Kaskus

Hobby

ginger.dAvatar border
TS
ginger.d
Cerpen - Jeno NCT
[CERPEN]

KAK JENO, MAAF

Genre : keluarga, fanfiction




Sore itu.

Kala matahari mulai terbenam dan suara jeritan hewan malam mulai terdengar.

Jeno baru saja turun dari bus yang membawa anggota pramuka usai kemah tiga hari yang lalu. Sejenak Jeno menarik nafas lalu menghembuskannya pelan.

Jeno menggerakkan tangannya yang terasa pegal, kegiatan kemah tempo lalu berhasil membuatnya lelah bukan kepalang. Menjelajah membuat kedua kakinya terasa pegal, apalagi kegiatan lain yang menambah penderitaan laki laki itu saja.

Jeno tidak suka pramuka, Sungguh. Dia melakukannya karena keharusan bagi anak kelas duabelas yang akan lulus sebentar lagi. Tak ada bantahan, jika ada anak yang tidak ikut maka akan memengaruhi nilai ujian praktiknya. Jelas anak itu tidak mau terjadi sesuatu pada nilainya nanti.

Setelah berdiam sebentar. Akhirnya pemuda itu memutuskan untuk langsung pulang saja. Dia ingin cepat cepat pulang kerumah lalu tidur nyenyak dikamarnya.

Jeno lantas mengambil sepeda gunung miliknya diparkiran sekolah. Ia menuntunnya hingga gerbang utama, lalu menaiki dan mengayuh sepeda itu pulang kerumah.

Ditengah perjalanan, tak luput dari pandangan Jeno pada bangunan yang ia lewati. Dulu saat Jeno kecil, tak ada bangunan yang berjajar dari utara hingga keselatan daerah itu. Dulunya kawasan disekitar rumah Jeno kebanyakan tanah lapang, pemuda itu sering main disana.

Jeno sekarang sadar bahwa dunia semakin lama semakin sempit. Rumah tampak berdesak desakan berebut lahan yang ada. Bahkan kebanyakan orang sampai membangun rumah mereka disembarang tempat.

Bulir bulir keringat mulai membasahi pelipis dan punggung Jeno. Ia memerbaiki letak tas punggungnya lalu mengayuh lebih kuat dan cepat.

Bibirnya mengulas senyum tipis ketika ia melihat pagar rumahnya yang semakin dekat. Mempercepat kayuhan lagi dan lagi. Hingga Jeno bersorak dalam hati ketika ia sudah memarkirkan sepedanya digarasi rumah.

Jeno masuk kerumahnya, menemukan ibunya yang sedang menyapu. Ia menyalami wanita berumur itu.

"Assalamualaikum, Mah," kata Jeno.

"Waalaikumussalam. Gimana Jen, kemahnya?" tanya wanita itu.

"Ya gitu deh. Yaudah Jeno kekamar dulu ya Ma, capek banget."

Setelah mendapat anggukan dari ibunya itu, Jeno melanjutkan langkahnya kekamar. Dengan rasa lelah lesuh yang sudah menguasinya, pemuda itu membuka pintu kamar.

Betapa kagetnya dia ketika masuk kedalam. Kamarnya sudah seperti kapal pecah. Koleksi PS yang sudah tersebar kemana mana, seprai yang berantakan barangkali diacak acak oleh seseorang, lalu bola basket yang tadinya di sebelah nakas terlempar keatas lemari.

Entah saat Jeno memeriksa keadaan kamarnya. Ia tak bisa menduga apa yang terjadi saat itu.

Ketika Jeno masuk lebih dalam lagi. Dia melihat jejak langkah kaki kecil berwarna merah menodai lantai putih marmer itu. Diiringi suara gemerincing gelang kaki yang berasal dari kamar mandi.

Dengan penuh hati hati, Anak laki laki itu mendekati kamar mandi. Dibukanya perlahan pintu. Lalu kaget ketika Jeno menemukan Alia, adik perempuannya, sedang berenang dikulah.

Sebab sudah dikuasai rasa lelah yang amat, timbul lagi rasa amarah yang memuncak. Didepan sana, adiknya menatap Jeno kaku, wajahnya pucat, anak itu bahkan membiarkan mainan bebek bebekannya terjatuh kedalam kloset saat ia terkejut dengan kedatangan seseorang tiba tiba.

"ALIA!" bentak Jeno.

Jeno jengkel sejengkel jengkelnya. Ia benar benar lelah dan ingin tidur lalu saat ia pulang malah mendapat kejutan dari adiknya.

Alia yang mendapat bentakan dari kakaknya mulai mencicit, menundukkan kepala, "Kakak.."

"Keluar kamu dari bak!"

Alia yang sudah dilanda ketakutan habis, hanya bisa menuruti perintah kakaknya. Dengan hati hati ia keluar dari kulah itu, mengambil mainan bebeknya satu persatu lalu memeluk mereka erat.

"Ikut kakak!"

Jeno belum juga menurunkan volume suaranya. Dia masih kesal sampai rasanya ingin menangis saja.

"Kakak maaf..." cicit Alia, lagi.

"Apa dengan minta maaf bakal balikin semua yang terjadi?! Dek! Kamu udah keterlaluan! Kakak bilang jangan rusak kamar kakak! Susah banget sih kalau diatur!"

Kedua mata bulat itu mulai berkaca kaca, Alia meremas mainan bebeknya karena terlalu takut.

"Kakak itu baru kemah! Capek tau gak?! Awas aja kamu, kakak aduin ke ayah!" ancam Jeno.

Alia langsung panik mendengarnya. "Kak Jeno, jangan... Alia gak sengaja."

Jeno memandang bengis gadis kecil itu. Ia dengan langkah lebarnya keluar kamar menuju kamar lain di lantai satu. Alia mengikuti laki laki itu dari belakang dengan langkah kecil, mainan bebek berwarna kuning dengan moncong merah masih ia peluk kuat.

Tanpa memedulikan dibelakang ada seseorang yang mengikutinya, Jeno menutup pintu kamar dengan kasar, membuat Alia yang tidak bisa mengerem langkahnya lantas menabrak pintu. Dahi gadis itu terkena kayu dengan kuat membuat Alia merasakan sakit.

Alia menangis lantaran dahi dan pantatnya yang sakit karena terbentur lantai.

Ibu yang mendengar tangisan Alia datang tergesa gesa. Dia menatap khawatir kepada putrinya yang terduduk didepan kamar tamu dengan dahi yang berdarah.

Saat ditanya kenapa, Si bungsu hanya menggeleng dan menangis keras. Bibir mungilnya terus bergetar dan menggumamkan nama Jeno, kakaknya.

Ibu mengetuk kamar tamu itu, berharap bisa menemukan jawaban dari dalam. Ibu segera tahu bahwa Alia pasti memiliki masalah dengan anak sulungnya.

"Jen! Kamu didalem kan, Nak? Ini kenapa to? Kok Alia sampe nangis gini?" tanya ibu dengan suara lembut.

"Tanya aja sendiri!" teriak Jeno dari dalam.

Ibu menghela nafas lelah. Ia mengangkat Alia kegendongannya dengan Alia yang masih setia menangis.

"Jen! Ini loh adeknya nangis!"

Tapi tak ada jawaban dari sana. Jeno hanya diam memandang langit langit kamar, lalu mulai memejamkan matanya.

-

Malam pun datang. Saat itu keluarga Gibadelta sedang makan malam diruang makan. Dengan hidangan yang menggiurkan membuat siapapun akan merasa lapar saat melihatnya.

Tapi ada yang berbeda diruangan itu. Suasananya sunyi, Ibu yang biasanya cerewet pun seakan menjadi pendiam, bahkan Alia yang biasanya terus mengoceh tanpa henti malah membisu dikurisnya.

"Jen," panggil Ayah.

Namun, baru saja Ayah memanggil Jeno. Pemuda itu langsung berdiri dari kursi, membawa piringnya yang sudah kosong. Jeno kembali masuk kekamar tamu, lalu mengurung diri disana.

Ayah menghela nafas, ditatapnya si bungsu yang menunduk. "Nanti minta maaf ya, sama kakak," tutur Ayah.

Alia mengangguk, gadis itu cepat cepat menyelesaikan acara makannya, lalu pergi kekamar untuk merencanakan aksi permintaan maaf kepada Jeno.

-

Dirasa badannya berat ketika digerakkan, Jeno menggeliat tak nyaman dalam tidurnya. Entah beban apa yang menimpa tubuhnya hingga membuat lelaki itu sulit menggerakan anggota badannya. Lalu disusul hembusan nafas kecil di leher Jeno.

Jeno mengangkat tangannya, memeluk sesuatu yang menimpa tubuh pemuda itu. Ia segera sadar, bahwa yang menimpanya adalah seseorang, kecil.

Pikiran Jeno langsung tertuju kepada Alia. Lelaki itu sudah siap untuk mengeluarkan protesnya, tapi tak sengaja menatap kertas memo yang tertempel dilampu tidur miliknya.

Kak Jeno. Ini Alia. Kakak jangan marah nanti Alia sedih, Alia mengaku salah udah buat kamar kakak jadi berantakan. Maafin Alia
Alia sayang kakak

I love you, Kak Jeno
I love you mommy
Daddy juga

Jeno tersenyum tulus.
"Kakak juga sayang Alia."



0
5.2K
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan