

TS
mambaulathiyah
Rezki Halal? Bagaimana Mendapatkannya?
Suatu Hari
Seorang pedagang bakso keliling baru, mangkal di lingkungan pondok putri dekat rumah saya. Dia memarkir rombong baksonya yang memakai gerobak dorong itu dengan wajah penuh kecemasan. Semenit, kemudian berlalu menjadi setengah jam tepat saat anak-anak pondok selesai sekolah mereka berduyun-duyun datang mendekat ke arah tukang bakso baru tadi. Penasaran? Tentu saja. Maka mereka membeli bakso tadi dengan harapan yang luar biasa.
Satu mangkuk, kulihat dibawa salah seorang santri putri berjilbab orange, dua mangkuk lagi dibawa anak santri putra ke gazebo kecil dekat pondok kemudian dimakan beramai-ramai, hingga tiba giliranku ingin membeli ternyata bakso tadi sudah habis. Kontras dengan wajahnya yang datang awal tadi, sekarang senyum ceria tergambar jelas di wajahnya.
"Alhamdulillah, Bu. Sudah habis," jawabnya bersemangat sambil membersihkan sisa-sisa bihun putih, daun bawang dan irisan kubis yang tercecer di sekitar gerobaknya. Tak lama setelah mangkuk-mangkuknya kembali dia bergegas kembali ke rumahnya.
Hingga bertahun-tahun, dia mulai menjadi tukang bakso langganan anak-anak. Bahkan tak sedikit kami, para tetangga, para guru juga memesan baksonya untuk suguhan pengajian atau tasyakuran. Lambat laun dia akhirnya memutuskan mengontrak rumah dekat pondok untuk mempermudah mobilitasnya.
Waktu bergulir, anaknya yang dulu kecil waktu dibawa pindah ke desaku mulai semakin besar. Kelas enam sekolah dasar. Jika dilihat kasat mata seharusnya keuntungan dari hasil berjualan bakso tadi sudah bisa membuatnya menabung untuk membeli setidaknya beberapa meter tanah yang masih murah saat itu. Terutama mengingat sikapnya yang baik kepada tetangga pasti ada harga persaudaraan. Apalagi pada titik itu dia sudah memiliki dua rombong. Yang satu dioperasikan sang istri yang mangkal dekat pondok sementara yang satu lagi dioperasikan sang suami keliling hingga keluar desa.
Namun, semua tidak sesuai perkiraan manusia seperti kita. Berulang kali pemilik kontrakan mengeluh padaku mengenai sewa yang tak kunjung dibayar hingga beberapa rentenir yang datang menagih hutang kelimpungan mencari mereka. Terakhir, mereka meminta keringanan membayar biaya ujian akhir anak mereka. Ujung-ujungnya setelah anaknya lulus mereka menghilang bagai ditelan angin. Barang-barang dikontrakan sudah banyak yang diangkut tetapi uang sewa masih belum jelas adanya.
Lama aku merenung mengingat kisah ini, lalu teringatlah diri yang hina ini atas dalil Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Rasul bersabda, barangsiapa yang mencari dunia dengan cara yang halal dan diniati untuk menafkahi keluarga, menjaga anak-istri bahkan berbagi dengan tetangga maka kelak di hari akhir dia akan keluar ke hadapan seluruh makhluk dengan wajah bersinar laksana bulan purnama. Sebaliknya, mereka yang mencari dunia dengan jalan yang halal tetapi diniati hanya untuk menumpuk-numpuk harta saja, maka dia akan hidup dalam kesesatan.
Wallahu A'lam bishshowab.
#renunganhariini
#pengingatdiri
Seorang pedagang bakso keliling baru, mangkal di lingkungan pondok putri dekat rumah saya. Dia memarkir rombong baksonya yang memakai gerobak dorong itu dengan wajah penuh kecemasan. Semenit, kemudian berlalu menjadi setengah jam tepat saat anak-anak pondok selesai sekolah mereka berduyun-duyun datang mendekat ke arah tukang bakso baru tadi. Penasaran? Tentu saja. Maka mereka membeli bakso tadi dengan harapan yang luar biasa.
Satu mangkuk, kulihat dibawa salah seorang santri putri berjilbab orange, dua mangkuk lagi dibawa anak santri putra ke gazebo kecil dekat pondok kemudian dimakan beramai-ramai, hingga tiba giliranku ingin membeli ternyata bakso tadi sudah habis. Kontras dengan wajahnya yang datang awal tadi, sekarang senyum ceria tergambar jelas di wajahnya.
"Alhamdulillah, Bu. Sudah habis," jawabnya bersemangat sambil membersihkan sisa-sisa bihun putih, daun bawang dan irisan kubis yang tercecer di sekitar gerobaknya. Tak lama setelah mangkuk-mangkuknya kembali dia bergegas kembali ke rumahnya.
Hingga bertahun-tahun, dia mulai menjadi tukang bakso langganan anak-anak. Bahkan tak sedikit kami, para tetangga, para guru juga memesan baksonya untuk suguhan pengajian atau tasyakuran. Lambat laun dia akhirnya memutuskan mengontrak rumah dekat pondok untuk mempermudah mobilitasnya.
Waktu bergulir, anaknya yang dulu kecil waktu dibawa pindah ke desaku mulai semakin besar. Kelas enam sekolah dasar. Jika dilihat kasat mata seharusnya keuntungan dari hasil berjualan bakso tadi sudah bisa membuatnya menabung untuk membeli setidaknya beberapa meter tanah yang masih murah saat itu. Terutama mengingat sikapnya yang baik kepada tetangga pasti ada harga persaudaraan. Apalagi pada titik itu dia sudah memiliki dua rombong. Yang satu dioperasikan sang istri yang mangkal dekat pondok sementara yang satu lagi dioperasikan sang suami keliling hingga keluar desa.
Namun, semua tidak sesuai perkiraan manusia seperti kita. Berulang kali pemilik kontrakan mengeluh padaku mengenai sewa yang tak kunjung dibayar hingga beberapa rentenir yang datang menagih hutang kelimpungan mencari mereka. Terakhir, mereka meminta keringanan membayar biaya ujian akhir anak mereka. Ujung-ujungnya setelah anaknya lulus mereka menghilang bagai ditelan angin. Barang-barang dikontrakan sudah banyak yang diangkut tetapi uang sewa masih belum jelas adanya.
Lama aku merenung mengingat kisah ini, lalu teringatlah diri yang hina ini atas dalil Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Rasul bersabda, barangsiapa yang mencari dunia dengan cara yang halal dan diniati untuk menafkahi keluarga, menjaga anak-istri bahkan berbagi dengan tetangga maka kelak di hari akhir dia akan keluar ke hadapan seluruh makhluk dengan wajah bersinar laksana bulan purnama. Sebaliknya, mereka yang mencari dunia dengan jalan yang halal tetapi diniati hanya untuk menumpuk-numpuk harta saja, maka dia akan hidup dalam kesesatan.
Wallahu A'lam bishshowab.
#renunganhariini
#pengingatdiri


annirobiah memberi reputasi
1
215
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan