Masih parno keluar rumah gara-gara virus korona? Waspada boleh, parno jangan lah. Lama-lama kita bisa jatuh sakit bukan karena virus korona, tapi karena stres sendiri dihantui rasa paranoid kita. Mau keluar, takut. Lihat keramaian, takut. Ada orang pingsan, bukannya ditolongin malah pada lari. Ngenes, kan? Kita seakan kehilangan rasa empati kalau sudah begitu. Padahal, di negara kita, virus itu baru suspect di beberapa wilayah, belum ada yang betul-betul positif terindikasi korona.

Kali ini ane pingin angkat tema yang lagi hangat di jagad maya yang ramai mengaitkan wabah dari China ini dengan sebuah buku yang digunakan anak-anak untuk belajar membaca Al-Qur'an.

Bagi Agan yang belum tahu, seorang ustadz dari Papua membuat analisa tentang ini di akun twitternya :





Bagaimana menurut Agan? Ini kebetulan atau memang ramalan seperti yang disebutkan di atas?

Kalau menurut ane nih, bisa jadi itu kebetulan. Tapi tidak ada istilah kebetulan kalo Agan percaya qodho' dan qodar. Sehelai daun yang jatuh, Allah yang mengaturnya. Kapan dia jatuh, saat warnanya seperti apa, dengan cara apa, trus jatuhnya di mana, semua sudah ada catatannya di lauhil mahfud.

Jadi, ane cuma mau bilang. Mungkin pesan yang tak sengaja ditulis oleh ustadz mulia yang semenjak kecil terkena pengapuran tulang itu bisa menjadi pelajaran bagi kita. Bahwa, saat ini zaman sudah penuh dengan kebohongan dan tipu daya. Rajin-rajinlah belajar agama, biar kita paham mana yang haq (kebenaran) dan mana yang bathil (kebohongan). Jangan lupa selalu memohon petunjuk pada Sang Pemberi Petunjuk agar kita tidak salah memilih ilmu.

Ane yakin di antara Agan ada aja yang nyeletuk, "Apa-apa disangkut pautin sama agama"

Gan, ane gak mau debat nih, ya. Tapi tidak ada salahnya mengambil ibroh dari setiap kejadian. Udah gitu aja, sekian dan terima 🌟.

Ini nih, penampakan cover depan buku Iqro'nya :



Sekilas biografi penyusunnya :
As'ad Humam lahir di Yogyakarta pada tahun 1933. Diusianya yang masih sangat muda As'ad terkena penyakit langka yang menyebabkan cacat fisik berupa pengapuran pada tulang belakangnya.

Bersama Tim Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (AMM) Yogyakarta, ia membuat metode Iqro' yang kemudian dituangkan dalam sebuah buku saku kecil yang berisi enam jilid yang kemudian diberi nama Buku Iqro'.