Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

lianasari993Avatar border
TS
lianasari993
Kisah Anak Rantau
Kisah Anak Rantau
Setelah selesai sholat subuh Dwi menyipkan pakaian dan barang-barang di dalam kamar, tiba-tiba ibunya datang menyerahkan beberapa lembar uang sepulung ribuan.
"Nak, bawa uang ini untuk kamu berangkat ke Jakarta dan membeli makan di sana" ucap ibunya dengan nada halus.
"Terima kasih bu, doakan agar anakmu bisa mencari uang dengan halal" memegang tangan ibunya
"Ibu selalu mendoakan yang terbaik untukmu nak,setelah selesai beres-beres kamu makan dulu lalu berangkat" meninggalkan kamar
Dwi makan terburu-buru takut tertinggal oleh kereta, menurutnya jika naik kereta tidak mengeluarkan ongkos terlalu banyak. Tiba di stasiun Dwi langsung masuk kereta dan berangkat menuju Jakarta. Sampai di Jakarta, Dwi berjalan mencari pekerjaan. Hingga berhenti di sebuah tempat orang yang sedang bekerja.
"Permisi pak, apa di sini menerima pekerja baru" ucapnya dengan sopan
"Maaf dik di sini tidak menerima"
"Kalau begitu terima kasih pak"
"Iya"
Tidak ada kata putus asa, Dwi berjalan lagi mencari pekerjaan, penolakan demi penolakan di terima dengan ikhlas. Suara adzan menghentikan pencarian pekerjaan Dwi bergegas menuju masjid terdekat, pakaian yang terlihat tidak layak membuat orang melihat dengan tatapan risih. Saat menginjak lantai masjid ada seseorang yang mendekatinya.
"Nak ini sarung dan baju kokoh pakailah" mengulurkan pakaian dengan sopan
" Terima kasih pak" Dwi tersenyum dan segera berganti pakaian
Tiba saatnya sholat....
Setelah sholat semua orang meninggalkan masjid, hanya Dwi dan bapak tadi yang masih berzikir.
Bapak itu membalik badannya menghadap Dwi.
" Nak, tempat tinggalmu di mana"
" Di kampung pak, jawa tengah" senyum
" Apa tujuanmu datang ke Jakarta, apakah kamu sudah punya tempat tinggal" membenahkan peci
" Ingin merantau pak, untuk menambah keuangan dan membayar hutang ibu saya, belum mencari pak apalagi saya masih belum ada uang mungkin saya mau tinggal di masjid saja jika di perbolehkan" ucap dengan sopan
" Nama kamu siapa nak, lebih baik kamu tinggal di kontrakan saya aja ada satu kamar kosong untuk membayarnya bisa setelah kamu mendapat pekerjaan"
"Terima kasih pak, nama saya Dwi, nama bapak siapa ya"
" Saya H. Jamal"
"Maaf Pak H.Jamal" menunduk
" Iya tidak papa, kalau begitu ikut ke kosan saya di belakang mesjid ini"
Dwi berjalan di belakang mengikuti langkah Pak H.Jamal, sampai di sebuah rumah gaya Betawi dan di sampingnya berjejer kamar-kamar kos.
" Ini kamar kamu, di dalam sudah ada buku peraturan untuk anak kos di sini" menyerahkan kunci dan pergi menuju rumahnya.
Baju yang terdapat di dalam tas, di keluarkan dan di masukkan ke dalam lemari. Kos yang tidak terlalu luas hanya ada tempat tidur dan lemari kecil saja, itupun sudah cukup baginya. Selesai menata kamar Dwi bergegas tidur.
Suara adzan subuh membangunkan Dwi dari tidur pulasnya, Dwi menyiapkan dirinya untuk berangkat ke masjid. Saat membuka pintu, melihat Pak H.Jamal.
" Assalamualaikum Pak H.Jamal" menghampiri
" Waalaikumsalam, sudah bangun, kalau begitu sekalian bareng ke masjid"
" Iya Pak.Haji"
Berbagai pertanyaan terlontar dari mulut Pak.Haji, Dwi menjawabnya dengan sopan, sampai di masjid Dwi langsung mengambil wudhu dan bergegas sholat berjamaah.
Pagi hari, Dwi bergegas mencari pekerjaan. Masih seperti kemarin selalu di tolak dengan alasan tertentu. Jam menunjukkan pukul 16.00 , Dwi bergegas pulang ke kos. Sampai di depan kos ada Pak H.Jamal yang sedang duduk sambil meminum kopi di terasnya.
"Nak.Dwi kesini" Dwi berjalan menghampiri Pak.Haji dan di persilahkan duduk
"Bagaimana apa sudah mendapat pekerjaan" sambil meminum kopi
" Masih belum ada yang menerima, dengan berbagai alasan mungkin belum rejeki saya Pak.Haji"
" Begini saya punya toko material(bangunan) apakah kamu mau bekerja di sana, soalnya pekerja saya yang satu keluar karena harus kembali ke kampungnya"
"Alhamdulillah, saya mau Pak.Haji" sambil mencium tangan Pak.Haji
" Besok kamu berangkat jam 06.00"
" Terima kasih, kalau begitu saya pamit dulu Pak.Haji"
Dwi sangat senang mendengar perkataan Pak.Haji.
Keesokan harinya, Dwi bergegas menuju tempat kerjanya yang tidak terlalu jauh dari kos, Dwi bekerja dengan rajin.
" Oh iya nama kamu siapa, kamu bekerja sangat rajin" tanya pegawai
" Saya Dwi , nama mas siapa"
" Panggil saja Rudi"
" Iya Mas.Rudi"
Dwi memanggil dengan sebutan mas kerena usianya lebih tua darinya. Sifat yang baik dan ramah membuat Dwi senang berteman.
" Dwi tolong layanin pembeli itu saya mau mengambil beberapa barang di belakang" meninggalkan Dwi
Sudah lama Dwi tidak menghubungi orang tuanya, Dwi mengambil hp di sakunya.
" Assalamualaikum bu, bagaimana kabarnya. Alhamdulillah sekarang saya sudah mendapat pekerjaan untuk menjaga toko material milik Pak H.Jamal yang kosnya saya tempatin"
"Waalaikumsalam nak, alhamdulillah ibu senang mendengarnya kamu harus jujur, baik, sopan santun, selalu bersyukur ikuti aturan yang dengan baik insyaallah itu akan menjadi yang terbaik untuk kamu" suara yang lembut membuat air mata Dwi terjatuh
" Kalau begitu sudah dulu bu, saya mau bekerja lagi, Assalamualaikum"
" Walaikumsalam"
Mendengar suara ibunya membuat hati Dwi merasa tenang. Ingin rasanya bertemu ibunya, namun Dwi harus tetap bekerja untuk membayar hutang ibunya.
Sudah satu tahun Dwi bekerja di toko material kini Dwi bisa membayar hutang ibunya. Bapak Dwi meninggal beberapa tahun yang lalu karena sakit-sakitan. Ibunya harus berhutang ke orang untuk pengobatan bapaknya yang tidak lekas sembuh hingga meninggal. Hutangnya memang tidak banyak, namun bagi keluarga Dwi itu sangat banyak karena hidup keluarganya sangat miskin.
Beberapa tahun kemudian....
Dwi kini sudah sukses berbagai usaha di jalani, keluarganya di kampung sudah tidak mengalami kesusahan seperti dulu, Dwi sudah bisa memberangkatkan orang tuanya naik haji. Di usia yang masih muda dua puluh lima tahun(25 tahun). Walaupun sudah sukses sikap masih baik hati, jujur seperti dulu. Dwi masih tinggal di kos milik Pak.Haji yang kini sudah ada tv-nya.
Saat Dwi dan Pak.Haji sedang duduk di teras, tiba-tiba ada seorang perempuan datang membawa koper.
" Assalamualaikum abah" mencium tangan Pak.Haji
" Waalaikumsalam nak, sudah pulang"
" Iya abah, mungkin Wita tidak akan kembali lagi ke pesantren"
" Kenapa kamu tidak kembali"
" Saya ingin menemani abah aja di rumah, saya juga sudah selesai di pesantren, kalau begitu saya masuk dulu bah" pergi menuju kamarnya
" Itu anak satu-satunya saya namanya Wita, sudah beberapa tahun dia tidak pulang"
" Iya Pak.Haji"
Sepulang dari rumah Pak H.Jamal Dwi selalu memikirkan Wita. Tidak pernah Dwi melihat wanita yang wajahnya penuh kesejukan seperti ibunya. Kemudian Dwi sholat malam dan menceritakan kepada Tuhan, Dwi bertanya apakah mungkin Wita jodohnya jika memang jodohnya maka satukanlah.
Setiap hari Dwi selalu melihat Wita dari jauh, saat melihat Wita hatinya begitu sejuk. Sore hari, Dwi datang ke rumah Pak.H.Jamal.
"Assalamualaikum" menghampiri Pak.H.Jamal di teras
" Waalaikumsalam, ada apa nak Dwi"
" Begini maksud kedatangan saya ke sini untuk melamar anak Pak.Haji neng Wita"
" Sebentar saya panggil Wita dulu" Pak H.Jamal masuk kedalam rumah beberapa menit kemudian beliau keluar dengan Wina yang berjalan di belakangnya.
" Lebih baik kamu bicara langsung ke Wita"
" Assalamualaikum neng Wita" dengan malu- malu
" Waalaikumsalam Kang" dengan senyum manisnya
" Maksud kedatangan saya ingin melamar neng Wita, apakah neng Wita mau menikah dengan saya" ucapnya dengan halus
" Abah bagaimana" Wina menanyakan ke Pak H.jamal yang dari tadi sibuk makan martabak
" Kalau abang terserah kamu saja, abah iya saja asal kamu bahagia nak" jawabnya sambil mengunyah martabak
" Iya kang saya mau" langsung menunduk
" Alhamdulillah, kalau gitu besok saya akan pulang ke kampung membawa kabar baik ke ibu saya, sekarang saya mau ke kos, assalamualaikum"
" Waalaikumsalam" jawab Wita dan Pak H.Jamal
Keesokan harinya Dwi pulang kampung...
Sesampai di rumah, Dwi mencium tangan ibunya.
" Assalamualaikum bu"
" Waalaikumsalam" memegang kepala Dwi
" Bu, kemarin saya melamar anak Pak.Haji yang selama ini saya tinggal di kontrakannya dan memberi pekerjaan saya"
" Alhamdulillah jika itu niat baikmu, ibu juga senang, secepatnya kamu nikahi dia dari pada menimbulkan fitnah nak"
" Iya bu, besok ibu ikut ke Jakarta ya"
" Iya, sekarang kamu mandi dan segera makan ibu akan menyiapkan makanan kesukaanmu"
Dwi sangat senang, sudah lama Dwi tidak pulang suasana rumah yang masih seperti dulu mengingatkan saat masih kecil. Selesai makan Dwi berziarah ke makam bapaknya dengan adiknya yang masih berusia 18 tahun.
" Sekar, nanti setelah ziarah kemakam bapak kita jalan-jalan sama ibu" berjalan menuju makam
" Iya Mas.Dwi"
Sampai di makam mereka menaburkan bunga dan berdoa.
Setelah itu, kembali ke rumah untuk bersiap-siap.
" Bu, ayo berangkat sudah di tunggu sama pak.sopir"
" Iya nak"
Mobil berjalan menuju pusat perbelanjaan. Sesampai di sana mereka memilih keperluan bulanan dan belanja yang lain.
Keesokan harinya, Dwi, ibu, dan Sekar berangkat ke Jakarta. Semua keperluan untuk melamar sudah di siapkan, sesampai di kos mereka beristirahat untuk sekedar melepas penat perjalanan.
Setelah tersiapkan semuanya mereka datang ke rumah Pak H.Jamal.
" Assalamualaikum"
" Waalaikumsalam, silahkan masuk" Pak H.Jamal
Keluarga Pak H.Jamal sudah berkumpul di ruang tamu. Mereka membicarakan tanggal pernikahan yang akan di percepat sesuai keputusan bersama.
Beberapa hari kemudian...
Acara pernikahan yang di gelar dengan sederhana nuansa Betawi. Semenjak menikah, Dwi mulai sukses dan bisa membuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat dan orang yang merantau, kini Dwi bisa membantu penduduk di kampungnya untuk bekerja di usahanya.
Dwi sangat senang atas pertolongan Allah swt, doa ibunya, Wina istrinya, dan orang yang menyayanginya, kini Dwi bisa sukses. Tidak lupa Dwi juga membantu orang yang membutuhkan.

0
690
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan