Kaskus

Hobby

agityunitaAvatar border
TS
agityunita
Setetes Asa di Musim Kemarau
Setetes Asa di Musim Kemarau




      Satu lagi hasil karyaku di tahun 2020 ini. Hanya saja, kali ini dua puisiku harus bergabung bersama puluhan puisi lain milik teman-teman yang juga pecinta puisi. Mereka adalah para penulis hebat yang  kini bergabung dalam naungan sebuah grup di WhatsApp. Sebuah Grup yang hari ini sedang menyelesaikan tantangan menulis 45 harinya.

        Setetes Asa di Musim Kemarau berisi 100 judul puisi bertemakan kemarau dan perjuangan. Di dalamnya kita akan disuguhkan banyak cerita dan motivasi. Ya, seperti itulah puisi-puisi kami. Bukan hanya sekedar ungkapan hati namun juga tulisan-tulisan yang bermanfaat.

       Ini memang bukan buku antologi bersama pertama yang aku tulis. Namun pengalaman baru di sebuah grup kepenulisan yang menurut saya berbeda dari kebanyakan grup yang pernah saya ikuti, membuat saya merasa ini paling spesial. Grup yang diberi nama Ngoas Puisi ini diikuti oleh sekitar 50 anggota. Dan mungkin di kemudian hari dengan berjalannya banyak program yang kami akan laksanakan, semoga anggotanya kian bertambah.

       Kumpulan puisi Setetes Asa di Musim Kemarau, seakan menjadi pembuka jalan bagi kami untuk terus mengembangkan ide. Dan puisi adalah salah satu karya yang tidak akan pernah ada habisnya untuk dibahas. Memang tidak banyak yang menggemari puisi tetapi bukan berarti ia tidak punya tempat yang istimewa.

      Menurutku  puisi adalah karya paling jujur di antara banyaknya karya sastra. Ia tercipta darisebuah perasaan. Mewakili banyak hal yang terkadang tak bisa diceritakan secara narasi.

"Kemarau Mengantarkan gersang. Matahari begitu terang bersinar hingga melelehkan hati. Sungai-sungai mengering. Hewan dan tumbuhan yang hampir mati.

Seperti hati ini. Ketika air kasih sayangmu tak menghujaniku lagi. Kerontang hariku. Tak ada lagi cerita tentangmu."

(potongan puisi ' Yang Kini Tandus' , Agit Yunita)

"Hingga di titik ini. Negeriku menikmati kemerdekaannya. Hasil dari sebuah jerih payah. Yang penuh air mata dan darah.

Tujuh puluh empat tahun negeriku. Perjuangan merebut kemerdekaan memg telah usai. Tetapi mempertahankannya, adalah perjuangan yang sesungguhnya."

(potongan puisi ' Tujuh Puluh Empat Tahun Negeriku' , Agit yunita)

       Jadi, inilah Kumpulan puisi 'Setetes Asa di Musim Kemarau' dengan banyak halaman setebal 201 halaman, yang bisa kamu miliki dengan mengikuti PO hingga tanggal 2 Februari 2020. Semoga buku ini bisa menjadi teman baca yang menyenangkan emoticon-heart




@agityunita 

        

       
0
1.1K
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan