Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera semuanya.

Air dukun, siapa sih yang tidak tahu? Sewadah air putih biasa yang tiba-tiba saja menjadi sakti mandraguna setelah dibacakan mantra oleh Mbah Dukun.

Di kampung saya, ada dukun yang 'katanya' bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit--bahkan penyakit medis parah sekalipun, semisal; diabetes, kanker, leukemia, stroke, dan lain sebagainya--hanya dengan media air putih. Tentu saja air itu dibacakan ajimat atau mantra terlebih dahulu.

Secara logika, hal ini sangat tidak masuk akal? Bagaimana sih dahsyatnya air putih atau air mantra tersebut? Bukankah, sebelum dan sesudah dibacakan mantra tersebut, kandungan mineral atau kimia dalam air itu tetap sama? Tidak ada yang istimewa?



Ternyata, kekuatan air dukun ini sama sekali tidak ada, Manteman. Air dukun itu palsu, dan tidak bisa mengobati, karena tidak ada fakta ilmiahnya.

"Tapi, kok, aku bisa sembuh setelah minum air dukun?"

Mungkin akan ada di antara Manteman yang bertanya seperti itu.

Kesembuhan yang Manteman peroleh setelah minum air dukun bukanlah karena kesaktian mantra dalam air tersebut. Akan tetapi, itu adalah kekuatan alam bawah sadar kita yang sudah merekam dalam memori jangka panjang--bahwa air dukun itu benar-benar sakti.

Paham sampai di sini?

Maksudnya, Manteman sudah men-sugesti diri Manteman sendiri bahwa jika minum air dukun, Manteman akan sembuh--sehingga muncullah keyakinan yang kuat dalam jiwa Manteman jika air dukun itu sakti.

Jadi kesimpulannya, kesembuhan yang didapat bukan karena air dukun itu, tapi karena kepercayaan atau keyakinan yang kuat dalam diri Manteman.

Nah, di sini letak kuncinya. Bukan air itu yang sakti, tetapi Manteman yang terlalu fanatik dan mempercayai. Dan secara psikologis--keyakinan yang kuat dalam diri seorang akan memengaruhi jiwa orang tersebut.

Misal, Manteman tidak minum air dukun, tetapi Manteman yakin akan sembuh, maka lambat laun kesembuhan itu akan muncul juga. Kuncinya satu, sugesti yang kuat dalam diri pribadi--yang direkam otomatis oleh alam bawah sadar kita.

Sekarang, saya punya cerita di mana dulu, ada seorang teman yang meminta obat ke dukun untuk penyakit ayahnya. Seperti biasa, syaratnya sebotol air putih, gula, teh, kopi, dan telur ayam kampung sebagai 'pengampuh' mantra, juga uang mahar seikhlanya.

Di perjalanan sepulang dari rumah dukun, teman saya itu terjatuh--sehingga botol mineral berisi air dukun tersebut pecah dan airnya tumpah.



Teman saya panik, air itu adalah obat dan kini sudah tumpah di jalan. Mau kembali, rumah dukun itu lumayan jauh. Akhirnya, takut-takut dia beli air mineral dan dicopot segel serta plastik merek air tersebut.

Sampai di rumah, air tersebut diberikan kepada ayahnya dan diminum. Ingat, kondisinya tidak ada yang tahu kalau air dukun yang diminum oleh sang ayah itu, palsu.

Manteman tahu, apa yang terjadi beberapa hari kemudian? Ayahnya sembuh. Sekali lagi, sembuh!

Nah, jadi logikanya sudah ketemu bukan? Air dukun sama sekali tidak sakti, tapi kekuatan sugesti jiwalah yang berperan penting.

Sekarang, mari kita putar haluan. Jika sugesti berperan penting, tak ada salahnya, kan, kita ganti air dukun dengan air Qur'an?

Yup, mendatangi dukun adalah kesyirikan. Karena kemampuannya irasional dan absurd. Beda dengan Al-Quran yang sudah terbukti kemuliaannya. Sedangkan kita semua tahu, Al-Quran adalah sebaik-baiknya penyembuh, sebab salah satu sifat Quran adalah Asy-Syifa (penyembuh)--baik sakit fisik atau sakit batin (hati).

Berobat sesuai dengan syariat tentu jauh lebih barokah daripada pergi ke dukun yang jelas-jelas termasuk perbuatan orang-orang musyrik. Men-sugesti diri bahwa Al-Quran adalah penyembuh dapat memperkuat cinta kita pada-Nya. Men-sugesti diri bahwa air dukun adalah penyembuh, akan menjauhkan kita dari-Nya.

Sekarang terserah kita pribadi. Saya hanya beropini, tak setuju jangan bully. Bukankah segala sesuatu itu bisa diselesaikan dengan lapang hati?

Koto Baru, 8-1-20

Sumber gambar: Google