- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Percaya Gak Sih! Orang Jerman Itu Gak Butuh Gerai Fotokopi


TS
tuliptulipje
Percaya Gak Sih! Orang Jerman Itu Gak Butuh Gerai Fotokopi
Hallo..gansis kesayangan semua kita jumpa lagi yah, dah lama gak ngetrit, ijinkanlah ane kali ini
.
Baiklah, ini hanya sekedar cerita lewat saja, alias kisah kecil ane hari ini
Cerita dimulai...
Saya tinggal di Jerman, di Arnstadt namanya, sebuah kota kecil dengan penduduk yang cuma 27300 jiwa, dengan luas 105,11 kilo meter persegi. Iya, kecil. Bahkan mungkin kecamatan Linggo Sari Baganti, tempat kampung saya berada itu masih lebih besar dari kota ini.
Namun, saya tak mau membahas besar kecilnya tapi bagaimana hidup di dalamnya, kota kecil ini terletak di negara maju, salah satu negara maju di benua ini. Terletak di sudut Provinsi Thüringen yang pada jaman perang dunia dulu di sebut dengan Jerman Timur, bertetanggan dengan Republik Ceko dan Polandia.
Tapi, ini saya bukan mau membahas jelek dan baiknya, sih.
Namun, bagi saya yang biasa hidup di antara kemudahan, akhirnya hidup di negara maju itu bikin saja kagok.
Tepatnya, kadang-kadang ada hal di negara maju ini bagi kita, atau saya tepatnya, yang berasal dari negara berkembang jadi tak biasa. Alias bikin gagap. Seperti halnya hari ini, saya berniat mau scan dokumen-dokumen penting saya, berupa passpor dan sebagainya, demi sebuah keperluan pendaftaran ujian online.
Hingga pergilah saya ke tempat fotokopi yang biasanya saya datangi, satu kilometer dari rumah. Namun, kenyataannya.
"Sepertinya tutup", suami saya berkata saat kita sampai, tak ada tanda-tanda gerai ini buka, tapi saya ingin mencoba, karena lampu menyala dari dalam.
"Kami tutup", seorang perempuan berkata saat saya mendorong pintu gerai buat masuk. Perempuan yang sama saat saya ke sana beberapa bulan lalu, saya hanya mengangguk tanpa sempat bilang apapun.
"Kami tutup bukan hanya untuk hari ini, tapi tutup untuk selamanya, gak akan dibuka lagi", wanita paruh baya itu menjelaskan dan saya hanya mampu menarik nafas, kemana lagi saya akan cari tempat scan?.
"Sudah tak ada lagi yang memfotokopi ke gerai fotokopi, semua telah bisa dilakukan sendiri", suami saya sepertinya mengerti kegelisahan saya.
"Kemana saya akan cari tempat scan? Kita gak punya printer lengkap di rumah", balas saya lirih, kenyataannya iya segala hal telah di gantikan mesin di negara ini, tak ada lagi jasa yang bisa di pakai, atau karena jasa lebih mahal dari mengerjakannya sendiri.
Ya, begitulah realitanya hidup di negara maju, saat segala hal telah diganti dengan mesin, hingga tak di perlukan lagi bantuan untuk itu, karena bagi mereka untuk sekedar mem-fotokopi itu tak perlu ke gerai fotokopi, cukup di rumah saja. Cukup dengan satu printer saja untuk semua.
Sejak saya di sini, sepengetahuan saya, atau hasil selancara di internet, kota ini hanya punya dua gerai fotokopi dan cuma satu-satunya gerai fotokopi yang lengkap untuk scanner dan binding serta segala macam, ya gerai yang saya datangi itu tadi, tapi mereka malah akan tutup, tutup selamnya pula. Iya sih, buat binding orang-orang juga sudah bisa melakukannya di mesin pintar yang terletak di supermarket-supermarket terdekat.
"Orang-orang lebih nyaman melalukannya segala halnya sendiri", suami kembali membuka suara, saat kita beranjak menuju rumah, di dalam kepala saya masih sibuk memikirkan bagaimana caranya saya bisa scan dokumen saya.
Tapi tak dapat di pungkiri, biasa jasa di sini sangat mahal, untuk biasa scan misalnya, perlembarnya sudah 0.25 Euro cent atau setara dengan 3700rupiah perlembar, tentunya termasuk agak mahal kalau di bandingkan scan sendiri.
Di samping biaya lebih murah dan tentunya juga lebih praktis kalau di scan sendiri, tanpa harus berjalan keluar rumah. Itulah kenapa, rata-rata mereka, atau keluarga di sini, memiliki mesin printer lengkap dengan scanner dan fotokopinya di rumah masing-masing, hingga gerai-gerai fotokopi tidak lagi mereka perlukan.
Bahkan satu-satunya gerai fotokopi terlengkap di kota ini mesti tutup, namun tak bagus buat orang seperti saya, yang gak punya mesinnya di rumah, yang masih memerlukan jasa. Hingga, buat orang seperti saya, yang terbiasa memakai jasa, akhirnya merasa, ah... ternyata hidup di dunia maju ini tak boleh manja. Segala halnya mesti sendiri dan mandiri.
Ah... ya sudahlah, saatnya mengakali dengan kamera hp sebagai pengganti. Haha. Serupa namun tak akan sama, tentunya.
Okelah gansis kesayangan sampai jumpa lagi lain waktu, ane pamit dulu
.
Arnstadt 15.27
29.01.20

Baiklah, ini hanya sekedar cerita lewat saja, alias kisah kecil ane hari ini

Cerita dimulai...
Saya tinggal di Jerman, di Arnstadt namanya, sebuah kota kecil dengan penduduk yang cuma 27300 jiwa, dengan luas 105,11 kilo meter persegi. Iya, kecil. Bahkan mungkin kecamatan Linggo Sari Baganti, tempat kampung saya berada itu masih lebih besar dari kota ini.
Namun, saya tak mau membahas besar kecilnya tapi bagaimana hidup di dalamnya, kota kecil ini terletak di negara maju, salah satu negara maju di benua ini. Terletak di sudut Provinsi Thüringen yang pada jaman perang dunia dulu di sebut dengan Jerman Timur, bertetanggan dengan Republik Ceko dan Polandia.
Tapi, ini saya bukan mau membahas jelek dan baiknya, sih.
Namun, bagi saya yang biasa hidup di antara kemudahan, akhirnya hidup di negara maju itu bikin saja kagok.
Tepatnya, kadang-kadang ada hal di negara maju ini bagi kita, atau saya tepatnya, yang berasal dari negara berkembang jadi tak biasa. Alias bikin gagap. Seperti halnya hari ini, saya berniat mau scan dokumen-dokumen penting saya, berupa passpor dan sebagainya, demi sebuah keperluan pendaftaran ujian online.
Hingga pergilah saya ke tempat fotokopi yang biasanya saya datangi, satu kilometer dari rumah. Namun, kenyataannya.
"Sepertinya tutup", suami saya berkata saat kita sampai, tak ada tanda-tanda gerai ini buka, tapi saya ingin mencoba, karena lampu menyala dari dalam.
"Kami tutup", seorang perempuan berkata saat saya mendorong pintu gerai buat masuk. Perempuan yang sama saat saya ke sana beberapa bulan lalu, saya hanya mengangguk tanpa sempat bilang apapun.
"Kami tutup bukan hanya untuk hari ini, tapi tutup untuk selamanya, gak akan dibuka lagi", wanita paruh baya itu menjelaskan dan saya hanya mampu menarik nafas, kemana lagi saya akan cari tempat scan?.
"Sudah tak ada lagi yang memfotokopi ke gerai fotokopi, semua telah bisa dilakukan sendiri", suami saya sepertinya mengerti kegelisahan saya.
"Kemana saya akan cari tempat scan? Kita gak punya printer lengkap di rumah", balas saya lirih, kenyataannya iya segala hal telah di gantikan mesin di negara ini, tak ada lagi jasa yang bisa di pakai, atau karena jasa lebih mahal dari mengerjakannya sendiri.
Ya, begitulah realitanya hidup di negara maju, saat segala hal telah diganti dengan mesin, hingga tak di perlukan lagi bantuan untuk itu, karena bagi mereka untuk sekedar mem-fotokopi itu tak perlu ke gerai fotokopi, cukup di rumah saja. Cukup dengan satu printer saja untuk semua.
Sejak saya di sini, sepengetahuan saya, atau hasil selancara di internet, kota ini hanya punya dua gerai fotokopi dan cuma satu-satunya gerai fotokopi yang lengkap untuk scanner dan binding serta segala macam, ya gerai yang saya datangi itu tadi, tapi mereka malah akan tutup, tutup selamnya pula. Iya sih, buat binding orang-orang juga sudah bisa melakukannya di mesin pintar yang terletak di supermarket-supermarket terdekat.
"Orang-orang lebih nyaman melalukannya segala halnya sendiri", suami kembali membuka suara, saat kita beranjak menuju rumah, di dalam kepala saya masih sibuk memikirkan bagaimana caranya saya bisa scan dokumen saya.
Tapi tak dapat di pungkiri, biasa jasa di sini sangat mahal, untuk biasa scan misalnya, perlembarnya sudah 0.25 Euro cent atau setara dengan 3700rupiah perlembar, tentunya termasuk agak mahal kalau di bandingkan scan sendiri.
Di samping biaya lebih murah dan tentunya juga lebih praktis kalau di scan sendiri, tanpa harus berjalan keluar rumah. Itulah kenapa, rata-rata mereka, atau keluarga di sini, memiliki mesin printer lengkap dengan scanner dan fotokopinya di rumah masing-masing, hingga gerai-gerai fotokopi tidak lagi mereka perlukan.
Bahkan satu-satunya gerai fotokopi terlengkap di kota ini mesti tutup, namun tak bagus buat orang seperti saya, yang gak punya mesinnya di rumah, yang masih memerlukan jasa. Hingga, buat orang seperti saya, yang terbiasa memakai jasa, akhirnya merasa, ah... ternyata hidup di dunia maju ini tak boleh manja. Segala halnya mesti sendiri dan mandiri.
Ah... ya sudahlah, saatnya mengakali dengan kamera hp sebagai pengganti. Haha. Serupa namun tak akan sama, tentunya.
Okelah gansis kesayangan sampai jumpa lagi lain waktu, ane pamit dulu

Arnstadt 15.27
29.01.20
Diubah oleh tuliptulipje 29-01-2020 16:24






arganov dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.1K
8


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan