TS
chris.p.duck
[LOVE LETTER 4] Beryukur Kepada-Nya atas Enchepalon Ini
Bersyukur Kepada-Nya atas Encephalon (yang Tetap Berfungsi dengan Semestinya) Ini
Jelas sekali dalam kepala, seakan seperti déjà vu…
… atau mungkin deja reve, mungkin karena akhir-akhir ini terlalu sering muncul dalam mimpi
… ataukah mungkin deja entendu, seakan kembali lagi duduk di bangku panjang yang sama sembari berbagi cerita (walaupun untuk yang terakhir kalinya)
Bah! Tak penting apapun namanya, karena semua sudah terlanjur…
… terlanjur tergali kembali, debar yang sebenarnya sudah lama terpendam dan terlupakan
Bersusah payah mengumpulkan kenangan, menyegelnya, menggali lubang dan kemudian menguburnya agar tak kembali, semua yang manis dan yang pahit
Semua itu sudah berlalu, jadi jangan kembali menyelam, wahai Encephalon dalam kepala!
Rasa takut dan ketidak-berdayaan, bagaimana jika terperosok ke dalam lubang yang sama, yang awalnya dipersiapkan dengan kedua tangan ini, sembari berikrar agar tak menumpahkan lebih banyak air mata di masa mendatang
Memohon sembari menengadah, agar Tuhan mengambil semua yang ada dalam kepala ini! Biar saja tak mampu mengingat kembali, biar saja tak mampu mengingat apa yang akan terjadi, biarkan!
Tapi, tetap saja si Encephalon ini bersikukuh kembali mengingat apa yang sebenarnya telah lama terpendam dan tak teringat, seakan tak ada hal lain yang patut mengisi memori
Mencoba menguburnya kembali… namun tetap muncul kembali di ujung kepala
Lari sejauh mungkin… namun tetap tak dapat tersembunyi
Berharap untuk mati… namun terlalu pengecut untuk menggunakan kedua tangan ini, hidup sudah segan, tapi kapan baru “mau mati,” Pak Encephalon??
Lelah sekali rasanya… tapi, sesuatu harus diubah, tak bisa begini terus…
Mungkin harus lebih belajar lagi untuk menerima dan melepaskan rasa bersalah ini agar tak menghantui selamanya
Harus diakui, mungkin masih ada bagian kecil dalam relung hati, di dalam rongga yang ditopang oleh otot-otot leher, sebenarnya masih tersisa sedikit perhatian dan perasaan…
……
…………
…………………
Who am I kidding?! Ternyata tidak sedikit sisanya, nyatanya semua itu membual keluar layaknya mata air, wajahnya, suaranya, senyumnya…… sakitnya
Mustahil dipungkiri, perasaan kuat yang terakumulasi selama sekitar dua tahun, sebelum akhirnya meluncur bagai anak panah ke hadapan dirinya, saat baru setahun mengenakan seragam dan bercelana abu-abu
Sulit untuk disangkal, meskipun ada rasa malu, tapi setidaknya bukan lagi rasa malu untuk mengakui bahwa hati telah terlalu sayang padanya, tak mungkin dipungkiri lagi, semua sudah terlanjur muncul ke permukaan setelah sekian tahun lamanya
Kini, rasanya harus mengucap ucapan syukur terima kasih kepada Tuhan, sudah memberikan Encephalon dalam tubuh fana ini
Terima kasih dan maaf kalau selama ini terus menyalahkanmu, Encephalon.
Akhirnya, dimampukan untuk belajar menerima masa lalu, untuk menerima bahwa mustahil untuk lari dari perasaan kepadanya, DAN bahwa tidak mungkin untuk berharap lebih dari ini kepada dia
Ya, tidak elok bila diri ini terus berharap dia dapat menjawab perasaan ini sama seperti yang dulu dia lakukan
Tapi, bukan berarti makhluk lemah dan menggelikan ini akan berhenti untuk mencintainya, setidaknya hingga timbul keberanian untuk melangkah kembali
Setidaknya, berikanlah satu kesempatan kembali untuk menyampaikan ini, sembari berjanji bahwa ini akan menjadi curahan perasaan yang terakhir kalinya (karena tidak layak untuk mengharapkanmu kembali… karena kau telah berbahagia di sana):
“Terima kasih sudah pernah hadir di sampingku…
Terima kasih sudah pernah memelukku dengan penuh cinta…
Terima kasih sudah meninggalkan sebagian kekuatanmu untukku…
I still love you, and I’m still smiling here.”
Terima kasih Engkau sudah memberikan si Encephalon padaku…
===
===
For her, the woman who once stood beside myself
tien212700 dan 11 lainnya memberi reputasi
12
2.1K
77
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan