Kaskus

News

BratakesowoAvatar border
TS
Bratakesowo
Telor dadar etika Jurnalistik
Dunia pers masih disibukkan dengan tetek bengak  nya  dengan hal-hal  yang sama sekali takada hubungannya dengan pers dan media .bagi sebagian pengamat media  senior mungkin  sangat mudah sekali menelitinya _tetapi  ketika insan pers dihadapkana  dengan  persoalan  netralitas dan objektifitas pers , akan dipertanyakan lagi , itu  artinya sudah ada lagi keperfihakan kepada pers _  maka untuk mengatasi penyakir rabun pers berupa konflik internal pers dan media secara umumnya ,untuk mengatasi penyakit kronis  intimidasi , teror dan  rekayasa opini pers ,atas dasar pesanan pemilik modal Pemilik Kapital ,  bukannya dengan lantas  pers digantung dan diteror,didekte hegemoni, serta diarahkan kemana arah melihat dan menyuguhkan kasus- kasus terutama yang menjerat pengusaha dan media _ bayangkan kalau  tiap hari kita disuguhkan profil- profil yang terlalu fanatic , dipaksakan dan sanjungandalam profil  tak bermutu dimuat  sangat longgar dipers ,bahkan akan lebih menghawatirkan lagi keberadaan pers sebagai kontrol masyakata dan Negara  akhirnya ditebas , diboreghkan  dan dibeli pemilik opini dan capital _ seperti halnya totalitas Negara terhadap  kombinasi politik dan  media yang berkembang  belakangan ini . singkat kata singkat cerita  lantaran untuk mengembangkan dunia pers di  daerah ,lalu alih laih redaksi membuat kebijakan hantam kromo , tebang pilih  berlebihan terhadap kasus-kasus yang terjadi di masyarakat  dengan berfihak pada pemesan berita mengikuti arus besar _ fakta  diabaikan dibuai opini pemutarbalikan , terganjala oleh kepentingan _ sehingga tak ayal lagi beritapun mengalami tawar _ hambar  dengan apa yang mau diberitakan ?_ masalah seperti itu jika dituruti  menurut pendapat penulis ( red.) pada akhirnya sangat merugikan public pembaca – sebab dunia pers tak ayal lagi menjadi blunder  mata rantai lingkaran setan  sejarah yang beputar putar pada masalah konflik kepentingan  internal – dan tidak menyent6uh ke akar persoalan ,dan terfokus pada masalah kemasyarakatan _ lalu bagaimana pengunggah  dusta berita dalam wujud  berita ,suatu kemasan berita  yang tak sama antara  wujud dan isinya  dengan  penampilannya _ release_ berita tak lagi seperti media TV  , sinetron dan  melodrama yang bisa diedit menurut kehendak sutradara _ sehingga masa depan pers akan karut jika insan insan di dalamnya trerbiasa m’elakukan  pelanggaran seperti itu _ini  sekedar omong kosong doang _\
Sekarang  mari kita bedah ,dulisme itusudah  tampak dipertontonkan di  dunia pers dan seni pentas _ yang  niiat  lari dari sebuah perlawanan hebat  netralitas dan objketifitas _ karena penguasa dan pemilik modal juga punya  hak untuk  dimanipulasid dan dipulas> bagaimana mencermatinya ?_ sekarang dualime pemberitaan diperlukan kros cek terhadap femomena pemberitaan /_ atas  fenomena ini /kenyataan dan fakta yang berkembang dilapangan_ dan mencapainya diperlukan  ketuntasan , totalitas  yang kadang kadangpemberitaan  makin dipoles makin jauh dari realita sumbernya _ kontan pembaca  sama sama tertipu satu samalain  antara dusta dan penindasan tidak kentara  bertentangan dengan  sifat netralnya pemberitaan.Kalau  hal demikian dituruti  bias  berabai  dah  pers kita . Pers- dan lembaga pers hanya akan menghasilkan pemberitaan sampah yang tak bermutu yang isinya sanjungan, karya artifisial yang tidak menyetuh  – sanjungan  dan profil saja  tanpa melihat tantangan apa adanya yang dihadapi.Gonjang ganjing dunia pers dan  media tak ayal menjadi  telor  ceplok  dengan bermacam resep chefnya _ dimana kemunculan telor ceplok pemberitaan , telur dadar dan telur orak_ arik  _  disuguhkan dengan berbagai resep , pemikiran logis dan resep lain terbaru  yang dipandang  seimbang apa  tidak _ atau salah –salah  pewarta akan menjebak dengan opini yang berbeda-beda  _ membikin dadar telur ayam diganti dengan telor bebek atau  angsa yang dierami ?,atau puyuh .,  karena  dalam pemberitaan tidak saja  hanya mengandalkan kepandaian satu orang saja ttetapi tim redaksi gabungan  _ bayangkan kalau  ada jutaan telur yang harus /didadar ?  apa nggak kerepotan redaktur sebuah pemberitaan , apakah semua telur akan dipecahkan , dicampur , dikocok _ hanya  kepandaian satu juru masak saja ? ini dilema .sekalipun juru masak yang handal tidak peduli ketentuan  berapoa banyak  telur yang harus di dadar ? dan semua harus  dipecahkan lebih dahulu _ sebelum mengetahui  telur itu  basi, mlekeren , kadaluwarsa , segar dan baru – semua  hanya chef yang tahu ? maka ada perencanaan matang dan  penyu\guhan yang  masak dalam penyampaian sebuah berita _ lalu redaktur tingakl mengolah sihingga penyuguhannya  juga mantap ( sholikul hadi_ bratapos_Pati)
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
657
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan