

TS
RizkySoleh
Sensasi Strike Saat Memancing Tak Akan Tergantikan Apapun
Mancing, sekilas memang kelihatan membosankan. Melemparkan umpan dan menunggu ikan memakan umpan membutuhkan kesabaran. Tapi bagi orang yang menyukai aktivitas ini, hal tersebut justru menjadi sebuah tantangan tersendiri.
"Mancing itu ada kesenangannya sendiri. Kalau bicara soal ikan yang didapat dibanding uang yang keluar untuk mancing sudah bisa beli lebih banyak ikan di pasar. Tapi, sensasi ketika berhasil strike setelah bersabar itu yang susah digantikan," kata Busu Negara Syah Putra, seorang penghobi mancing saat ditemui di Batam Centre, Kamis (11/4/2013).
Pria yang juga Ketua Batam Fishing Club tersebut mengaku sudah cinta dunia mancing sejak kecil saat berada di kampung halamannya di Langkat, Sumatera Utara. "Keluarga hampir semua suka mancing. Di rumah itu kami sering pergi mancing bareng, bisa sampai enam sampai tujuh orang," ujar Ibung, sapaan akrab Busu.
Ketika di Batam, ia biasa mancing dengan adiknya yang juga bekerja di Batam. Juga bareng teman teman anggota Batam Fishing Club. Baik dalam tim besar maupun sejumlah kecil saja. Ia mengaku, hampir tiap akhir pekan selalu menghabiskan waktunya dengan mancing. Biasanya ia dan mancing mania Batam lainnya pergi ke perairan sekitar Barelang, Nongsa, hingga ke arah Tanjungpinang.
Lokasi terjauh yang pernah ia sambangi untuk memancing yaitu Kuala Rompin yang sudah masuk perairan negeri jiran Malaysia. "Waktu itu sama BFC, sekitar September 2012. Bikin trip khusus untuk cari ikan layaran. Karena di perairan Batam nggak ada," kata pria kelahiran 1976 ini.
Ikan layaran yang berhasil mereka tarik ke permukaan saat itu tidak lantas dibawa pulang, tapi dirilis kembali ke perairan. Karena ikan layaran ini termasuk yang dilindungi di negara asal penyanyi Siti Nurhaliza tersebut.
Ini juga yang ingin ia tanamkan ke para pecinta strike yang ia kenal terutama di Batam. Jika memang ikan yang dipancing tidak akan dimakan ada baiknya dikembalikan ke alam. "Kami lagi mencoba budaya catch and release. Kami pesankan pada para pemancing, kalau tidak dimakan kenapa harus diambil," kata anak ketujuh dari 10 bersaudara ini.
Kendala cuaca hal biasa
Selalu ada cerita menarik saat melakukan hobi. Tak terkecuali bagi para mancing mania seperti Busu Negara Syah Putra alias Ibung. Pengalaman yang paling berbekas di benaknya ketika memancing adalah saat dikejar angin puting beliung. Tak hanya satu tapi dua sekaligus.
Kejadian itu bermula saat Agustus 2012, ia dan anggota BFC sedang mancing di perairan Pulau Abang. Belum satu jam mancing, mereka terpaksa menepi ke daratan terdekat untuk keamanan. "Kendala cuaca seperti ini yang sering kami hadapi. Biasanya kalau tekong bilang tidak safe, kami balik. Biarpun belum ada yang strike," ujarnya.
Sementara, bicara soal waktu tepat untuk memancing, ada dua pilihan waktu yaitu mulai dini hari hingga subuh atau dari subuh sampai sore hari. Mancing malam hari, kata Ibung, biasanya dapat ikan ikan karang seperti kerapu, atau kakap merah. Sementara, jika mancingnya di siang hari, lebih banyak mendapat ikan permukaan seperti selar atau tenggiri.
Bicara soal alat pancing, Ibung mengaku punya empat set yang semuanya berbeda fungsi sesuai teknik memancing yang digunakan. Sayangnya, ia enggan mengatakan sudah berapa banyak uang yang ia keluarkan untuk mendukung hobinya tersebut.
Tapi menurutnya, untuk kondisi perairan di sekitar Batam ini tak perlu membeli peralatan kelas tinggi, cukup kelas medium saja. Karena memancing di sini kecil kemungkinan untuk dapat ikan yang berukuran besar. "Ikan yang paling besar yang pernah teman kami dapat itu ikan pari dengan berat 40 an kilogram. Lokasinya di Pulau Buaya Barelang," katanya. (*)
"Mancing itu ada kesenangannya sendiri. Kalau bicara soal ikan yang didapat dibanding uang yang keluar untuk mancing sudah bisa beli lebih banyak ikan di pasar. Tapi, sensasi ketika berhasil strike setelah bersabar itu yang susah digantikan," kata Busu Negara Syah Putra, seorang penghobi mancing saat ditemui di Batam Centre, Kamis (11/4/2013).
Pria yang juga Ketua Batam Fishing Club tersebut mengaku sudah cinta dunia mancing sejak kecil saat berada di kampung halamannya di Langkat, Sumatera Utara. "Keluarga hampir semua suka mancing. Di rumah itu kami sering pergi mancing bareng, bisa sampai enam sampai tujuh orang," ujar Ibung, sapaan akrab Busu.
Ketika di Batam, ia biasa mancing dengan adiknya yang juga bekerja di Batam. Juga bareng teman teman anggota Batam Fishing Club. Baik dalam tim besar maupun sejumlah kecil saja. Ia mengaku, hampir tiap akhir pekan selalu menghabiskan waktunya dengan mancing. Biasanya ia dan mancing mania Batam lainnya pergi ke perairan sekitar Barelang, Nongsa, hingga ke arah Tanjungpinang.
Lokasi terjauh yang pernah ia sambangi untuk memancing yaitu Kuala Rompin yang sudah masuk perairan negeri jiran Malaysia. "Waktu itu sama BFC, sekitar September 2012. Bikin trip khusus untuk cari ikan layaran. Karena di perairan Batam nggak ada," kata pria kelahiran 1976 ini.
Ikan layaran yang berhasil mereka tarik ke permukaan saat itu tidak lantas dibawa pulang, tapi dirilis kembali ke perairan. Karena ikan layaran ini termasuk yang dilindungi di negara asal penyanyi Siti Nurhaliza tersebut.
Ini juga yang ingin ia tanamkan ke para pecinta strike yang ia kenal terutama di Batam. Jika memang ikan yang dipancing tidak akan dimakan ada baiknya dikembalikan ke alam. "Kami lagi mencoba budaya catch and release. Kami pesankan pada para pemancing, kalau tidak dimakan kenapa harus diambil," kata anak ketujuh dari 10 bersaudara ini.
Kendala cuaca hal biasa
Selalu ada cerita menarik saat melakukan hobi. Tak terkecuali bagi para mancing mania seperti Busu Negara Syah Putra alias Ibung. Pengalaman yang paling berbekas di benaknya ketika memancing adalah saat dikejar angin puting beliung. Tak hanya satu tapi dua sekaligus.
Kejadian itu bermula saat Agustus 2012, ia dan anggota BFC sedang mancing di perairan Pulau Abang. Belum satu jam mancing, mereka terpaksa menepi ke daratan terdekat untuk keamanan. "Kendala cuaca seperti ini yang sering kami hadapi. Biasanya kalau tekong bilang tidak safe, kami balik. Biarpun belum ada yang strike," ujarnya.
Sementara, bicara soal waktu tepat untuk memancing, ada dua pilihan waktu yaitu mulai dini hari hingga subuh atau dari subuh sampai sore hari. Mancing malam hari, kata Ibung, biasanya dapat ikan ikan karang seperti kerapu, atau kakap merah. Sementara, jika mancingnya di siang hari, lebih banyak mendapat ikan permukaan seperti selar atau tenggiri.
Bicara soal alat pancing, Ibung mengaku punya empat set yang semuanya berbeda fungsi sesuai teknik memancing yang digunakan. Sayangnya, ia enggan mengatakan sudah berapa banyak uang yang ia keluarkan untuk mendukung hobinya tersebut.
Tapi menurutnya, untuk kondisi perairan di sekitar Batam ini tak perlu membeli peralatan kelas tinggi, cukup kelas medium saja. Karena memancing di sini kecil kemungkinan untuk dapat ikan yang berukuran besar. "Ikan yang paling besar yang pernah teman kami dapat itu ikan pari dengan berat 40 an kilogram. Lokasinya di Pulau Buaya Barelang," katanya. (*)
0
271
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan