- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pulang kampung membawa virus, bagaimana sikap kita ?


TS
arbib
Pulang kampung membawa virus, bagaimana sikap kita ?
Isu WNI yang di evakuasi dari negeri tirai bambu dan bekas WNI yang berharap bisa pulang dari Suriah, menjadi perbincangan hangat saat ini.

Pemulangan WNI yang berasal dari negeri China, dilakukan oleh pemerintah kita. Ini merupakan tanggung jawab terhadap warganya, dari sebuah negara. Proses pemulangan berlangsung dengan resiko wabah virus Corona,bisa saja terbawa. Walaupun standar evakuasi dan keamanan secara medis sudah dijalankan.
Proses karantina dan observasi yang dilakukan pemerintah, mendapatkan tanggapan penolakan. Bahkan terjadi kericuhan saat pelaksanaan pendaratan menuju tempat observasi. Penolakan penolakan terhadap WNI yang di evakuasi, mungkin saja bisa dimaklumi. Ini terjadi karena ketakutan kita terhadap wabah virus Corona, yang sudah banyak menelan korban jiwa.
Penolakan yang terjadi, walaupun sedikit bisa kita maklumi, namun sangat kita sayangkan itu terjadi. Kita mestinya bisa mempercayakan proses tersebut kepada pihak pemerintah. Langkah yang diambil oleh pemerintah kita, tentunya sudah memiliki perhitungan yang matang. Memang, semua kita tentunya berharap aman. Tak terkena dampak penyebaran wabah mematikan yang sedang melanda.
Isu bekas warga negara Indonesia yang berada di Suriah dan berharap agar bisa kembali menjadi warga negara Indonesia, juga menjadi sorotan. Bekas WNI tersebut kini terombang ambing tak jelas statusnya, setelah negeri impian yang mereka perjuangkan kalah dalam peperangan.
Mereka ini juga membawa virus. Walaupun bukanlah virus yang akan menyerang kesehatan kita secara fisik. Namun, yang mengendap dalam diri bekas WNI ini, adalah virus ideologi. Ini virus yang juga tidak terlihat dan bisa menular serta mungkin lebih berbahaya daripada virus yang menyerang kesehatan fisik.
Mereka yang dahulu dengan sukarela melepas status kewarganegaraan Indonesia. Turut serta dalam aktivitas kemiliteran tanpa ijin negara. Dan dengan sadar membakar paspor untuk menghapuskan status kewarganegaraan mereka, seharusnya kita ikhlas kan saja. Kita relakan saja mereka berada dijalan yang menurut pemikiran mereka benar.
Mengapa kita harus memilih untuk memulangkan mereka. Nampaknya tidak ada alasan yang bagus untuk itu. Berbeda tentunya dengan WNI yang dievakuasi karena bencana virus Corona. Mereka masih berstatus WNI. Dan WNI yang dievakuasi, merupakan warga negara kita yang sedang menjalankan berbagai kepentingan di negeri lain. Merekapun pergi dan tinggal di negeri orang, atas sepengetahuan dan sesuai dengan prosedur atau ketentuan yang berlaku.
Jadi, wajar saja bila WNI tersebut di evakuasi, dibawa kembali ke dalam negeri. Melalui proses atau prosedur keamanan kesehatan standar tentunya. Walaupun sudah mengikuti prosedur keamanan kesehatan yang berlapis, mulai dari seleksi evakuasi, hingga tiba di lokasi persinggahan sementara ( tempat observasi ), para WNI ini juga mengalami penolakan dari banyak masyarakat. Wilayah Natuna yang menjadi tempat mendarat sempat ricuh beberapa saat.
Hal yang berbeda tentunya terjadi pada bekas WNI yang secara sukarela melepas statusnya sebagai warga negara Indonesia. Mereka ini merupakan orang yang terkena virus ideologi. Virus merasa benar sendiri. Hanya golongan mereka sendiri yang benar. Dan golongan lain, yang tiada sepaham atau sama jalan pikirannya mesti dimusnahkan.
Ini virus yang sangat berbahaya. Dampaknya lebih berbahaya daripada virus yang menyerang fisik seperti halnya virus Corona. Kita bisa melihat, puluhan negeri timur tengah, yang awalnya damai sejahtera, kini luluh lantak, akibat golongan orang yang sudah terkontaminasi virus ideologi. Bagi mereka, dunia akan aman, bila hanya mereka yang mengaturnya.
Virus ideologi ini, menjadi senjata ampuh bagi negara adidaya, negara produsen senjata, dan negara imperialis menguasai kekayaan bumi seperti minyak di timur tengah. Yang terjadi di Timur tengah sana, justru saling bantai. Sesama saudara satu tanah kelahiran saling memusnahkan. Akibatnya negara negara yang sebelumnya megah, kini berantakan menjadi boneka negeri adidaya.
Sebagian politisi negeri bersuara menyampaikan belas kasihan. Kepada mereka yang saat ini terombang-ambing tanpa kejelasan status kewarganegaraan. Itulah resiko yang mesti dihadapi mereka. Orang yang berangkat menuju ke tempat tersebut, bukankah sudah diperingatkan oleh pemerintah kita. Bukankah sudah ada aturan undang-undang yang mengatur nya. Jadi, mereka mesti lapang dada menerima nasib. Karena langkah itu, secara sadar diambil atau dilakukan sendiri.
Ibarat orang bunuh diri. Sebagian kita percaya, bahwa mereka yang bunuh diri, maka ruhnya gentayangan. Tidak diterima bumi dan tidak pula bisa menuju alam selanjutnya. Gentayangan hingga hari akhir tiba. Begitulah kira kira nasib bekas WNI yang kini konon ingin kembali ke pangkuan ibu Pertiwi.
Langkah simpatik pemerintah, bila menerima mereka kembali, tentunya memiliki resiko yang sangat besar serta berbahaya. Virus ideologi, tidak bisa terlihat atau terdeteksi oleh berbagai peralatan medis yang canggih sekalipun. Pola pikir hasil cuci otak, itu tidak dapat dibersihkan dengan mudah. Butuh dana, butuh biaya dan butuh pengorbananyang ekstra besar, untuk itu. Selain itu, resiko kegagalan menyembuhkan orang dari kontaminasi virus ideologi, sangatlah besar.
Jika kita melihat berbagai kejadian yang sudah berlalu, virus ideologi seperti itu, sudah menimbulkan kerusakan besar dan korban jiwa berkelanjutan dari dahulu hingga kini.
Andaikan mereka jadi di naturalisasi kembali. Diambil sumpahnya untuk kembali ke NKRI, tidak ada jaminan bahwa mereka akan betul betul patuh. Harus kita ingat, yang dicari orang orang tersebut adalah surga menurut keyakinan mereka. Semua yang tidak sepaham dengan keyakinan mereka akan di musnahkan, berbagai strategi tentunya akan dijalankan. Bisa saja strategi untuk kembali ke kampung halaman ini, merupakan salah satu cara untuk menyemai virus ideologi agar bisa berkembang.
Ini yang paling kita takutkan. Mereka yang sudah mengalami keracunan virus ideologi, hasilnya sangat mengerikan. Tak peduli aturan mereka hanya perduli dengan keyakinan mereka. Bahkan keluarga sendiri, anak, istri dan yang dicintainya akan siap dikorbankan demi keyakinan yang menurut mereka benar.
Boleh percaya atau tidak, cepat atau lambat, virus ideologi yang telah hinggap pada bekas WNI itu, akan membuat kerugian besar bagi kita, kelak dikemudian hari. Itu akan terjadi lebih awal, bila kewaspadaan kita, rasa persaudaraan kita, ikatan tali silaturahmi kita, yang memiliki berjuta keragaman, kita biarkan terus longgar karena situasi dan ego kita saat ini.
Iba, rasa kasihan, serta ingin membantu mereka kembali. Mungkin itu yang ada dalam hati kecil kita. Namun kita juga harus waspada, mungkin saja, cerita yang pilu, kabar menyedihkan dan lainya yang mengetuk hati kita, tidak ada jaminan itu bukan suatu tipu muslihat. Tidak ada jaminan bila mereka kembali, akan berubah pola pikirnya. Akan sadar penuh akan kesalahannya.
Kasus berbagai penipuan sekarang ini. Yang sudah banyak korban. Bisa sedikit kita ambil pelajaran. Penipuan tentang kerajaan Agung sejagatdan Sunda empire serta beberapa kasus lainya, memberikan kepada kita tentang gambaran dampak dari proses cuci otak. Mereka yang sudah yakin berada di tempat yang benar, akan rela suka hati ditipu dan dimanfaatkan oleh orang lain.
Apalagi, virus ideologi yang dibumbui dengan ajaran agama yang di penggal sana sini. Disesuaikan dengan kebutuhan untuk meraih kekuasaan. Hasilnya akan lebih berbahaya dibandingkan dengan dampak penipuan kerajaan palsu dan modus bagi bagi harta Karun pendahulu negeri kita.
Akhir kata, TS secara pribadi berharap, pemulangan bekas WNI yang sudah terkontaminasi virus ideologi, semoga saja tidak dilakukan pemerintah kita. Kita doakan saja mereka yang sudah salah jalan, bisa bertemu dengan tempat yang tepat tepat untuk bernaung. Dan tali silaturahmi kita, yang masih berstatus WNI, dimana pun kita berada, semoga terjalin semakin erat.
Menolak mereka yang terkontaminasi virus ideologi untuk kembali, bukanlah memutuskan tali silaturahmi sepenuhnya. Mereka tetap saudara kita dalam akidah dan saudara sesama manusia. Namun untuk persaudaraan dalam ikatan NKRI kita cegah supaya tak longgar. Dengan menolak kesempatan virus ideologi yang bisa mengurai ikatan tali persaudaraan yang kokoh dapat mencegah rusaknya Pusaka Sakti NKRI
Sampai jumpa di thread lainnya
Quote:


Pemulangan WNI yang berasal dari negeri China, dilakukan oleh pemerintah kita. Ini merupakan tanggung jawab terhadap warganya, dari sebuah negara. Proses pemulangan berlangsung dengan resiko wabah virus Corona,bisa saja terbawa. Walaupun standar evakuasi dan keamanan secara medis sudah dijalankan.
Proses karantina dan observasi yang dilakukan pemerintah, mendapatkan tanggapan penolakan. Bahkan terjadi kericuhan saat pelaksanaan pendaratan menuju tempat observasi. Penolakan penolakan terhadap WNI yang di evakuasi, mungkin saja bisa dimaklumi. Ini terjadi karena ketakutan kita terhadap wabah virus Corona, yang sudah banyak menelan korban jiwa.
Penolakan yang terjadi, walaupun sedikit bisa kita maklumi, namun sangat kita sayangkan itu terjadi. Kita mestinya bisa mempercayakan proses tersebut kepada pihak pemerintah. Langkah yang diambil oleh pemerintah kita, tentunya sudah memiliki perhitungan yang matang. Memang, semua kita tentunya berharap aman. Tak terkena dampak penyebaran wabah mematikan yang sedang melanda.

Isu bekas warga negara Indonesia yang berada di Suriah dan berharap agar bisa kembali menjadi warga negara Indonesia, juga menjadi sorotan. Bekas WNI tersebut kini terombang ambing tak jelas statusnya, setelah negeri impian yang mereka perjuangkan kalah dalam peperangan.
Mereka ini juga membawa virus. Walaupun bukanlah virus yang akan menyerang kesehatan kita secara fisik. Namun, yang mengendap dalam diri bekas WNI ini, adalah virus ideologi. Ini virus yang juga tidak terlihat dan bisa menular serta mungkin lebih berbahaya daripada virus yang menyerang kesehatan fisik.

Mereka yang dahulu dengan sukarela melepas status kewarganegaraan Indonesia. Turut serta dalam aktivitas kemiliteran tanpa ijin negara. Dan dengan sadar membakar paspor untuk menghapuskan status kewarganegaraan mereka, seharusnya kita ikhlas kan saja. Kita relakan saja mereka berada dijalan yang menurut pemikiran mereka benar.
Mengapa kita harus memilih untuk memulangkan mereka. Nampaknya tidak ada alasan yang bagus untuk itu. Berbeda tentunya dengan WNI yang dievakuasi karena bencana virus Corona. Mereka masih berstatus WNI. Dan WNI yang dievakuasi, merupakan warga negara kita yang sedang menjalankan berbagai kepentingan di negeri lain. Merekapun pergi dan tinggal di negeri orang, atas sepengetahuan dan sesuai dengan prosedur atau ketentuan yang berlaku.
Jadi, wajar saja bila WNI tersebut di evakuasi, dibawa kembali ke dalam negeri. Melalui proses atau prosedur keamanan kesehatan standar tentunya. Walaupun sudah mengikuti prosedur keamanan kesehatan yang berlapis, mulai dari seleksi evakuasi, hingga tiba di lokasi persinggahan sementara ( tempat observasi ), para WNI ini juga mengalami penolakan dari banyak masyarakat. Wilayah Natuna yang menjadi tempat mendarat sempat ricuh beberapa saat.
Hal yang berbeda tentunya terjadi pada bekas WNI yang secara sukarela melepas statusnya sebagai warga negara Indonesia. Mereka ini merupakan orang yang terkena virus ideologi. Virus merasa benar sendiri. Hanya golongan mereka sendiri yang benar. Dan golongan lain, yang tiada sepaham atau sama jalan pikirannya mesti dimusnahkan.
Ini virus yang sangat berbahaya. Dampaknya lebih berbahaya daripada virus yang menyerang fisik seperti halnya virus Corona. Kita bisa melihat, puluhan negeri timur tengah, yang awalnya damai sejahtera, kini luluh lantak, akibat golongan orang yang sudah terkontaminasi virus ideologi. Bagi mereka, dunia akan aman, bila hanya mereka yang mengaturnya.
Virus ideologi ini, menjadi senjata ampuh bagi negara adidaya, negara produsen senjata, dan negara imperialis menguasai kekayaan bumi seperti minyak di timur tengah. Yang terjadi di Timur tengah sana, justru saling bantai. Sesama saudara satu tanah kelahiran saling memusnahkan. Akibatnya negara negara yang sebelumnya megah, kini berantakan menjadi boneka negeri adidaya.
Sebagian politisi negeri bersuara menyampaikan belas kasihan. Kepada mereka yang saat ini terombang-ambing tanpa kejelasan status kewarganegaraan. Itulah resiko yang mesti dihadapi mereka. Orang yang berangkat menuju ke tempat tersebut, bukankah sudah diperingatkan oleh pemerintah kita. Bukankah sudah ada aturan undang-undang yang mengatur nya. Jadi, mereka mesti lapang dada menerima nasib. Karena langkah itu, secara sadar diambil atau dilakukan sendiri.
Ibarat orang bunuh diri. Sebagian kita percaya, bahwa mereka yang bunuh diri, maka ruhnya gentayangan. Tidak diterima bumi dan tidak pula bisa menuju alam selanjutnya. Gentayangan hingga hari akhir tiba. Begitulah kira kira nasib bekas WNI yang kini konon ingin kembali ke pangkuan ibu Pertiwi.
Langkah simpatik pemerintah, bila menerima mereka kembali, tentunya memiliki resiko yang sangat besar serta berbahaya. Virus ideologi, tidak bisa terlihat atau terdeteksi oleh berbagai peralatan medis yang canggih sekalipun. Pola pikir hasil cuci otak, itu tidak dapat dibersihkan dengan mudah. Butuh dana, butuh biaya dan butuh pengorbananyang ekstra besar, untuk itu. Selain itu, resiko kegagalan menyembuhkan orang dari kontaminasi virus ideologi, sangatlah besar.
Jika kita melihat berbagai kejadian yang sudah berlalu, virus ideologi seperti itu, sudah menimbulkan kerusakan besar dan korban jiwa berkelanjutan dari dahulu hingga kini.
Andaikan mereka jadi di naturalisasi kembali. Diambil sumpahnya untuk kembali ke NKRI, tidak ada jaminan bahwa mereka akan betul betul patuh. Harus kita ingat, yang dicari orang orang tersebut adalah surga menurut keyakinan mereka. Semua yang tidak sepaham dengan keyakinan mereka akan di musnahkan, berbagai strategi tentunya akan dijalankan. Bisa saja strategi untuk kembali ke kampung halaman ini, merupakan salah satu cara untuk menyemai virus ideologi agar bisa berkembang.
Ini yang paling kita takutkan. Mereka yang sudah mengalami keracunan virus ideologi, hasilnya sangat mengerikan. Tak peduli aturan mereka hanya perduli dengan keyakinan mereka. Bahkan keluarga sendiri, anak, istri dan yang dicintainya akan siap dikorbankan demi keyakinan yang menurut mereka benar.
Boleh percaya atau tidak, cepat atau lambat, virus ideologi yang telah hinggap pada bekas WNI itu, akan membuat kerugian besar bagi kita, kelak dikemudian hari. Itu akan terjadi lebih awal, bila kewaspadaan kita, rasa persaudaraan kita, ikatan tali silaturahmi kita, yang memiliki berjuta keragaman, kita biarkan terus longgar karena situasi dan ego kita saat ini.

Iba, rasa kasihan, serta ingin membantu mereka kembali. Mungkin itu yang ada dalam hati kecil kita. Namun kita juga harus waspada, mungkin saja, cerita yang pilu, kabar menyedihkan dan lainya yang mengetuk hati kita, tidak ada jaminan itu bukan suatu tipu muslihat. Tidak ada jaminan bila mereka kembali, akan berubah pola pikirnya. Akan sadar penuh akan kesalahannya.
Kasus berbagai penipuan sekarang ini. Yang sudah banyak korban. Bisa sedikit kita ambil pelajaran. Penipuan tentang kerajaan Agung sejagatdan Sunda empire serta beberapa kasus lainya, memberikan kepada kita tentang gambaran dampak dari proses cuci otak. Mereka yang sudah yakin berada di tempat yang benar, akan rela suka hati ditipu dan dimanfaatkan oleh orang lain.
Apalagi, virus ideologi yang dibumbui dengan ajaran agama yang di penggal sana sini. Disesuaikan dengan kebutuhan untuk meraih kekuasaan. Hasilnya akan lebih berbahaya dibandingkan dengan dampak penipuan kerajaan palsu dan modus bagi bagi harta Karun pendahulu negeri kita.
Akhir kata, TS secara pribadi berharap, pemulangan bekas WNI yang sudah terkontaminasi virus ideologi, semoga saja tidak dilakukan pemerintah kita. Kita doakan saja mereka yang sudah salah jalan, bisa bertemu dengan tempat yang tepat tepat untuk bernaung. Dan tali silaturahmi kita, yang masih berstatus WNI, dimana pun kita berada, semoga terjalin semakin erat.
Menolak mereka yang terkontaminasi virus ideologi untuk kembali, bukanlah memutuskan tali silaturahmi sepenuhnya. Mereka tetap saudara kita dalam akidah dan saudara sesama manusia. Namun untuk persaudaraan dalam ikatan NKRI kita cegah supaya tak longgar. Dengan menolak kesempatan virus ideologi yang bisa mengurai ikatan tali persaudaraan yang kokoh dapat mencegah rusaknya Pusaka Sakti NKRI
Sampai jumpa di thread lainnya
Diubah oleh arbib 06-02-2020 14:11






4iinch dan 12 lainnya memberi reputasi
11
40.8K
Kutip
48
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan