Kapal Komunis China sudah angkat kaki dari perairan ZEE Natuna. Untuk berapa lama?

Itulah pertanyaannya. Jangan terlalu senang dengan kepergian Kapal Komunis China dari ZEE Natuna, karena mereka akan kembali mengganggu kita, khususnya jelang pergantian Panglima TNI Hadi Tjahjanto.



Bagaimana cara Kapal Komunis China hengkang dari ZEE Natuna agak misterius. Setelah TNI mengirim unit Jet Tempur F16 ke Natuna, disusul kunjungan Presiden Joko Widodo ke Natuna, meski kemasannya bukan bicara penerobosan Kapal Komunis China, melainkan bicara sertifikat tanah, namun membuat Kapal Komunis China angkat kaki dari ZEE Natuna.



Kenapa bisa begitu?

Hanya ada satu jawaban paling logis menjelaskan kenyataan menggelitik ini. Kunjungan Presiden ke Natuna untuk bicara sertifikasi tanah, sudah tentu dibarengi protokoler pengamanan Presiden, sehingga mau tidak mau, penerobosan Kapal Komunis China di area ZEE Natuna, terusir dengan sendirinya, tanpa perlu proses lobi apa pun.

Apalagi memperhitungkan faktor hubungan bilateral Indonesia – China yang sangat erat dan terjerat utang piutang, sudah tentu pemerintah China memilih hindari konfrontasi langsung dengan Presiden Joko Widodo.

Apalagi kalau benar hipotesa Guru Besar UI Hikmahanto, bahwa provokasi China di ZEE Natuna adalah untuk menguji kehadiran 2 menteri dari kubu oposisi, yaknii Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri KKP Edhy Prabowo.



Kelihatannya, memang betul provokasi China sekedar menguji cara merespon Menteri Pertahanan dan Menteri KKP, yang semakin diperkuat dengan ketika Presiden putuskan berkunjung ke Natuna, seketika Kapal Komunis China angkat kaki dari ZEE Natuna.



Oleh karenanya, pemerintah Komunis China kini mengetahui bahwa gagap Menteri Pertahanan dan Menteri KKP ketika menghadapi provokasi, hanya bisa diselamatkan oleh Presiden.

Karena itulah, saya yakin betul jika Kapal Komunis China akan kembali memprovokasi perairan ZEE Natuna, untuk terus menyudutkan Menteri Pertahanan dan Menteri KKP.

Tak hanya itu, China kini memiliki cara untuk mempengaruhi bursa Jenderal TNI melalui tarik ulur berupa masuk dan keluar di perairan ZEE Natuna.

Seperti kita ketahui, masa jabatan sejumlah Jenderal TNI dalam struktur organisasi TNI segera mengalami perombakan, terkait habisnya masa jabatan dengan rincian sebagai berikut :

1. Panglima TNI Hadi Tjahjanto : Akhir 2020
2. Wakil Panglima TNI : Jabatan tak diinginkan karena tak pegang pasukan
3. KSAL Siwi Sukma Adji : Mei 2020



4. KSAU Yuyu Sutisna : Akhir 2020



5. KSAD Andika Perkasa : Kans Terkuat Panglima TNI Baru



Mengacu pada daftar di atas, artinya memasuki Mei – Juni 2020, akan terjadi Bursa Perebutan KSAL Baru. Apakah akan menaikkan Wakil KSAL sebagai KSAL Baru? Atau justru akan melantik wajah baru? Yang jelas, dampak dari penerobosan Kapal Komunis China ke ZEE Natuna, akan mempengaruhi bursa KSAL Baru, yang tentunya juga mempengaruhi kans KSAL naik ke Panglima TNI di akhir 2020.

Sistem urut kacang jabatan Panglima TNI sebelumnya menggunakan sistem urutan Darat – Laut – Udara. Namun setelah Jenderal Gatot Nurmantyo (Darat), dilanjutkan Jenderal Moeldoko (Darat), kemudian langsung Marsekal Hadi Tjahjanto (Udara).

Laut yang dilongkap tentu akan menuntut haknya pada bursa Panglima TNI di akhir 2020. Dan tentunya, kasus Natuna akan menjadi hambatan tersendiri bagi KSAL dalam menuntut urut kacang yang dilongkap.

Itulah kenapa, tak sedikit yang menyebut sikap Menteri Pertahanan Prabowo yang dinilai lembek soal Natuna, adalah cara mendegradasi peluang Angkatan Laut di bursa Panglima TNI akhir 2020.



Di sisi lain, KSAU yang masa jabatannya juga akan habis pada akhir 2020, akan memberikan Wakil KSAU peluang untuk menjadi KSAU Baru atau Panglima TNI Baru.

Diperkirakan perebutan Panglima TNI Baru di akhir 2020 akan menajamkan rivalitas antara Wakil KSAU vs KSAD vs Wakil KSAL. Pertarungan tiga jenderal ini akan menghasilkan 1 Pemenang untuk menjabat Panglima TNI, serta 1 Pihak yang Kalah dan diparkir sebagai Wakil Panglima TNI, jabatan tanpa pasukan yang tidak diinginkan oleh semua jenderal.

Marsekal Hadi Tjahjanto tentu akan menjagokan Wakil KSAU, sedangkan koalisi Prabowo dan Hendropriyono tentu akan menjagokan KSAD. Lantas, Wakil KSAL yang sedang didera kelalaian soal penerobosan Kapal Komunis China di Natuna, akan mencari beking kemana?

Perhitungan saya, Wakil KSAL akan memilih menjalin kerjasama balik layar dengan China, untuk menciptakan drama tarik ulur Sengketa Natuna. Tanpa bekingan, tentu kans Wakil KSAL menangkan kursi Panglima TNI di akhir 2020 akan lemah, sehingga bursa Panglima TNI akan didominasi oleh rivalitas KSAD vs Wakil KSAU.

Apabila Wakil KSAL memainkan drama dengan China, maka ketika berlangsungnya bursa Calon Panglima TNI Baru mengarah pada penguatan KSAD atau Wakil KSAU, diprediksi Kapal Komunis China akan kembali menerobos ke ZEE Natuna, untuk mendegradasi posisi KSAD maupun Wakil KSAU yang sedang di atas angin.

Skenario ini adalah yang paling memungkinkan bagi Wakil KSAL mengacak peta perebutan Panglima TNI Baru di akhir 2020, khususnya usai sengketa Natuna yang membuat banyak pihak bergunjing soal kelalaian TNI AL menjaga perairan Indonesia.

Tentu akan sangat menarik jika Wakil KSAL berkoalisi dengan China untuk mengacak gerakan KSAD yang didukung koalisi Prabowo – Hendroriyono, maupun mengacak gerakan Wakil KSAU yang didukung Marsekal Hadi Tjahjanto.
Karena itulah saya yakin, Kapal Komunis Chna di ZEE Natuna belum berakhir, dan akan kita saksikan kembali provokasi-provokasinya yang lebih panas di sepanjang tahun 2020.

Hingga terpilihnya Panglima TNI Baru di akhir 2020.

Sumber

https://www.cnnindonesia.com/nasiona...unjungi-natuna

https://finance.detik.com/berita-eko...ng-ri-ke-china

https://money.kompas.com/read/2020/0...-edhy?page=all

https://kumparan.com/kumparannews/pa...ni-1sCnYr0x0L2