Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ceritaseremcomAvatar border
TS
ceritaseremcom
MENEMBUS BATAS WAKTU BERSAMA KAKEK MISTERIUS DI GUNUNG LAWU
Quote:




Tulisan yang kalian baca ini adalah pengalaman kakakku sebut saja kak wahyu

Pengalaman yang nggak akan terlupakan ini bermula karena rencana yang berubah dari rencana awal mereka. Karena memang nggak ada rencana sedikit pun untuk mendaki Gunung Lawu, soalnya rencana mereka itu tadinya hanya ke telaga Sarangan, Magetan, Jawa Timur dan Grojogan Sewu di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Makanya mereka nggak membawa perbekalan mendaki, karena sama sekali nggak ada rencana untuk itu.

Rencana awalnya yang mereka rembug jauh hari sebelumnya, mereka berangkat pagi buta dari Tuban (kebetulan kakakku sedang berlibur dirumah temannya di daerah sana) dengan asumsi sebelum tengah hari sudah sampai telaga Sarangan. Namun apa hendak di kata, rencana tinggal rencana. Salah satu rekan kak wahyu agak kesulitan mendapatkan ijin dari tempat dia bekerja, hingga baru pukul 11 siang mereka baru bisa bertolak berangkat ke tujuan.

Karena mobil masih longgar untuk rombongan awal mereka yang hanya 6 orang, maka kak wahyu iseng ngontak sahabatnya sebut saja kak alex yang tinggal disana juga. Siapa tau dia nggak ada kegiatan, dan salah satu pertimbangannya selain kak alex suka main pun seenggaknya bisa gantian nyetir juga, alhamdulillah untungnya kak alex bisa, kemudian mereka pun langsung berangkat.

Perjalanan yang waktu itu diringi hujan semenjak dari Bojonegoro menuju Ngawi tapi nggak mengurangi keceriaan mereka. Meskipun perjalanan agak sedikit terlambat, karena memang waktu itu jalan Padangan menuju Ngawi dalam tahap pengecoran. Agak terlambat dari perkiraan mereka untuk sampai ke telaga Sarangan lebih cepat. Mereka baru sampai Plaosan waktu sudah menunjuk pukul 16.30 sore. Jadi rencana ke telaga Sarangan mereka urungkan dan bersepakat langsung ke Tawangmangu. Lagi pula waktu itu hujan sangat lebat.

Karena seharian belum sempat mengisi perut, tak jauh dari kawasan Cemoro Sewu mereka berhenti sejenak untuk cari makan dan tentu saja ‘ngopi’. Nggak lupa mereka juga memesan kopi untuk bekal yang kemudian mereka tuang dalam termos untuk bekal begadang, mereka pun bersiap meneruskan perjalanan. Entah kenapa, sebelum sempat mereka meneruskan perjalanan malah beberapa kawan kak wahyu mengajak naik ke Gunung Lawu. Lagi² rencana berubah. Setelah terjadi perdebatan yang lumayan alot, karena pertimbangan ada beberapa kawan kak wahyu yang belum pernah naik lawu, akhirnya mereka sepakat untuk naik ke Gunung Lawu. Tanpa bekal yang memadai. Alias Nekat.

Saking antusiasnya, hujan yang waktu itu masih menyisakan rintiknya nggak menyurutkan niat mereka, ibarat kata semangat mereka pada waktu itu adalah semangat juang 45. Beberapa kawan kak wahyu terlihat sangat antusias untuk mendaki. Sayangnya, nggak semua di antara mereka terlatih atau seenggaknya pernah mendaki gunung sebelumnya. Hanya kak wahyu dan dua teman yang lain yang pernah mendaki gunung sebelumnya, ya meski pun bukan seorang pendaki yang sangat terlatih.

Berbekal sedikit informasi dari petugas jagawana yang ada di pos Cemoro Sewu, selepas sholat maghrib mereka bertujuh menembus hujan naik ke gunung Lawu. Menyusuri jalan setapak yang sudah di beri batuan gunung, mereka berandai² jika perjalanan sampai ke puncak Lawu akan bisa mereka tempuh dalam beberapa jam kedepan. Pekat malam, dan mereka hanya berbekal satu lampu senter.

Suka nggak suka mereka lebih banyak berjalan di dalam gelap, mereka harus berhemat dengan baterainya. Kira² satu jam perjalanan mereka sampai di pos istirahat. Beberapa kawan kak wahyu yang belum pernah naik Lawu mengira itu adalah Pos 1. Ketika kak wahyu kasih tau jika itu pos bantu dan pos 1 masih 1 jam lagi perjalanan. Ada dua kawan kak wahyu sepertinya nyalinya mulai ciut, antara meneruskan perjalanan atau mengajak kembali turun. Sedang bekal air pun tinggal setengah botol.

Kata kak wahyu memang benar adanya, banyak hal yang aneh² di dalam gunung Lawu. Mulai dari burung merpati putih yang mengikuti mereka semenjak dari pintu masuk Cemoro Sewu. Padahal waktu itu hujan. Lah ngapa itu burung hujan²nan ria. Gamang juga meski bertujuh. Sesekali di sekitar lembah juga sepeti ada orang yang sedang tertawa, membuat mereka begidik. Seperti ada keceriaan di sana. Mereka hanya saling pandang, tapi lagi² kalah sama tekad yang sedikit dipaksakan. Atau bisa jadi ada satu pertimbangan kapan lagi naik ke Lawu jika nggak sekarang.

Ada yang aneh pada permulaan perjalanan itu, yakni ketika mereka berhenti di jalan yang agak landai dan lumayan lapang, ada beberapa pohon pinus tua yang tumbang, termos yang berisi kopi tiba² saja berpindah tempat dari tempat mereka beristirahat. Kawan kak wahyu yakin dia nggak menaruhnya di situ. Tapi disamping tasnya kemudian ditinggal buang air kecil. Kejadian ini pun membuat mereka bertanya² meski kemudian mereka berasumsi jika kawannya tadi cuma bercanda. Walaupun dia sudah bersumpah nggak meletakkan termos tersebut di tempat mereka temukan. Mereka hanya berprasangka baik saja, walaupun sebenarnya hati mereka masih diselimuti tanda banya besar, ini ada apa?

Alam rupanya masih saja kurang bersahabat pada kak wahyu dan kawan², hujan kian lebat. Alhamdulillah, meski dengan susah payah akhirnya mereka sampai juga di Pos 1. Mereka istirahat. Nah, ditengah mereka istirahat di Pos 1 ini, mereka mendapat informasi dari beberapa orang pendaki yang turun dari puncak untuk mengurungkan niat naik malam itu. Kak wahyu dan kawan²nya disarankan untuk naik pada pagi harinya, karena cuaca di atas sangat ekstrim.

Mendapati informasi yang demikian, kak wahyu dan kawan²nya sepakat untuk bermalam di pos 1. Lagi pula di pos 1 tersebut ada warung dan mereka bisa membeli bekal untuk di bawa ke puncak esok harinya. Warung tersebut buka dari pagi dan tutup menjelang maghrib. Berbekal makanan ringan yang tak seberapa yang sempat mereka beli di perjalanan mereka pun bermalam di pos 1. Dan dari sinilah keanehan dimulai……..

Karena kak wahyu dan kawan²nya berencana bermalam, di Pos 1 mereka langsung berbagi tugas, ada yang bertanggung jawab membersihkan lokasi, dan sebagian mencari kayu bakar. Tapi mustahil mereka mendapatkan ranting yang kering pada saat hujan seperti itu. Meski sebenarnya itu bukan tugas kak wahyu karena kak wahyu kebagian tugas yang lain, tapi karena 3 kawannya nggak mendapatkan kayu yang kering dan kembali dengan tangan hampa. Akhirnya kak wahyu dan kak alex berinisiatif mencari kayu bakar di sekitaran warung di bawah pos 1 tempat mereka bermalam.

Namun sial, nggak satu dahan dan ranting kering pun kak wahyu dan kak alex temukan. Terdorong rasa jengkel dan kebutuhan penting untuk menghilangkan hawa dingin. Kak wahyu dan kak alex pun semakin menurun ke lembah dibelakang warung tersebut. Lagi² semua kayu yang mereka temui basah lagi pula besar² dan mustahil mereka bawa

Karena sudah kepalang tanggung, kak wahyu dan kak alex pun lebih turun lagi ke lembah yang dipenuhi pohon pinus tersebut. Apalagi hujan sudah reda beberapa saat yang lalu dan itu memudahkan mereka, Syukur alhamdulillah, setelah agak masuk ke hutan pinus tersebut mereka akhirnya menemukan ranting² yang lumayan kering. Hal itu cukup menggembirakan mereka. Ketika kak wahyu dan kak alex sedang memunguti ranting² tersebut, mereka nggak tau datangnya tiba² ada seorang kakek² mengejutkan mereka dengan tegurannya, entah tepatnya pada siapa, mungkin mereka berdua.

“Golek kayu dinggo opo toh, Lee (cari kayu untuk apa toh, Nak)?” tanya kakek tersebut.

Tak ayal, hal itu membuat mereka saling pandang. Jujur, waktu itu kak wahyu sangat terkejut dengan kehadiran si Kakek yang tiba². Tapi karena kak alex diam saja mendapat pertanyaan dari si kakek , walaupun dia lebih dekat dengan kakek tesebut, malah kak wahyu yang menjawab pertanyaan si kakek.

“Kangge berdiang, Mbah! Kulo sak konco sipeng teng inggil ngriku, teng Pos setunggal” (Untuk perapian, Mbah! Saya dengan teman² menginap diatas sana, di Pos 1)”

“Lho kayu teles ngono kok arep dinggo berdiang, opo yo iso murup” (Lah kayu basah gitu kok mau dibuat berdiang, apa ya bisa nyala)?”

“Lah wontene kajeng nggih niki, Mbah! Nggih mangke sak saget-sagete diurupaken” (Adanya kayu ini, Mbah! Ya nanti diusahakan dinyalakan)?” jawab kak wahyu berbasa basi, walaupun sebenarnya kak wahyu juga membayangkan betapa susahnya menyalakan kayu yang mereka dapatkan itu.

“Wis ngene wae, Lee! Ayo melu nang omahe Mbah, Mbah duwe kayu bakar akeh tur garing². Mengko yen mbok nggo berdiang cepet murup. Piye, gelem ora kowe?’ (Sudah gini saja, Nak! Ayo ikut Mbah, Mbah punya kayu bakar banyak lagian sudah kering². Nanti kalau kamu buat perapian cepet nyalanya. Gimana, mau nggak kamu)?

“Daleme Mbah pundi, menawi tebih kulo mboten sekeco kaleh konco² mesakaken konco² kulo kedangon ngentosi?” (Rumahnya mbah dimana, kalau jauh saya nggak enak sama teman², Kasihan teman² saya lama menunggu), jawab kak wahyu sopan dan berkesan menolak halus.

“Ora adoh kok, Lee! Mung rodo mlebu alas kuwi sitik, wis mulehe mengko tak terke nek kowe wedi kesasar (Gak jauh kok, Nak! Hanya agak masuk hutan ini sedikit, sudah nanti pulangnya aku antar kalau kamu takut lupa jalan)?”
.
Entahlah, seperti ada kekuatan lain yang menguasai pikiran kak wahyu dan kak alex malam itu, tawaran kakek tersebut langsung mereka terima tanpa mereka pertimbangkan terlebih dahulu. Terlebih melihat raut kesungguhan dari kakek yang kedatanganya tanpa kak wahyu dan kak alex ketahui itu mengalahkan logika mereka. Bisa jadi juga salah satunya, karena kebutuhan kayu yang mereka perlukan. Seenggaknya kayu yang mereka dapatkan dari kakek tersebut akan mudah untuk mereka nyalakan karena kering.

Meski tanpa aba² sebelumnya, kak wahyu dan kak alex mengikuti kakek tersebut yang berjalan didepan. Dan memang nggak berapa lama kemudian mereka sudah sampai disebuah rumah kecil, halamannya lumayan luas yang ditanami sayur²ran. Kenyataan ini mengesankan sekali kalau rumah tersebut adalah model rumah² dilereng gunung. Disebelah kiri rumah agak kebelakang samar² terlihat memang ada tumpukan kayu² kering yang banyak sekali. Menurut perasaan kak wahyu waktu itu. Perjalanan dengan si kakek nggak lebih dari 5 menit. Sayangnya kak wahyu nggak bisa memastikan lebih tepatnya berapa lama.

Singkat cerita setelah kak alex mengambil kayu secukupnya, kemudian mereka mencicipi ketela dan wedang jahe yang sedari mereka sampai ke rumah kakek tersebut sudah dipersiapkan 2 gelas! Aneh. Tapi mereka nggak terpikir apapun kejanggalan² waktu itu.

Kemudian, kak wahyu dan kak alex pun berpamitan pada nenek istrinya si kakek. Dengan di antar si kakek, mereka berjalan beriringan dengan kakek tersebut berjalan di depan. Lebih tepatnya kak wahyu paling belakang kemudian kak alex yang kebetulan membawa kayu bakar tersebut berjalan di depan kak wahyu. Dalam perjalanan pulang ini kak wahyu nggak berbicara sepatah kata pun. kak wahyu sendiri sempat berkhayal pasti kawan²nya yang menunggu di pos 1 senang, karena mereka membawa kayu bakar yang kering.

Namun, kak alex yang memanggul kayu sempat terlintas perasaan aneh, bahwa dia membawa kayu bakar yang lumayan banyak tapi kok nggak merasa berat dan juga nggak merasa lelah. Dia berpikir, barangkali dia senang dapat kayu bakar banyak dan lagi tadi dia dan kak wahyu habis makan ketela rebus, ditambah wedang jahenya segar sekali. Setelah berjalan sekitar 5 menitan, kemudian sampailah mereka persis ditempat pertama mereka bertemu si kakek.

“Lee, Mbah ngeterne kowe tekan kene wae yo! Mesakne Mbah wedok ora ono kancane nang omah, lan maneh kowe-kowe rak wis eling to dalan nang panggonane kanca²mu mau? (Nak, Kakek ngantar kamu sampai disini saja ya! Kasihan Nenek nggak ada temannya di rumah, dan lagi kalian kan sudah ingat toh jalan menuju tempat teman²mu tadi)?”

Kak wahyu langsung menjawab, “Oh, nggih Mbah matur suwun engast, ngrepotaken Mbah kemawon niki, kulo kaleh rencang kulo sampun enget kok Mbah marginipun(Oh, iya Mbah terima kasih sekali, merepotkan saja Mbah ini, saya dan teman saya sudah ingat kok Mbah jalannya)”

Kemudian kak wahyu lihat kakek tersebut berjalan balik, dan tanpa penerangan sama sekali. Sedangkan mereka berdua mempersiapkan diri mau meneruskan perjalanan naik ke Pos 1. Hanya saja kak alex merasa aneh, sebab bawaan kayunya sekarang kok terasa agak berat.

”Aah…. Lagi kesel kali lu”, jawab kak wahyu sekenanya.

Setelah berjalan beberapa langkah, kak wahyu sempat menoleh lagi kebelakang untuk melihat si kakek. Tapi sosok tadi sudah nggak kelihatan lagi, padahal baru saja. Tapi ya sudahlah, pikir kak wahyu mungkin beliau lewat jalan pintas.

Setelah hampir sampai di Pos 1 kak wahyu agak kaget, di kejauhan kok ada cahaya kemerahan. Bengong saja waktu itu dan mereka sempat berpandangan agak lama. Apa Jangan² sudah pagi. Dengan rasa penasaran bergegas mereka ke Pos 1 tempat kak wahyu dan kawan²nya berencana bermalam. Dan penasaran mereka terjawab sudah!

Kak wahyu dan kak alex bengong saja ketika 5 kawan mereka marah habis²san kepada kak wahyu dan kak alex, ke 5 kawannya menunggu kak wahyu dan kak alex dengan harap² cemas. Mencari kak wahyu dan kak alex pun percuma, mau turun ke bawah juga ragu karena satu²nya senter kak wahyu bawa untuk mencari kayu bakar. 5 kawan kak wahyu hanya berteriak² saja memanggil kak wahyu dan kak alex dari sekitaran Pos 1 tersebut. Berlima kawannya sepakat jika pada keesokan harinya saja akan mencari kak wahyu dan kak alex dan sebagian akan meminta bantuan dibawah untuk melaporkan hilangnya mereka berdua.

Baru kali ini kak wahyu merasakan rasa sepenanggungan, mereka semua berpelukan dengan mata berkaca² menahan tangis, Meski kelima kawannya sempat melampiaskan rasa jengkelnya pada kak wahyu dan kak alex. Tapi mereka terima dengan ikhlas dan Lapang dada!

Kagetnya, ternyata waktu itu sudah pagi betulan. Tak berapa lama kemudian matahari muncul dari balik bukit dan pemilik warung pun sudah datang dari bawah. Setelah mereka memesan mie instan di warung, mereka semua turun dan nggak jadi meneruskan perjalanan naik ke puncak Lawu. Diliputi sejuta pertanyaan kenapa semua ini bisa terjadi.

Waktu kak wahyu dan kak alex mencari mencari kayu bakar, teman yang lain bilang belum sampai pukul 9 malam. Dan menurut kak wahyu ketika dirumah kakek tersebut tak lebih dari setengah jam dan ditambah 10 menit pulang pergi kerumah kakek tersebut. Tau² kak wahyu dan kak alex sampai lagi di Pos 1 sudah pukul 05:00 pagi. Apakah ini yang namanya disebut menembus batas waktu??? Entahlah, kak wahyu bersyukur nggak terjadi apa² pada dia dan kawan²nya semua. Kak wahyu nggak mau berandai² lagi. Cukup pengalaman ini mereka maknai sendiri dan kalaupun itu dinamakan menembus alam ghaib. Wallahu a’lamu bisshowab. Hanya Allah yang tau.

Pada akhirnya semua rencana kak wahyu dan kawan²nya batal semua. Mereka langsung meluncur pulang kembali ke Tuban, dengan masih membawa sejuta pertanyaan yang bergelayut dibenak. Siapakah kakek itu???

Siapapun beliau, aku sebagai adik dari kak wahyu berterimakasih padanya, atas kebaikannya pada kak wahyu dan kawannya. Hanya Tuhan yang akan membalas kebaikanmu kek..

wassalam.


Quote:


emoticon-Jempolemoticon-2 Jempolemoticon-Jempolemoticon-2 Jempolemoticon-Jempolemoticon-2 Jempolemoticon-Jempolemoticon-2 Jempolemoticon-Jempolemoticon-2 Jempolemoticon-Jempolemoticon-Jempolemoticon-2 Jempolemoticon-2 Jempolemoticon-Jempolemoticon-2 Jempolemoticon-Jempolemoticon-2 Jempolemoticon-Jempolemoticon-2 Jempolemoticon-Jempolemoticon-Jempolemoticon-2 Jempolemoticon-2 Jempolemoticon-Jempolemoticon-2 Jempolemoticon-Jempolemoticon-2 Jempolemoticon-Jempolemoticon-2 Jempolemoticon-Jempolemoticon-2 Jempolemoticon-Jempolemoticon-2 Jempolemoticon-Jempol
nona212Avatar border
pulaukapokAvatar border
GhurobaBekasiAvatar border
GhurobaBekasi dan 13 lainnya memberi reputasi
12
4K
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan