Dahulu, dahulu sekali ketika saya SMA di bawah tahun 2000 an, sering teman-teman bercerita sangat mudah mencari pekerjaan setelah lulus SMA. Saya diajak mendaftar jadi pegawainya Jiwasraya, Bumi Putera.

Kantornya memang tak jauh-jauh banget dari rumah. Jadi bila pas hari minggu ketika lari pagi selalu melintas di kantor itu. Ingin rasanya masuk dan ikut bekerja di sana.

Teman lain yang sudah lulus lebih dahulu kemudian bercerita, sangat sulit menawarkan polis asuransi, keluar masuk kampung. Ketuk pintu dari pintu yang satu ke pintu lainnya. Baju putih hitam, keren memang, sayangnya saya kemudian tidak tertarik karena rasa malu menawar-nawarkan seperti itu.

Lalu, ketika kuliah sambil kerja tak jarang yang kemudian didatiangi orang kemudian ditawari untuk menjadi nasabah. Menabung untuk asuransi jiwa, begitu ceritanya. Sayangnya saya juga tidak tertarik mengasuransikan jiwa saya.

Nah, setelah bekerja saya baru sadar, ketika beberapa tetangga ada yang mengikuti asuransi itu. Katanya asuransi pendidikan, untuk anaknya yang lagi sekolah. Katanya nanti bila akan lulis maka uang tabungan kita akan diserahkan pada kita, bertambah pula. Selanjutnya saya tak pernah tau mengenai hal itu. Karena saya memang sangat tidak tertarik dalam hal asuransi-asuransinya.

Lalu kemarin kebetulan buka-buka laman online, ternyara PT Asuransi Jiwasraya sedang dalam masalah. Seperti dikutip WE Online, Jakarta - Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu mengaku heran terkait kondisi PT Asuransi Jiwasraya yang secara tiba-tiba mengumumkan tidak akan sanggup membayar polis nasabah produk JS Saving Plan yang mencapai Rp12,4 triliun.

Saya jadi kaget, bagaimana mungkin tida bisa membayar polis nasabah? Padahal sepengetahuan saya, yang dibayarkan adalah tabungan mereka. Lalu uangnya kemana?

Memang sih, karena saya kurang paham sistimatika pembayaran premi dan polis pasa asuransi hanya bisa kaget saja. Logika standar saya, harusnya ketika nasabah sampai pada waktu dibayarkan akan tersedia sejumlah uang.

Seperti diberitakan, terkait kondisi tersebut, ia pun mengeluarkan tiga hipotesis tentang sebuah perusahaan yang sedang untung dan tiba-tiba anjlok.

Seperti dirilis dalam laman online ini kebangkrutan terjadi karena salah urus atau apa gitu, akhirnya saling tuding dan adu marah. Masing-masing pihak yang berkepentingan menyalahkan pihak lain. Wajar itu. Mencari selamat dahuluz baru urusan lainnya dipikirkan kemudian.

"Pertama karena pimpinan jadi gila, kedua ada tsunami ekonomi, dan ketiga ada perampokan," katanya dalam sebuah video berjudul MSD Ungkap Modus Perampokan di Jiwasraya yang diterima di Jakarta, Senin (23/12/2019).

Dalam berita yang lain kemudian menambah saya bingung, urusan dalam rumah tangga perusahaan keluar dan menjadi konsumsi publik. Dari sinilah semuanya bermula. Kehebohan demi kehebohan kemudian jadi respon.

Saling konfirmasi dan meluruskan berita terkait hal tersebut. Apalagi jika terkait dengan urursan istana. Seharusnya memang urusan negara yang lebih besar didahulukan, dan tidak terjebak dalam pertentangan sesaat. Seperti ketika, Eks direksi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Hary Prasetyo ramai dikabarkan bekas orang dalam istana. Merespons hal tersebut, Kepala Staf Presiden Moeldoko pun buka suara untuk meluruskan kabar tersebut.

Berikut pernyataan-pernyataan yan meluruskan isu terkait Pak Hary menantu Kepala staf Presiden Muldoko mau tidak mau terseret pada pertentangan ini. Dan penyataan-pernyataan yang demikian mereka nila sebagai bela diri. Sejatunya sungguh kontra produktif.

Konfirmasi di era digital sekarang memang memudahkan. Masalah baru terjadi ketika pelintiran dan pernyataan-pernyataan yang ada hingga silang sengketa kemudian memunculkan gejolak baru.

Berikut pernyataannya, "Saya jelaskan. Ini ada yang mulai agak menyimpang jauh, ada isu Pak Hary menantu saya, keponakan, ada bapaknya bos saya. Saya baru kenal Pak Harry itu baru di KSP ini. Kan di sini dalam mencari SDM terbuka," katanya kepada wartawan, di Istana Negara, Jakarta, Senin (23/12/2019)

Penjelasan-penjelasan terkait masalah tersebut kemudian jadi konsumsi masyarakat luas yang sejatinya tidak berhubungan langsung dan tidak akan berpengaruh terhadap penyelesaian masalah.
Seperti penjelasan berikut ini bahwa ia merekrut Hary usai ia keluar dari Jiwasraya. Menurutnya, Hary di Jiwasraya memiliki catatan yang positif dan mampu merubah wajah Jiwasraya.

Bagaimana pun, untung dan rugi sebaiknya menjadi konsumsi orang dalam saja. Lucu ketika untung besar bertahun-tahun diam-diam saja. Ketika pakpok kemudian berkoar-koar rugi. Tapi begitulah biasanya. Memantik perhatian agar nasabah tak ribut dibelakang layar.

Segala analisa salah dan saling menyalahkan kemudian jadi pertimbangan, seperti in, "Jadi jangan salah dulu analisanya. Kedua, bahwa setelah isu Jiwasraya muncul dan mulai ada nama Pak Harry terlibat dalam urusan itu, maka saat itulah kita berketetapan tidak lagi merekrut yang bersangkutan untuk melanjutkan pada periode KSP yang kedua. Pada saat kami bubarkan, Pak Harry sudah selesai, tidak dimasukkan rekrut yang kedua, bahkan daftar pun nggak," jelasnya.

"Ingin masuk ke KSP, berikutnya melalui seleksi. Walaupun waktu itu seleksinya saya juga harus jujur, seleksinya tidak seperti sekarang, sekarang sangat ketat, kalau dulu kurang ketat seleksinya. Berikutnya KSP tidak melindungi. Apanya yang melindungi? Persoalannya saya juga nggak ngerti, saya juga baru ngerti baru-baru ini. Apa yang saya lindungi? Nggak," tegasnya.

Jadi bagaimana pun akhir dari silang sengketa tersebut, bagi nasabah akan tenang jika polis yang seharusnya diterima dibayarkan. Semoga.

sumber 1, sumber 2