mayyarossaAvatar border
TS
mayyarossa
Klithih, Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?
Masihkah Jogja Berhati Nyaman?








Sejak kemarin sore hingga tadi pagi, di grup WA ramai beredar video tentang seorang anak yang hendak dihakimi masa karena "klithih". Tampak dalam video itu seorang anak dilindungi oleh seorang ibu dari tangan masyarakat. Tak tanggung-tanggung, kejadian itu bukan malam seperti biasanya, tapi sore hari.

KLITHIH



Satu istilah yang belakangan ini populer di Jogja/DIY, dan hari ini masuk trending topic twitter. Bahkan, tagar #DIYDaruratKlithih menduduki trending topik di twitter selama dua hari kemarin. Namun, sesungguhnya, hal ini sudah mencuat beberapa tahun silam.



Klithih berasal dari bahasa Jawa. Kata klithih sendiri, mengalami pergeseran makna. Dulu klithih hanya dimaknai jalan jalan tak tentu arah atau mencari angin di luar rumah. Ya, misal kita suntuk kita jalan keluar, gitu, Gan. Sekarang, kata klithih bisa diartikan kekerasan di jalanan, biasanya disertai penggunaan sajam. Dan kekerasan ini dilakukan tanpa motif yang jelas. Seperti hanya ingin menunjukkan eksistensi saja. Bisa dibilang iseng, tapi bisa berujung maut.



Di daerah yang disebutkan ini memang rawan terjadi klithih, karena beberapa kali ada kejadian di daerah tersebut.



Klithih sendiri biasa terjadi malam hari. Mirisnya, tindakan ini banyak dilakukan oleh anak di bawah umur. Dari beberapa yang tertangkap, para pelaku adalah pelajar. Tak tanggung-tanggung, dari pelajar SD sampai SMA, juga anak putus sekolah.

Mereka mengganggu para pengguna jalan yang lain. Tak hanya mengganggu dengan kata-kata, mereka tak segan melukai korbannya. Mereka biasa bersenjatakan pedang, gir, pecahan botol, dan apa pun yang bisa melukai orang lain. Biasanya klithih dilakukan lebih dari satu orang dan mereka dalam pengaruh alkohol. Dalam seminggu ini, di Jogja, sudah ada tiga driver ojol yang menjadi korban klithih.



Klithih, merupakan musuh kita bersama, tanggung jawab kita bersama. Kita semua harus bersinergi untuk menanganinya. Kewajiban atau wewenang kita adalah melaporkan bila melihat aksi yang terindikasi klithih. Selanjutnya, kita serahkan yang berwajib.

Untuk itu, Polresta Jogja sudah membuka hotline aduan dengan nama WhadulJogja. Demikian juga dengan Polres Sleman, Polres Bantul, Polres Kulonprogo, dan Polres Gunung Kidul. Begitu pun Polda DIY. Jika tak dilaporkan, maka bisa jadi pelaku klithih dihakimi masa.



So, mari kita berhati-hati dan menjaga diri, dimulai dari lingkungan sendiri. Beri perhatian untuk anak-anak kita, agar dia tak perlu mencari perhatian dan pengakuan dari luar. Terima apa adanya anak kita, tak perlu memberikan "stempel" anak malas, anak bodoh, dan lain sebagainya bila anak memang masih "kurang", karena "stempel" ini secara tidak sadar bisa membentuk anak sesuai stempel tersebut. Cukup beri kasih sayang, motivasi, dan penerimaan. Anggap dia "ada" dan layak untuk hidup di dalam keluarga dan masyarakat.



Sebagai warga Jogja, yuk kita ciptakan kembali "Jogja Berhati Nyaman", jangan sampai menjadi "Jogja Berhenti Nyaman".

Sumber:
1. Opini pribadi
2. Grup WA
3. Di sini
4. Di sini
5. Di sini

Sekian trit dari ane, semoga bermanfaat.
Jogja, matahari kelima bulan Februari.
Salam hangat dari ane yang ikut gemes dengan fenomena klithih.
Diubah oleh mayyarossa 05-02-2020 04:13
anasabilaAvatar border
sebelahblogAvatar border
4iinchAvatar border
4iinch dan 40 lainnya memberi reputasi
39
14.6K
289
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan