Untuk yang belum membaca thread sebelumnya silahkan klik link dibawah
Temanku Depresi, Hingga Ingin Bunuh Diri Setiap Hari
https://kask.us/iEKN7
#ForumKaskus via @KASKUS

Setelah menikah, ia berharap ada perubahan dalam hidupnya. Suaminya memang bekerja serabutan, namun cukup untuk menompang hidupnya dan juga istrinya. Mereka hanya tinggal berdua. Karena bapak ibunya kembali merantau ketika mereka memutuskan untuk menikah. Di awal pernikahannya ia cukup bahagia, meskipun ia tak pernah mencintai suaminya. Namun suaminya mampu mengerti keadaan temanku tersebut. Perlahan lahan kulihat suaminya ini semakin perhatian saja. Bisa ku lihat ketika temanku sakit panas, dan tak bisa memasak bahkan melakukan hal lain seperti menyapu dan mencuci baju. Suaminya tampak menemaninya diruang tamu, menyuapinya hingga menyapu bahkan mencuci baju mereka berdua. Tampak tak ada rasa beban dalam diri suaminya. Mereka terlihat sangat bahagia. Aku ikut senang walaupun melihat dari kejauhan.

Dua bulan berlalu, temanku sering kali mempir ke rumahku dan mengeluh sakit dibagian punggung hingga pinggulnya. Aku hanya tertawa kecil, dan mengatakan mungkin terlalu lelah dirumah dan butuh refreshing. Bahkan ia sering kali tertidur di ruang tamuku ketika asik mengobrol denganku. Aku berfikir apa dia akan sakit lagi? Tapi pikiranku berubah ketika aku mengingat dulu setelah menikah kenapa aku sering kali letih dan sakit pinggang.

Aku bertanya padanya, apa dia sudah datang bulan atau belum? Dia menjawab dengan nada kaget, ternyata dia belum datang bulan. Harusnya minggu lalu ia datang bulan, namun ia lupa karena jarang menengok kalender datang bulannya. Aku menyarankan dia membeli testpek atau periksa ke bidan, Siapa tau dia hamil. Namun ia tak menghiraukanku, dan memilih pulang untuk mengabaikan pendapatku.

Berselang seminggu, ia tak kunjung keluar dari rumahnya. Jarang sekali ku lihat ia berbelanja dipagi hari bahkan disiang hari pun tak pernah ku tengok membuka pintu rumahnya. Sangking penasarannya, aku berniat mengunjungi rumahnya. Sore hari aku berniat mengunjunginya dengan membawa sedikit Pisang goreng yang masih hangat. Ketika hendak masuk, aku mendengar ada orang menangis sambil sesenggukan. Tak heran seperti suara temanku. Aku langsung masuk ke dalam rumahnya, aku melihatnya dengan rambut dan baju acak acakan. Dia kaget dan langsung menghampiriku, dengan wajahnya yang memerah dan matanya yang lebam dengan duraian air mata di pipinya.

Dia memelukku erat, sambil berusaha mengatakan sesuatu. Karena susah didengar sewaktu ia berbicara, aku melepaskan pelukannya dan coba menenangkannya. Aku menyuruhnya duduk dan mengambilkan segelas air minum. Aku tak melihat ada suaminya dirumah, dia sendiri atau bagaimana. Beberapa waktu kemudian, ia membaik dan tak lagi sesenggukan meski air matanya tak pernah berhenti mengalir. Dia menatapku tajam, seakan banyak beban dalama fikirannya. Lalu ia berbicara dalam bahasa jawa

"aku gak kuat, aku pengen mati. Wes cukup penderitaanku"
(aku tidak kuat, aku ingin mati. Susah cukup penderitaanku)

Aku pasrah ketika keadaannya mulai lagi seperti dulu, aku hanya mengelus punggungnya dan menatapnya tanpa membalas sepatah kata pun. Lalu aku menyodorkan pisang goreng padanya, aku melihat dia belum makan seharian tadi. Akhirnya dia makan satu, ternyata dia benar benar tak makan seharian. Aku memutuskan pulang, karena aku sendiri tak kuat melihat orang menangis hibgga sesenggukan.

"aku tak mulih disek yo, bojoku wes teko soale"
(aku pulang dulu ya, suamiku sudah pulang soalnya)

Dia mengangguk dengan pasrah dan tanpa sepatah kata. Aku berlalu meninggalkannya pulang, hatiku terasa teriris melihat kondisinya yang seperti ini. Namun aku tak bisa berbuat banyak. Pasalnya aku masih belum paham apa yang membuatnya berkata demikian.

Tunggu lanjutannya. . .