Daftar Cagar Budaya Sekitar Monas, yang Bikin Formula E Tak Dapat Izin
TS
wijayanto999
Daftar Cagar Budaya Sekitar Monas, yang Bikin Formula E Tak Dapat Izin
Jakarta - Ajang balap mobil listrik pertama Formula E di Monumen Nasional (Monas) ditolak Kemensesneg karena terdapat cagar budaya di sekitar Monas. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Cucu Ahmad Kurnia menyebut tidak semua kawasan Monumen Nasional (Monas) cagar budaya.
"Jadi yang utamanya bangunan cagar budaya itu tugu monas (Monumen Nasional) sendiri," ujar Cucu kepada detikcom, Kamis (6/2/2020).
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Monas, Irfal Guci menjelaskan pengertian cagar budaya mengacu dalam UU No. 11 Tahun 2011.
"Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan," bunyi ketentuan tersebut.
Lalu bangunan mana saja yang masuk ke dalam cagar budaya di kawasan Monas?
"Cagar budaya di Jakarta lengkap di dalam lampiran SK (Surat Keputusan) Gubernur nomor 475," tutur Irfal Guci kepada detikcom, Kamis (6/2/2020).
Penelusuran detikcom dalam Surat Keputusan Gubernur nomor 475 tahun 1993 isinya menjelaskan tentang penetapan bangunan bersejarah di DKI Jakarta sebagai cagar budaya.
Tercatat, nama bangunan baru Monumen Nasional sebagai salah satu Cagar Budaya. Kemudian nama bangunan lama yang tertulis ialah Tugu Nasional yang beralamat di Jalan Taman Silang Monas, Kecamatan Gambir.
Dijelaskan di peraturan itu bahwa Monas dibangun pada tahun 1961, lambang kepribadian, kebesaran dan keagungan perjuangan Bangsa Indonesia berbentuk Lingga dan Yoni.
Cagar budaya lain yang berada di Monas adalah Lapangan Merdeka/Monas bertempat di Jl. Taman Silang Monas yang dibangun pada abad 19.
"Jl. Merdeka itu juga termasuk kawasan cagar budaya, itu juga luas," tuturnya.
Efek Semua Dipaksakan, Segala Aturan Ditabrak Anies Baswedan
Kondisi jakarta kian memprihatinkan, dampak dari minim prestasi maka lewat strategi proyek mercusuar ingin memoles Anies Baswedan seolah bekerja ,tapi sayangnya kondisi tersebut memunculkan kegaduhan yang bikin jakarta kian porakporanda tak berdampak manfaat bagi rakyatnya. Terkesan segala aturan ditabrak seolah ada negara didalam negara, bahkan benda cagar budaya tidak dihiraukannya demi memoles anies baswedan seolah punya karya.
Kondisi jakarta yang tak terkendali efek Anies Baswedan sudah tidak punya kendali terhadap kondisi jakarta karena semua kontrol komando dibawah kendali para mafia anggaran yang lagi haus kekuasaan.
Anies baswedan dijadikan alat untuk merebut kekuasaan 2024 maka dipoleslah anies baswedan yang seolah segala kekacauan jakarta selama ini bisa ditutupi dengan diadakan formula E. Seolah rakyat dibius momen Formula E demi mengaburkan berbagai kekacauan yang dibuat gubernur anies baswedan.
Dalam kabar terbaru dimana mensesneg menolak monas dijadikan area balapan Formula E. Alasanya karena banyak bangunan cagar budaya yang riskan dilewati untuk balapan formula E.
Hal inilah yang kian membuat tersadarkannya rakyat jakarta bahwa Anies baswedan gagal mengelola kotanya. Berbagai aturan ditabrak demi ambisi libido kekuasaan Anies baswedan dengan dibekingi para mafia yang selama ini haus kekuasaan.
Anies baswedan dinilai kurang faham kondisi jakarta yang membuat hanya proyek mercusuar yang bisa mengaburkan seluruh respon buruk terhadap gubernur anies baswedan yang dinilainya tidak sanggup membenahi jakarta.
Ketika normalisasi sungai jalan ditempat, ketika berbagai pembangunan sering bongkar pasang, ketika kekacauan manajemen birokrasi yang amburadul membuat kondisi jakarta yang kian tidak menentu.
Ada kesan Formula E coba dipaksakan demi membius seluruh sorotan kegagalan Anies baswedan yang dinilainya mengacak ngacak jakarta efek tak faham jakarta. Jakarta kian merintih efek rangkaian kata tak seindah fakta. Efek rangkaian kata membius makna tapi dalam dahaga kenyataan.
Beginilah jika partai politik gagal menampilkan pemimpin terbaik bagi kotanya. Dosa politik Gerindra dan PKS milih pemimpin yang gak faham jakarta membuat kota jakarta kian ambyar.
Jangan sampe kekacauan jakarta hanya bisa ditutupi dengan diadakan formula E karena masalah jakarta bukan soal even balapan, tapi masalah jakarta yang mendesak dituntaskan adalah solusi soal banjir dan macet.
Formula E hanyalah bumbu tambahan saja. Tapi yang utama adalah langkah anies baswedan mencari solusi masalah banjir dan macet jakarta yang kian parah.
Butuh langkah mendesak bagi Anies Baswedan untuk bergerak bukan hanya untuk libido kekuasaan tapi secara substansi berkinerja buruk buat perbaikan jakarta.
Jakarta seolah hanya tampilkan panggung bagi Anies baswedan memoles kekacauan yang dibuatnya selama ini. Persoalan persoalan mendasar dijakarta tak terurai bahkan terkesan dibiarkan tanpa action kerja.
Dengan ditolaknya Formula E diadakan di monas harapan nya Anies baswedan segera membatalkan penyelenggaraan formula E atau akan muncul terus kegaduhan baru yang bikin hiruk pikuk nasional kian tak menentu.
Anies baswedan disarankan fokus penataan berkaitan masalah perkotaan bukan proyek mercusuar hanya demi mewujudkan libido kekuasaan untuk nyapres dibawah kendali para bandar yang haus kekuasaan.
Gan dan sis.... Renungan buat kalian yang daerahnya mengadakan pilkada tahun 2020 pilihlah pemimpin yang faham kotanya bukan pemimpin yang berdasarkan presure masa atau yang jago merangkai kata.... Cukup jakarta yang jadi pelajaran berharga bagi kita semua. Jangan sampe daerah kalian ikutan porakporanda efek salah milih pemimpin.... Renungkanlah.... Waspadalah....