Judul film ini adalah "Thursday appointment" atau dalam bahasa aslinya (Bahasa Persia) "Qarrar-e- Panjshannba".  Film yang berdurasi kurang dari 2 menit ini disebut-sebut memperoleh satu kategori penghargaan dalam Luxor Film Festival.

Plot
Film ini diawali dengan adegan seorang kakek yang sedang mengendarai mobil bersama istrinya. Mereke berdua saling berbalas puisi. Puisi antara dua orang yang saling mencintai. Puisi karya seorang penyair Persia bernama Khwāja Shams-ud-Dīn Muḥammad Ḥāfeẓ-e Shīrāzī (1315-1390). Penyair tersebut lebih dikenal dengan nama pendeknya Hafez. 



Puisi terhenti karena sang istri mengingatkan agar sang suami, kakek tersebut, menghentikan mobil-nya karena ada tanda berhenti dari lampu lalu lintas. Namun, saat beliu mengulang baris puisi yang sebelumnya terhenti tersebut, untuk kedua kalinya beliau menghentikan puisinya karena melihat sepasang suami istri sedang bertengkar di dalam mobil yang berada di sebelah mobil kakek tersebut.



Sejenak kakek dan istrinya memandang kejadian pertengkaran tersebut. Kemudian baliau melihat ke arah bekalang mobil diamana dua orang suami istri sedang bertengkar tersebut. Terlihat seorang anak perempuan lucu sambil membawa boneka sedang bersedih menatap keluar kaca mobil. Anak perempuan yang terpaksa melihat orang tuanya bertengkar dalam ruang sempit mobil mereka. 

Sang kakek kemudian berusaha menghibur anak perempuan yang berada di mobil sebelahnya tersebut. Beliau berusaha menampilkan adegan yang lucu. Tapi, nampaknya itu tidak berhasil mengubah suasana hati dari sang anak perempuan. 

Seorang anak pedagang asongan tiba-tiba datang ke mobil sang kakek dan minta makanan kecil. Sebagaimana dia minta ke kakek tersebut sebelumnya. Tampaknya, kakek tersebut sering berada di perhentian lampu lalu lintas tersebut. Anak pedagang asongan tersebut mengenali kakek tersebut. Mengenali kebaikannya.

Setelah anak pedagang asongan pergi. Sejenak sang kakek memandang kembali ke arah suami istri yang sedang bertengkar. Kemudian, dia memanggil anak pedagang asongan. Istri kakek yang sedari tadi duduk disampingnya pun faham, beliau menyerahkan bunga. Mawar merah yang beliau peroleh dari sang kakek. Diserahkan kembali dengan senyuman keikhlasan dan kebahagiaan. 

Sang kakek meminta anak pedagang asongan tersebut untuk memberikan bunga mawar merah tersebut kepada sepasang suami istri di mobil sebelah yang sedang bertengkar. Sang anak pun memberikan bunga tersebut kepada suami di mobil dimana dia sedang bertengkar dengan istrinya. Sembari memberitahukan bahwa bunga tersebut dari sang kakek. 

Saat sang suami yang sedang marah tersebut memandang kakek pemberi bunga. Sang kakek mengisyaratkan untuk memberikan bunga tersebut ke istri lelaki tersebut. Memberikan sebagai ungkapan perhatian. Ungkapan cinta. 

Pertengkaran mereda. Anak kecil perempuan yang sebelumnya murungpun tersenyum. Tersenyum kepada kakek yang baik tersebut. Sang kakek, juga tersenyum. Bahagia melihat anak perempuan tersebut akhirnya tersenyum. Bahagia karena sepasang suami istri kembali berdamai. Tidak lagi bertengkar, kembali saling mengas.

Plot Twist



Lampu lalu lintas kembali hijau. Sang kakek melanjutkan perjalan. Tapi di sebelahnya bukan lagi istrinya. Tapi, sepiring kurma dan beberapa kelopak bunga mawar yang tersisa.

Tampaknya, itu adalah percakapan imajinatif beliau dengan istrinya. Istri yang sangat dicintai dan mencintainya. Beliau hendak ke makam istrinya dan meletakkan mawar kesukaan istrinya di makamnya. Tapi mawar tersebut akhirnya diberikan kepada sepasang suami istri yang sedang bertengkar. Untuk mendamaikan mereka. Dan mendiang istrinya (dalam keyakinannya) pasti sangat menyetujui keputusannya.



referensi:
1. https://en.wikipedia.org/wiki/Hafez
2. https://twitter.com/QasimRashid/stat...44335346311169