- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Fitch Sebut Outlook Perbankan Indonesia Negatif, Ini Sebabnya


TS
ZenMan1
Fitch Sebut Outlook Perbankan Indonesia Negatif, Ini Sebabnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu lembaga pemeringkat kenamaan dunia, Fitch Ratings, memberi label negatif terhadap outlook sektor perbankan Indonesia.
Label negatif tersebut disematkan oleh Fitch dalam publikasi "Fitch Ratings 2020 Outlook: Global Banks Compendium" yang dirilis pada tanggal 13 Januari 2020.
Dalam publikasinya, terdapat sembilan negara berkembang yang kinerja sektor perbankannya dikaji oleh Fitch, termasuk Indonesia. Indonesia sendiri merupakan satu dari enam negara berkembang yang outlook sektor perbankannya dilabeli negatif oleh Fitch.

Khusus untuk Indonesia, terdapat tiga alasan yang membuat Fitch memberi label negatif terhadap outlook sektor perbankannya. Pertama, risiko yang bisa timbul dari kualitas aset.
Risiko ini memang jelas terlihat di sistem perbankan Indonesia. Pasalnya, Non-Performing Loan (NPL) Coverage Ratio dari bank-bank BUMN yang masuk ke dalam kategori BUKU IV meningkat pesat dalam beberapa waktu terakhir.
Untuk diketahui, NPL Coverage Ratio didapatkan dengan membagi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dengan jumlah kredit bermasalah. CKPN sendiri merupakan dana yang dialokasikan oleh perbankan guna menghadapi kemungkinan kredit yang disalurkannya tak mampu dilunasi oleh debitur.
Semakin tinggi NPL Coverage Ratio, maka perbankan akan semakin siap dalam menghadapi risiko memburuknya kualitas aset mereka.
Per sembilan bulan pertama tahun 2018, NPL Coverage Ratio PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berada di level 143,6%. Per sembilan bulan pertama tahun 2019, nilainya meningkat menjadi 156,6%.
Beralih ke PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), per sembilan bulan pertama tahun 2019 NPL Coverage Ratio meningkat menjadi 159,2%, dari sebelumnya 152% per sembilan bulan pertama tahun 2018.
Sementara itu, NPL Coverage Ratio PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) berada di level 160% per sembilan bulan pertama tahun 2019. Walaupun turun jika dibandingkan posisi per sembilan bulan pertama tahun 2018 yang sebesar 181,9%, nilainya tetap saja lebih tinggi jika dibandingkan dengan Bank Mandiri dan BNI.
Langkah perbankan yang sudah 'berlomba-lomba' mengerek naik NPL Coverage Ratio secara agresif di sepanjang tahun 2019 mengindikasikan bahwa mereka memang melihat potensi meningkatnya kredit bermasalah di masa depan.
Alasan kedua yang membuat Fitch memberi label negatif terhadap outlook sektor perbankan Indonesia adalah ketatnya pendanaan. Kini, perbankan memang dihadapkan dengan permasalahan ketatnya likuiditas.
Per akhir kuartal III-2019, Loan to Deposits Ratio (LDR) Bank Mandiri tercatat berada di level 94,13%, naik dari posisi per akhir kuartal III-2018 yang sebesar 93,53%. Sementara itu, LDR dari BRI naik menjadi 94,15%, dari sebelumnya 92,69%. Untuk BNI, LDR naik menjadi 96,6%, dari yang sebelumnya 89%.
Sebagai informasi, LDR dihitung dengan membagi jumlah penyaluran pinjaman dengan total dana pihak ketiga. Semakin rendah LDR, maka kondisi likuiditas sebuah bank bisa dikatakan semakin longgar. Sebaliknya, semakin tinggi LDR maka kondisi likuiditas sebuah bank bisa dikatakan semakin ketat.
Melansir Statistik Perbankan Indonesia (SPI) periode Oktober 2019 yang dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), LDR dari bank umum konvensional bahkan sempat menembus level 96% pada tahun 2019, tepatnya di bulan Mei.
Ketatnya kondisi likuiditas tentu menjadi petaka bagi perbankan. Pasalnya, amunisi mereka untuk menyalurkan kredit menjadi terbatas yang pada akhirnya akan membatasi pertumbuhan pendapatan bunga bersih dan laba bersih.
Alasan ketiga yang membuat Fitch memberi label negatif terhadap outlook sektor perbankan Indonesia adalah aksi korporasi berupa merger dan akuisisi yang akan dieksekusi dalam waktu dekat.
Walaupun tak dijelaskan lebih jauh oleh Fitch, merger dan akuisisi memang berpotensi menganggu kinerja perbankan, khususnya dalam jangka pendek. Ketika aksi korporasi seperti merger dieksekusi, struktur dari perusahaan-perusahaan yang terlibat di dalamnya akan berubah dan bisa menggangu kegiatan operasional mereka.
Sebagai catatan, walaupun Fitch memberikan label negatif terhadap outlook sektor perbankan Indonesia, outlook dari peringkat atau rating surat utang terbitan pemerintah Indonesia tetaplah stabil.
Hal ini berarti dalam jangka waktu 12 bulan ke depan, Fitch tidak akan melakukan pemangkasan peringkat. Saat ini, surat utang jangka panjang Indonesia diberi rating BBB oleh Fitch.
sumur
https://www.cnbcindonesia.com/market...f-ini-sebabnya




4iinch dan sebelahblog memberi reputasi
2
899
9


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan