma, ora oleh opo opo ..., tinimbang mengko 'nggur oleh "loro ati"... )

Begitu pula dengan masalah terkait bumi kita ini, dimana yang menjadi sumber masalah bukan dia. Tahu sama tahu, yah ? emoticon-Big Grin
Kali ini permasalahannya adalah masalah tanah. Tapi bukan terkait harganya yang didongkrak atau malah dijebloskan oleh para makelar tanah. Tapi terkait kesuburannya. 
Masalah ini disinggung di ... https://twitter.com/FAO/status/1226117229546221568

...
Terkait ini, hal paling pertama yang harus diperhatikan adalah perencanaan dari penggunaan tanah itu sendiri. Disini saya mencoba mengetengahkan masalah yang mungkin ... dihadapi oleh perkebunan kelapa sawit. Ini bukan disebabkan karena saya menyetujui dengan cara hingga itu sampai bisa mengada, namun tidak juga disebabkan karena saya bersikap memusuhinya. Dalam hidup ini tak jarang ditemui suatu kondisi dimana kita harus melakukan sesuatu, yang mana itu sebetulnya bukanlah hal yang ingin kita lakukan. Bedakan dengan kondisi "gelap mata".

Pada saat perencanaan awal pembukaan lahan sebuah perkebunan, itu tentunya dilakukan karena melihat kondisi yang mendukung keberadaannya. Anda khan tidak mungkin akan menanam kelapa sawit dalam jumlah yang banyak di lapangan Merdeka sana. Oleh sebab, kondisinya tidak cocok. Belum lagi resiko kena jitak sama Mensekneg. emoticon-Big Grin Tapi kalau memang mau nekad, jangan sampai lupa pakai helm.

Wilayah hutan kemudian dirambah, pohon-pohon berjatuhan, dan digantikan oleh si kelapa sawit dkk. Jangan lupa mengenai proses bakar-bakarnya juga, yang membawa banyak kerugian, tidak hanya pada manusia, tetapi juga alam lingkungan keseluruhan, terkait kondisi bumi saat sekarang.

Namun ... apakah "si perancang" telah memperhitungkan dx/dt-nya. Terkait perubahan alam lingkungan persatuan waktunya, di seluruh penjuru dunia ini, yang mana kemudian berakibat pula pada perubahan yang kemudian dapat dirasakan dampaknya pada area yang bersangkutan. Sehingga pada rentang masa tertentu, kondisi awal dimana si perancang bersangkutan memanifestasikan mimpinya, tidak lagi didapati.

Perubahan curah hujan yang berkurang pada suatu area, yang mana kemudian berimbas pada kelembaban tanah dan kesuburannya ... pada waktu yang lama, pada akhirnya akan mengakibatkan tanah itu menjadi kering, tidak menghasilkan. Setelah itu ? Pindah tempat, babat-babat hutan lagi ?

Terkait hal ini, perlu ada langkah-langkah persiapan dan tidak semata perlu dilakukan karena mendapati curah hujan yang berkurang. Ada alasan tertentu mengenainya.
Agar tanah tidak sampai kering, itu perlu disirami. Tapi bila tidak ada hujan, apa yang bisa kita perbuat ? Secara modern, disemprot dari kapal terbang ? Kuat nggak nanggung biayanya ? Atau menggunakan cara yang cenderung klasik namun masih bisa dipakai ? Yaitu dengan cara membuat kolam dan salurannya, sebagaimana gambar di bawah ini.



Pemaksimalan Penggunaan Lahan (2)
Tampak dari atas, sekedar mewakili konsep yang saya ketengahkan.
Yang berwarna hijau adalah deretan tanaman kelapa sawit, bundar berwarna biru itu adalah kolam, dan garis lurus berwarna  biru itu adalah saluran airnya. 
Untuk letaknya variatif sekali, tergantung kondisi tanah di wilayah yang bersangkutan. Kiranya bisa diskusi dengan anak-anak geologi mengenai itu. Namun secara kasarnya bisa dibuat 1 kolam per satu atau 2 hektar luas kebun kelapa sawit itu. Luas kolamnya juga tidak harus terlampau besar, cukup berdiameter 4 atau 5 m. Tentang kedalamannya, tergantung pada struktur tanah disitu. Pada lahan yang berdekatan dengan wilayah hutan, sebisa mungkin diberi kolam yang sama, pada area hutan, cukup 1-2 meter saja kedalamannya, yang mana dipergunakan untuk tempat minum hewan disekitar situ. Agar mereka tidak masuk ke area perkebunan, dan kemudian mengklaimnya sebagai teritorial mereka.

Ini boleh dibilang sama seperti konsep lubang/sumur resapan, namun kolam itu kiranya juga dipergunakan sebagai tempat untuk beternak ikan. Sekiranya jenis ikan yang dipilih adalah dari jenis lokal, sehingga untuk penyediaan pakan juga tidak menemui kendala terlampau besar. 
Dimana ikan itu nantinya, entah diperuntukkan bagai karyawan/buruh untuk melengkapi kebutuhan nutrisi mereka, atau bahkan bisa berlebih jumlahnya sehingga dapat dimanfaatkan bagi penduduk sekitarnya.

Konsep ini, kiranya tidak bertentangan dengan konsep yang saya kemukakan sebelumnya. Bila dikaitkan dengan masalah profit, kedua konsep ini, kiranya dapat membuat luasan lahan yang diperlukan untuk mendapatkan profit pada jumlah tertentu seperti yang diinginkan, berkurang. 
Dimana ini nantinya akan membuat perusakan wilayah hutan diinginkan juga akan berkurang secara drastis, bahkan diharapkan ada sebagian yang dikembalikan fungsinya sebagai wilayah hutan. 

Tapi tentunya pada setiap langkah yang kita buat, kita selalu beresiko dihadapkan dengan keserakahan dan ketamakan ... emoticon-Frown

Dan bukan itu saja sebenarnya ..., ketika kedua konsep itu dipadukan pada sebuah kebun kelapa sawit, bila itu ditata dengan apik (dan yang ditanam adalah tanaman hias, dan bukan tanaman pangan, tidaklah berlebihan, bila itu nantinya akan tampak sebagai sebuah paradise. Nantinya bisa jadi merangkap tempat pariwisata, pula.

What used to be a paradise, let it remain be like that ... with one or the other way .

Peeeace 4 all

...
For someone :
Aku tak mempunyai surga yang bisa kuberikan padamu 
Tapi aku berharap mungkin akan ada yang mau membuatkannya untukmu




Diubah oleh bingsunyata 13-02-2020 21:03
anasabilaAvatar border
sebelahblogAvatar border
4iinchAvatar border
4iinch dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.1K
0
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan